Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Masitoh mengajak Zara ke supermarket, bahkan dia membelikan makanan kesukaan Zara di sebuah kedai makanan dari hasil gaji nya. Walau Zara menolak, tetapi Masitoh tetap memaksa dan akhirnya Zara mau menerimanya dengan senang dan melahapnya dengan rakus seraya duduk di kursi yang berada di depan kedai pinggiran itu.

"Ini sangat enak, Mbok." Zara berucap dengan senyuman manisnya. Gadis ini memiliki wajah cantik dan begitu mirip dengan almarhumah Ibu nya. Masitoh mengenal Zahra Ibu dari Azahra dulu saat Abraham baru menikahinya. Karena Maura menerimanya dengan tangan terbuka walau tidak dengan kedua putranya. Zahra dulu juga gadis cantik dari desa yang kebetulan bekerja di kantor Abraham. Dia gadis yang lemah lembut dan sangat baik.

Zara selalu senang dan antusias saat mendengar tentang Ibundanya dari Masitoh yang sudah bekerja begitu lama di keluarga Abraham.

Mereka berjalan menuju rumah, hingga langkah mereka terhenti di tempat permainan anak-anak. "Mbok, Zara boleh tidak main di taman itu dulu?" tanya Zara menunjuk taman yang terdapat sebuah perosotan, ayunan dan mainan anak-anak lainnya.

"Tetapi sebentar lagi Nyonya dan Tuan akan pulang," ucap Masitoh.

"Sebentar saja Mbok, Zara kan tidak pernah keluar. Sepertinya bermain di sana sangat menyenangkan." Masitoh melihat wajah berbinar Zara. Ia tidak tega juga akhirnya, karena selama ini Zara selalu diam di dalam rumah dan hanya bermain dengan sapu dan gagang pel.

"Baiklah, sebentar saja yah. Ingat jangan lama," nasehat Masitoh yang di angguki Zara dengan sangat antusias. Taman itu memang begitu dekat dengan rumah keluarga Abraham. Hanya berjarak beberapa meter saja.

Zara sedikit berlari ke sana dengan sangat antusias. Dia sangatlah bahagia membuat Masitoh tanpa bisa menyembunyikan senyumannya. Ia selalu berdoa di dalam hatinya untuk kebahagiaan Azahra. Anak itu terlalu banyak mendapatkan siksaan bahkan dari usia 2 tahun.

Bahkan Masitoh ingat dulu saat usia Azahra 2 tahun, Abraham menganiaya nya hingga Zara hampir meninggal dunia. Tetapi Maura lebih cepat menyelamatkannya. Zara memang polos dan sedikit bodoh karena dia sama sekali tidak pernah sekolah dan belajar hanya dari ilmu minim yang di ketahui Masitoh.

***

Satu jam sudah berlalu dan Zara lupa waktu, ia bergegas pulang saat melihat langit sudah mulai senja. Ia berjalan perlahan menuju ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Zara kaget setengah mati saat melihat mobil Abraham terparkir di sana. Ia bergegas masuk melalui pintu belakang dan melihat Masitoh sibuk dengan pekerjaannya.

"Assalamu'alaikum," serunya.

"Zara," ucapnya sedikit lega. "Kamu kenapa lama sekali, Mbok sudah sangat khawatir. Mbok tidak bisa menjemputmu karena pekerjaan Mbok sangat banyak. Sekarang sebaiknya kamu bergegas dan setrika pakaian sebelum Nyonya mengomel."

Zara mengangguk dan beranjak menuju tempat setrikaan.

"Darimana saja kau anak nakal!" geraman itu menghentikan langkah Zara yang baru keluar dari dapur. Ia menoleh ke belakangnya dan mendapatkan Amanda berdiri di sana dengan melipat kedua tangannya di dada.

"Enak sekali kau keluyuran, sedangkan putriku datang tidak kau layani!" pekiknya menjewer telinga Zara.

"Ampun Nyonya, aduh!" ringisnya saat jeweran itu terasa begitu kencang dan panas bahkan rasanya kuping Zara akan copot.

"Maaf Nyonya tadi Zara bermain di taman, maafkan Zara," cicitnya hendak menangis.

"Siapa yang menyuruhmu dan mengijinkanmu keluar dari rumah, hah?" bentaknya semakin menarik telinga Zara yang tertutupi kerudung hitam.

"Sakit, maafkan Zara Nyonya."

"Kau itu ingin mencemarkan nama baik keluarga kami, hah? Dengan seenaknya keluyuran keluar!" Zara menggelengkan kepalanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel