Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#####chapter 2 godaan di dapur

sesampainya di ruang dapur, Mbak Fitri menyuruhku duduk untuk menunggunya, sedangkan ia sibuk berkutat dengan alat alat dapurnya membuat lauk dadakan untuk kita makan siang.

“dah.. kamu tunggu aja dulu sambil main main hp.. Mbak masak lauk bentar..” ujar Mbak Fitri seraya mendorongku untuk duduk di kursi ruang makan yang menjadi satu dengan ruang dapur tersebut.

tanpa menjawab sepatah kata pun yang keluar dari bibirku, aku hanya menurut saja bagai kerbau yang dicocok hidungnya ketika Mbak Fitri mendorong dan menyuruh aku untuk duduk menunggunya yang sedang memasak lauk.

Seperti yang Mbak Fitri sarankan, aku mengeluarkan ponselku untuk mengisi kesibukkanku sembari menunggu, dan tentunya juga untuk mengalihkan perhatianku yang terus menatap kearahnya yang saat itu mengenakan dress tanpa lengan yang bagian bawahnya juga sejengkal diatas lutut.

Jujur saja meski aku memainkan ponselku dengan membuka aplikasi toktok dan berusaha Fokus dengan video lucu yang tampil di aplikasi tersebut, di akui tidak di akui nyatanya mata ini sulit untuk di ajak kompromi, masih saja sering kali curi pandang ke arah Mbak Fitri yang sedang berdiri membelakangi aku, tanpa bisa aku kontrol mata ini sering mengamati betis hingga naik ke paha Mbak Fitri bagian belakang  yang terlihat putih mulus dan menggoda iman, itu menurutku.

Bahkan sempat beberapa kali aku kepergok Mbak Fitri ketika mataku menatap fokus bagian yang aku sebutkan tadi, dan aku melihat ketika Mbak Fitri menoleh kearahku, namun aku tak segera menyadari akan kesalahanku,begitu pula ia juga sama sekali tak menegurku, justru malah malah melemparkan senyum manisnya kearahku, seolah ia sengaja ingin menggodaku dan bodohnya aku justru membalas senyuman itu.

Begitu pun dengan diriku, rasanya ingin sekali aku menyentuh bagian bagian tubuh dari Mbak Fitri yang terekspos di mataku.

Namun kewarasanku berulang kali masih menyadarkanku bahwa itu salah dan sepantasnya aku lakukan.

  aku sadar betul dengan batasanku, jika Mbak Fitri adalah istri kakak sepupuku, yang itu artinya ia bisa di sebut juga dengan kakak iparku.

“Suf.. sadar Suf.. kamu nggak memiliki pikiran macam macam, jangan berfikir macam macam tentangnya.. melihatnya dengan berlebihan seperti ini saja itu sudah jelas salah Suf.. sadarlah.. Dia itu kakak iparmu, istri dari Mas Irawan, kakak sepupumu sendiri..” batinku yang berusaha menyadarkan diriku.

  Sekuat mungkin aku menahan hasratku untuk melakukan apa yang aku inginkan dan berusaha melawan bisikkan setan yang menggelayuti diriku, aku berharap diriku bisa puas hanya dengan melihatnya saja tanpa menyentuh, walau sebenarnya aku sadar jika melihatnya saja itu sudah salah.

Tapi apalah daya, semakin kutolak mata ini untuk melihat, keinginan itu seperti memaksaku untuk terus melihatnya.

Akan tetapi beberapa saat kemudian suara Mbak Fitri memecah lamunanku yang sedang fokus menatapnya dari belakang, ketika ia memintaku untuk mengambilkan untuk membersihkan tumpahan minyak di sebelah kompor yang aku nggak tahu itu sengaja atau tidak, minyak goreng yang tutupnya masih rapat itu bisa tumpah, karna aku sebelumnya tak melihat ia membuka tutup botol itu atau Mbak Fitri menuangkan minyak dari botol itu.

“Suf..” seru Mbak Fitri yang seperti angin lalu di telingaku.

“Suf..” ulangnya yang lagi lagi tak mendapat sahutan dariku.

  “YUSUF...!!!” seru Mbak Fitri yang suaranya naik beberapa oktaf dan seketika menyadarkan aku.

Dengan tergagap aku pun langsung menyahutinya “eh eh i..iya Mbak.. ada apa???” 

“Suf.. tolong ambilin Kain lap di sebelah kamu itu dong..” seru Mbak Fitri yang seketika menyadarkan akal sehatku.

 “kamu lagi mikirin apasih?? Duduk nggak begitu jauh, tapi di panggilin nggak nyahut nyahut..” Mbak Fitri mencebik kesal sama aku loading terlalu lama menyahuti seruannya.

   “eh itu Mbak, mulus..” mulutku yang keceplosan tak bisa diajak kompromi.

 “apa kamu bilang?? Mulus?? Apanya yang mulus Suf??” tanya Mbak Fitri seraya menoleh padaku dan mengerlingkan tatapan nakalnya padaku.

     Menyadari apa yang baru saja aku katakan seketika aku sangat merasa malu, rasanya ingin sekali menenggelamkan muka ini kedalam sumur di samping rumah Mbak Fitri.

    Dengan raut wajah memerah menahan malu akibat perkataanku pada Mbak Fitri barusan, aku pun menjawab “eum.. eum.. maaf Mbak.. aku nggak bermaksud ku kurang... ”

Lagi lagi Mbak Fitri menskak perkataanku..

“Ah sudahlah Suf.. Mbak tahu apa yang kamu maksud.. nggak nyangka ternyata kamu bukan cuma udah lulus sekolah, tapi kamu juga udah dewasa dan juga sudah mulai tertarik sama lawan jenis..” ujarnya sambil mencondongkan Wajahnya menjadi sangat dekat dengan wajahku, yang otomatis dua mangga kembarnya terlihat oleh mataku, dan aku yakin saat itu Mbak Fitri memang sengaja memamerkan mangga kembarnya untuk aku lihat.

“eh eh.. Mbak....” tenggorokanku serasa tercekat, bahkan niat untuk segera menjauh pun tak bisa aku lakukan, tubuh serasa membeku.

“shut...! ” desis Mbak Fitri seraya menempelkan jari telunjuknya pada bibirku memintaku untuk diam.

“Dia berkata seperti ini, serius untuk menggodaku apa hanya ingin bercanda saja denganku??” batinku ketika Mbak Fitri berkata demikian dengan jarak wajah kami yang teramat sangat dekat.

“Yusuf ganteng.. ambilin kain lap di sebelah kamu itu dong..” lirih Mbak Fitri seraya mengulas senyuman nakalnya.

Ucapan lirih Mbak Fitri seolah seperti menghipnotis diriku, dengan bodohnya aku nurut sama Dia untuk mengambilkan kain lap di sebelahku yang sebenarnya ia sendiri mampu untuk mengambilnya.

aku pun langsung menyambar kain lap di sebelahku lalu memberikannya pada Mbak Fitri.

“i ini Mbak kain lapnya..” kataku dengan tangan gemetaran menyerahkan kain lap tersebut, karna jujur saja ini pertama kalinya aku bedekatan dengan lawan jenis dengan jarak yang amat sangat dekat bahkan deru nafasnya pun terasa mengenai hidungku, di tambah lagi dengan penampilannya yang menurutku sangatlah menggoda, apalagi mata ini lagi lagi terpaku fokus menatap mangga kembarnya yang saat itu bagian depan dari dress yang di pakainya amat lah longgar.

“kamu lagi lihatin apa sih Suf?? Sampai sampai keberadaan Mbak yang deket banget sama kamu kaya gini terabaikan..” ujarnya dengan nada yang seolah menantang diriku untuk menyentuh atau pun memegang benda yang sedang aku lihat serta jelas ia ketahui apa yang aku lihat.

“e enggak ada Mbak..” sahut dengan nada bicara yang gagap.

“kamu yakin..? kalau kamu nggak lagi lihatin sesuatu??” tanyanya yang seolah sedang mengulitiku.

“yakin Mbak.. a aku nggak lihat apa apa kok..” sanggahku dengan cepat. 

“baiklah kalau kamu lagi nggak lihatin apa apa..” ujarnya seraya membalikkan berdirinya dengan tegak dan berbalik arah.

Namun untuk sesaat ia menghentikan langkahnya dan menoleh padaku, lalu berkata..

“percuma aku pakai dress kaya gini.. kalau nyatanya saja nggak cukup buat kamu tertarik sama aku..” desahnya dengan nada yang amat teramat kecewa, dan itu jelas sekali aku mendengarnya.

“maksud Mbak Fitri apa??” sahutku dengan melempar pertanyaan bodoh yang jelas aku sendiri sudah tahu jawabannya tanpa Mbak Fitri menjawabnya pun.

   “ah sudah lah Suf, lupakan saja.. Mbak mau lanjut masak..” ucapnya sedikit ketus lalu berjalan menuju ke kompor yang apinya masih menyala untuk menggoreng ayam.

Mendengar perkataan ketus Mbak Fitri, seketika aku merasa bersalah dan aku pun langsung bangkit dari dudukku untuk menghampirinya.

      Lalu aku merebut kain lap yang dipegangnya. “sudah.. Mbak lanjut masak aja, biar aku yang bersihin tumpahan minyak ini..” ujarku seraya merebut kain lap tersebut dari tangannya yang hendak mengelap tumpahan minyak di sebelah kompor itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dari bibirku untuk mengajaknya berbicara, aku membersihkan tumaphan minyak goreng tersebut meski pikiranku kacau memikirkan perkataan Mbak Fitri barusan.

“apa maksud Dia berkata seperti itu?? Apa iya Mbak Fitri menginginkan ku???”

“ah.. sadarlah Suf.. itu salah.. kamu nggak sepantasnya melakukan hal itu sama Dia, ingat.. Dia itu ipar kamu.. meski Dia berniat menginginkanmu untuk berbuat lebih padanya, itu tetap saja salah Suf.....”  isi batin dan pikiranku sambil membersihkan tumpahan  itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel