Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Tak Sengaja Bertemu

"Maret bangun ... Ret ... bukannya hari ini hari pertama kau bekerja? Kenapa masih tidur? Bangun Ret!" ujar Freya sambil mengoyangkan lengan wanita yang masih setia memejamkan matanya. Sedari tadi jam alarm di ponselnya berbunyi, tapi si empunya tak kunjung membuka mata. Apakah dia sedang pingsan?  Entah!

"Astaga ... Nih anak! Ret ... bangun ...," teriak Freya yang sudah tidak tahan, karena jam sudah menunjukkan pukul 6.30. Sedangkan dia tau kalau sahabatnya itu bersiap-siap butuh waktu lama. 

Terlihat Maret mengerjapkan matanya, lalu beralih melihat ke arah jam dinding micky mouse berwarna merah yang ada di dinding kamarnya. 

"Astaga ... aku bisa telat!" pekiknya. Tanpa menghiraukan Freya ia langsung mengambil langkah seribu menuju ke kamar mandi. 

Freya menghembuskan nafas kasar melihat sahabatnya itu kemudian merapikan tempat tidur Maret lalu menuju ke dapur  membuat sarapan untuk mereka semua. Freya hanya membuat roti bakar coklat beserta susu sebagai pelangkapnya. 

Si kembar mana? Si kembar terlihat sedang bermain di halaman samping rumah mereka. Setelah menyelesaikan ritual mandi mereka tadi yang penuh dengan canda tawa, dua bocah itu terlihat menghampiri kebun bunga. Fillio terlihat asyik mengejar capung, sedangkan Fiona tengah sibuk memuji semua bunga yang terlihat di halaman itu. 

"Kak, ini namanya bunga apa?" tanya Fiona yang menunjuk bunga yang cukup besar.

Fillio yang tak jauh dari adiknya itu menoleh, "Itu bunga matahari." 

"Matahari? Seperti yang di langit itu?" Fiona melihat ke langit, di mana sang mentari belum menampakkan wujudnya secara sempurna. 

"Ya," jawab singkat Fillio. 

"Cantik. Warna na kuning," celoteh Fiona. 

"Kalau ini Kak, namana apa? Bulat-bulat, lucu, kecil. Hihihi." Fiona sedang memperhatikan pot bunga plastik yang berjejeran rapi yang di atasnya terdapat tanamana bunga yang menurutnya lucu. 

"Itu namanya bunga kaktus. Ehh jangan di pegang Fio, itu ada durinya, nanti tanganmu berdarah!" titah Fillio yang berjalan menuju ke tempat Fiona berdiri. 

Dia menjelaskan kepada adiknya bak orang dewasa untuk tidak menyentuh semua bunga kaktus, meski tak semuanya kaktus berduri. Tapi bukan Fiona namanya kalau langsung menerima begitu saja. Rasa penasarannya mengalahkan rasa kekhawatirannya. Ia menempelkan jari telunjuknya ke kaktus itu secara perlahan agar tak melukai tangannya. Dan rasa penasarannya pun terobati. Meski ia merasa sakit sedikit di jarinya akibat duri bunga itu tapi ia tidak menangis. 

"Lio, Fio sarapan dulu, Sayang." teriak Freya. 

"Iya Mom," balas ke duanya.

"Pagi Mami Maret," sapa Fiona dan mencoba duduk dengan baik di kursinya.

"Pagi juga, Sayang," jawab Maret. Ia terlihat terburu-buru menyantap sarapannya karena takut terlambat di hari pertama ia bekerja. 

"Oh iya Fre, aku minta data anak-anak. Jam istirahat nanti aku akan mendaftar mereka ke sekolah," ucap Maret sambil mengunyah makanannya. 

Freya langsung berdiri dan berjalan menuju kamarnya untuk mengambil berkas yang di minta oleh Maret. 

"Fio dan kakak akan sekolah Mi?" tanya Fiona lalu menyeruput susu putih yang telah di sediakan oleh sang Mommy. 

"Iya Saang. Kalau nggak ada halangan mungkin lusa kalian sudah bisa masuk sekolah." 

"Yeah ... sekolah, sekolah. Pasti nanti banyak teman di sana." Fiona sudah membayangkan akan mempunyai banyak teman di sekolahnya. Teman bermain, teman menggambar dan mewarna.  Sedangkan Fillio hanya diam saja, fokus kepada sarapannya. 

Setelah menyelesaikan sarapannya dan mengambil data si kembar Maret melajukan mobil merahnya dengan kecepatan sedang. Membela jalanan yang sudah cukup padat. Mobil, motor terlihat lalu lalang. Beruntung pagi itu ia tidak terkena macet, kalau tidak, entah apa yang akan terjadi di hari pertamanya bekerja. 

Maret melangkah terburu-buru saat masuk ke dalam gedung pencakar langit yang mewah. Dia memperbaiki high heelsnya yang hampir terlepas tanpa melihat sekitarnya.

Bruk… 

"Aww ...." Maret meringis kesakitan begitu keningnya serasa membentur sesuatu yang keras. Terlihat seorang pria bertubuh kekar berjas hitam berdiri di depannya. 

"Anda tidak papa?  Maaf saya tiba-tiba berhenti," ucap pria itu yang tak lain adalah Max. Ia belum melihat wajah wanita yang sudah menabrak dirinya.

"Iya, tidak papa, Pak. Saya juga yang salah karena tidak melihat ke depan." Maret kemudian mendongak melihat pria yang sudah di tabraknya. Mereka berdua terlihat terkejut begitu menatap satu sama lain. Kalau Maret terkejut karena ia tau telah menabrak salah satu orang penting di perusahaan tempat ia berpijak sedangkan Max beda lagi. Ia malah tersenyum dalam hati. 'Pucuk di cinta ulam pun tiba. Aku melihat mu lagi gadis manis! Gadis? Entahlah! Aku akan cari tau nanti,' batin Max

"Ma ... maf Pak. Maaf. Saya betul-betul tidak sengaja," ucap Maret seraya membungkukkan sebagian badannya. 'Matilah aku! Dia kan terkenal kejam orangnya!'

"Iya tidak papa. Apa kau karyawan baru di sini?" tanya Max seraya menatap lekat Maret. Tatapan yang sulit di artikan. Maret? Jangan tanya lagi, dia jadi salah tingkah dengan tatapan asisten CEO perusahaan tersebut. 

'Kenapa dia menatapku seperti itu?' batin Maret.

"I ... iya Pak. Ini hari pertama saya bekerja," jawab Maret dengan perasaan gugup. Maret adalah salah satu wanita pemberani. Tapi entah kenapa nyalinya terasa menciut, keberaniannya melayang entah ke mana begitu berhadapan dengan asisten yang terkenal kejam itu. Ada aura dingin yang di pancarkan oleh pria di depannya itu. 

'Padahal aku kagum loh sama dia! Bahkan fotonya saja ada di galeri handphone ku. Hihihi! Seharusnya aku senang dong, bisa melihat dia secara langsung begini, berjarak hanya beberapa sentia saja. Tapi kenapa aku gugup sekali seperti ini? Ayo Maret pasang senyum manismu, kali aja nasib baik berpihak padamu. Bisa jadikan dia pacar, kalau perlu suami. Hahahha aku pasti sudah gila!' monolog Maret panjang lebar.

Dia mengetuk pelan kepalanya berulang-ulang kali. Sambil menggerutu pelan. Tingkahnya itu justru di anggap menggemaskan oleh sang pria yang ada di depan. Hingga senyum tipis terbit di bibir Max yang tak di sadari oleh Maret.

'Apa yang dia fikirkan? Menggemaskan sekali!' batin Max.

"Kamu yang terpilih sebagai asisten Sekretaris Adelia?" tanya Max dengan wajah datarnya. Meskipun ia begitu senang bertemu kembali dengan wanita yang tak sengaja ia kagumi kemarin, tapi ia masih bisa mengontrol raut wajahnya seperti biasanya ketika sedang berada di perusahaan. 

"Iya Tuan." Maret menunduk, antara malu, senang dan juga takut bercampur menjadi satu kesatuan. 

'Bagus. Itu artinya aku bisa bertemu dengannya sepuas hatiku. Ruangan ku kan berdekatan dengan ruangannya,' gumam Max dalam hati.

"Oh ya sudah kalau begitu. Selamat bekerja di HR'Company. Saya harap kamu bisa bekerja dengan baik. Saya permisi." Max berjalan mendahului Maret tanpa menunggu jawaban dari wanita tersebut. 

'Astaga. Ternyata aslinya tampan sekali. Berjalan saja berdamage. Aduh jantungku! Mungkin aku harus ke dokter memeriksa jantungku. Kenapa dari tadi selalu berdegup kencang. Akkhh aku padamu tuan Max!' batin Maret meronta.

Follow IG : @mommyagam77

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel