Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Ke Mana Harus Mencari

Cuaca terik mengawali keberangkatan Freya, Si kembar dan Maret. Saat ini mereka berada dalam mobil merah milik Maret menuju ke ibu kota, tempat di mana dia akan memulai lagi kehidupannya. Dalam mobil sepanjang jalan tak henti-hentinya si gadis kecil Fiona berceloteh, sesekali dia bernyanyi dengan bibir cadelnya. Seperti saat ini.

"Naik kereta api tut… tut... tut ... siapa hendak tulun… ke bandung, surabaya... ayo kawanku lekas naik ... kereta ku tak berhenti lama ... hore ...." Lagu tersebut di akhiri dengan tepukan tangan oleh Fiona dan Freya. Fillio hanya sibuk menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi. Sedangkan Maret hanya ikut tertawa sambil mengemudi. 

"Mommy, Fiona lapar." Gadis kecil itu mengaduh kelaparan sambil mengelus perutnya, mungkin energinya terkuras karena sibuk bercerita dan bernyanyi. 

"Sabar Sayang. Di depan ada restoran. Kita akan makan di sana," ucap Maret sambil melihat putrinya itu di kaca spion tengahnya.

"Apa itu re ... retoran? Apa yang Mami bilang tadi?" tanya Fiona. 

"Restoran Sayang. Restoran itu tempat untuk orang-orang makan Sayang!" ucap Freya sambil mengelus rambut putrinya yang terlihat kelelahan. 

"Jadi di sana banyak orang?" Bibir mungil itu tak henti-hentinya bertanya. Rasa ingin tahunya yang begitu tinggi tak membuat rasa lelahnya menghentikan bibirnya. 

"Yah di sana banyak orang yang datang untuk makan atau hanya sekedar minum saja," jelas Freya dengan lembut.

Fiona manggut-manggut tanda mengerti apa yang di ucapkan oleh sang Mommy. 

Beberapa saat kemudian mobil Maret masuk ke area parkir sebuah restoran yang terbilang cukup mewah. Mereka saat ini sudah berada di kota. 

Fillio dan Fiona mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru ruangan. Dari ekspresi mereka terlihat bahwa mereka sangat mengagumi restoran mewah tersebut. 

"Mom, Mami Maret, tempat ini cantik sekali, tapi pasti makanannya mahal?" tanya Fillio yang saat ini sedang membuka maskernya. 

"Iya Ret, aku kan udah bilang tadi sebaiknya kita pindah tempat saja," tambah Freya dengan wajah menyesalnya. 

"Nggak kok Sayang. Fre, kamu tenang aja, tabunganku nggak akan habis kok hanya karena aku membawa kalian makan di sini. Kamu pesan Apa aja yang kamu mau makan yah!" jawab Maret sambil tersenyum. 

Senyuman Maret tersebut ternyata mengalihkan dunia seorang pria yang duduk di meja depannya. Pria itu bahkan dapat melihat langsung bibir tipis wanita yang sedang duduk di meja depannya tersenyum. Tanpa sadar ia menjatuhkan sendok yang ada di tangannya hanya karena sebuah senyuman. 

"I love her smile.  She is so beautiful!" ucap pria itu. Matanya belum terlepas dari Maret. 

Seorang sahabat yang ada di depannya menautkan alisnya melihat tingkah bodoh sahabatnya itu. Ia membalikkan badannya sejenak untuk melihat wanita yang bisa membuat sahabatnya seperti orang kehilangan kesadaran. Wanita yang saat ini tengah duduk di samping seorang anak perempuan dan di depannya ada seorang anak laki-laki serta seorang wanita dewasa yang tak dapat ia lihat wajahnya. 

"Hey, apa kau tidak lihat kalau dia itu punya anak. Sadar ... sadar!" ejeknya sambil menggelengkan kepalanya. 

"Hey bro. Aku hanya mengatakan kalau aku menyukai senyumnya. Bukan berarti aku harus memilikinya kan?" 

"Whatever!" 

Percakapan mereka berhenti karena mereka harus buru-buru untuk mengunjungi dan mengobservasi mall yang saat ini tengah dalam masa pembangunan.

Sementara di meja sebelah

"Mommy, makanannya enak. Fio kenyang." Gadis tersebut sambil mengusap bibirnya yang terasa berminyak sehabis makan udang krispy favoritenya. 

"Baguslah kalau Fiona suka. Kapan-kapan kita ke sini lagi yah!" ucap Maret sambil membelai lembut rambut Fiona. 

"Fillio juga suka udang crispynya mami Maret. Hampir sama dengan buatan Mommy," tambah Fillio lalu meminum air putih di depannya hingga habis tak tersisa. Freya hanya tersenyum mendengar ucapan putranya. Masakannya di samakan dengan buatan koki di sebuah restoran terkenal. Sungguh jika ada orang lain yang mendengar mungkin mereka akan tertawa. 

Fillio dan Fiona sama-sama menyukai udang crispy. Selain udang mereka sangat suka dengan sup ayam buatan sang Mommy. 

"Kita mau kemana agi Mom, Mami Malet?" tanya Fiona.

"Kita akan kerumah baru kita, Sayang. Ayo!" jawab Maret sambil menggendong Fiona menuju ke arah kasir. Sedangkan Freya menggandeng Fillio keluar restoran dan menuju ke mobil. 

"Meja tiga mbak," ucap Maret saat tiba di kasir. 

"Udah lunas Mbak. Tadi ada seorang pria dari meja dua yang membayarnya," jawab kasir itu tersenyum. 

"Apa nggak salah Mbak? Saya merasa nggak bertemu dengan kenalan di sini?" 

"Saya kurang tau Mbak. Tapi ini billnya Mbak bisa lihat sendiri." 

Maret mengambil bill itu, dan benar jika makanannya sudah di bayar lunas oleh seseorang yang tak ia ketahui. 

Maret pun berjalan sambil menggendong Fiona yang tampak sudah mengantuk. Dalam hatinya ia bertanya-tanya siapakah orang baik yang sudah bersedia membayar makanan yang jumlahnya tak sedikit itu. Semoga saja ia bisa bertemu dan berterima kasih padanya. 

Maret melajukan mobilnya ke arah rumah baru yang akan mereka tempati. 

….

"Huu ... Max apa sudah ada petunjuk tentang wanita malam itu?" tanya Vero kepada sahabatnya yang merangkap sebagai asistennya. 

Saat ini mereka sedang berada di mobil mewahnya dalam perjalanan pulang menuju ke mansionnya setelah mengunjungi mall miliknya yang saat ini sedang dalam masa pembangunan. 

"Hmmm … belum ada Ver," jawab max.

Vero menautkan kedua tangannya dan menjadikan tangan itu penopang keningnya sambil menunduk. 

"Aku harus mencarinya ke mana lagi? Ini sudah beberapa tahun sejak kejadian itu. Dan sampai sekarang tak ada petunjuk apapun tentang dia," ucap frustasi Vero. Ia bersandar di jok mobil sambil menghentakkan kepalanya berulang-ulang kali. Sangat jelas wajah frustasi yang ia tunjukkan. 

Semenjak kejadian malam itu dia bahkan tak bisa tidur dengan tenang. Bayangan kilat dan suara merdu gadis yang bersamanya malam itu serasa selalu tergiang di telinganya. Otaknya serasa di penuhi dengan bayangan kilat gadis yang tak bisa ia lihat wajahnya karena kurangnya intensitas cahaya pada malam itu. Ia hanya bisa merasakan kulit lembut gadis itu. Aroma vanilla dari gadis yang telah ia cumbui malam itu. Aroma yang serasa begitu memabukkan. Bahkan setiap wanita yang ia temui beraroma sama, Max harus mencari tau tentang wanita itu tapi tetap hasilnya nihil. 

Yang paling membuat ia frustasi karena malam itu ia melihat bercak darah di tempat ia melakukan hubungan terlarang bersama dengan gadis yang sama sekali tak di kenalnya. Alasan inilah ia berjuang mencari gadis itu, gadis yang telah ia renggut kehormatananya secara paksa. Menyesal, satu kata itu yang selalu ia lontarkan di dalam hati. Ia menyesal melakukanya. Ia menyesal tak dapat bertanggung jawab kepada gadis itu. Apakah gadis itu masih hidup? Ke mana lagi ia harus mencarinya? 

IG : mommyagam77

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel