Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

CHAPTER 7

“Ma, apa kita harus jalan kaki ya sampai ke jalan raya?” tanya Tiara ketika tengah berjalan kaki bersama Latifa dari rumahnya menuju jalan raya.

“Iya sayang, anggap saja lagi olahraga yah, semangat!” ucap Latifa sembari mengepalkan satu tangan dan menunjukkannya kepada Tiara.

“Iya! Semangat!” balas Tiara seraya mempraktikkan apa yang ibunya lakukan.

Setelah itu mereka berdua melanjutkan untuk berjalan beriringan menuju jalan raya berada.

Sekitar 10 menit akhirnya mereka sampai.

“Untung kita berangkat lebih pagi yah, kalau tidak, pasti kita akan terlambat” ucap Latifa yang diangguki oleh Tiara.

“Setelah ini kita mau kemana Ma?” tanya Tiara dengan penasaran.

“Kita menunggu angkutan umum yah di sini, pasti sebentar lagi akan sampai” jawab Latifa sembari mengelus rambut Tiara dengan lembut.

“Apa mereka akan menghampiri kita?” tanya Tiara lagi.

“Pasti, karena supir angkutan umum dan supir-supir lainya itu mencari penumpang, mereka akan berhenti jika kapasitas yang ada di dalam kendaraannya itu sudah penuh” jelas Latifa membuat Tiara mengangguk-anggukan kepalanya karena merasa paham.

Setelah itu mereka berdua terdiam dan mengedarkan pandangannya kiri dan kanan untuk mencari keberadaan angkutan umum tersebut.

“Kita menunggu sampai kapan Ma?” tanya Tiara karena mulai bosan.

Sedangkan Latifa terus-menerus melihat jam tangannya sembari melihat ke samping kanan dan kiri.

‘Aduh! Bagaimana ini! Bisa telah Tiara nanti!’

Runtuk Latifa dalam hati karena tidak kunjung melihat angkutan umum yang melintas.

TIN TIN TIN

Suara klakson mobil asing yang tiba-tiba berhenti di hadapan Latifa dan Tiara.

Latifa dengan spontan memeluk Tiara saat kaca mobil tersebut mulai turun dan menampilkan siapa yang berada di dalam mobil tersebut.

“Butuh tumpangan Nyonya dan Tuan Putri Tiara?”

‘Erlando? Kenapa di saat seperti ini, aku haru bertemu dengannya?!’

Kesal Latifa dalam hati sembari memalingkan wajahnya.

“Om Lando! Iya Om, kebetulan Tiara dan Mama sedang menunggu angkutan umum, tapi dari tadi tidak kunjung ketemu angkutan umumnya, padahal… Bel sekolah Tiara akan berbunyi lima belas menit lagi!” celoteh Tiara membuat Latifa panik.

“Tiara! Mama kan sudah bilang, jangan suka bicara dengan orang asing! Apalagi kamu harus memperjelas masalah kita kepada orang tersebut!” tegur Latifa membuat Tiara memanyunkan bibirnya.

“Habis… Tiara capek Ma!” keluhnya sembari menundukkan kepala.

“Setidaknya ini demi Anakmu Latifa, kamu tidak usah memperdulikan aku, aku hanya berniat mengantarmu saja” sela Erlando membuat Latif mengalihkan pandangannya dan menatap jengkel ke arah Erlando.

“Ma!” panggil Tiara sembari menarik gamis yang Latifa kenakan, yang membuat Latifa menatapnya kembali

“Mau yah Ma! Biar kita gak capek lagi!” bujuk Tiara seraya menunjukkan puppy eyes kepada Latifa.

Latifa menghela nafas pasrah.

‘Apa boleh buat? Jam sudah mendekati waktu sekolah ditutup, untuk kali ini saja mungkin tidak akan berpengaruh apapun’

Ulas Latifa dalam hati lalu menganggukkan kepalanya, tanda jika menyetujui untuk menerima tawaran tumpangan dari Erlando.

Erlando tersenyum bahagia, buru-buru ia keluar dari mobil lalu membuka kan pintu mobil untuk Latifa dan Tiara.

“Silahkan masuk.” ucap Erlando mempersilahkan, Tiara buru-buru masuk ke dalam mobil dengan riang.

Disusul Latifa di belakangnya tanpa menoleh sedikitpun kepada Erlando saat ia memasuki mobil.

“Dua belas menit lagi, tolong lebih cepat” ucap Latifa dengan singkat.

“Baik Nyonya!” saut Erlando sembari melirik Latifa dari kaca spionnya.

Sesuai yang Latifa minta, Erlando mempercepat laju mobilnya, bahkan di luar perkiraan.

Sampai rasanya Latifa puluhan kali istighfar.

Dan tidak kurang dari tujuh menit, akhirnya mobil Erlando sudah terparkir di depan sekolahnya Tiara.

“Sudah sampai di sekolahnya Tuan Putri!” seru Erlando membuat Tiara tertawa.

“Baik Grand Duke! Saya sangat kagum dengan kemampuan Anda dalam mengendarai kuda besi ini!” balas Tiara membuat Latifa agak terkejut.

‘Sebenarnya apa yang sedang mereka mainkan? Kenapa dari bahasa mereka sangat aneh di telingaku!’

Batin Latifa bertanya-tanya.

“Sudah-sudah, ayo Tiara! Kamu hampir telat!” tegur Latifa membuat Tiara kesal.

“Mama gak asik Ah!” gerutunya namun tidak Latifa pedulikan.

Latifa segera membuka pintu mobil Erlando sebelum Erlando turun dan membukakan pintu mobilnya kepada Latifa dan Tiara.

“Aku kalah cepat yah!” lirih Erlando ketika ia sampai di dekat Latifa dan Tiara, karena sebelumnya ia sempat terhalang dengan sabuk pengaman yang menyangkut.

Tiara terlihat mencium tangan Latifa dan Erlando dengan buru-buru lalu segera berlari ke dalam sekolahnya karena sudah hampir terlambat.

Sedang Erlando terlihat terpaku melihat Latifa yang melambaikan tangan kepada Tiara.

‘Andai kamu Istriku dan Tiara adalah Anakku, mungkin semuanya akan terlihat menyenangkan setiap harinya’

Ucap Erlando dalam hati.

Latifa yang baru menyadarinya, buru-buru melihat kearah Erlando yang langsung mengalihkan pandangannya dari Latifa.

“Terimakasih.” ucap Latifa namun enggan melihat kearah wajah Erlando.

“Aku akan melunasi hutang budiku kepadamu di lain waktu” ucap Latifa lalu berbalik hendak pergi meninggalkan Erlando.

“Tunggu Latifa!” cegah Erlando yang hampir saja memegang lengan Latifa.

Latifa berhenti lalu berbalik sedikit ke arah Erlando.

“Ada apa?” tanya Latifa dengan dingin.

“Tidak, aku hanya ingin memperjelas jika semua yang aku lakukan ini ikhlas dan tidak mengharapkan untuk balas budi”

“Bagus kalau begitu, baiklah aku pergi dulu” ucap Latifa lalu segera berjalan dengan cepat meninggal kan Erlando yang terlihat sibuk sendiri, ingin mengajak Latifa untuk mengantarnya pulang namun terasa sulit.

‘Ya Allah, semoga ini pertemuan yang terakhir kalinya dengan Erlando, aku tidak ingin berurusan dengan masa laluku lagi… ‘

Ucap Latifa dalam Hati sembari memegang dadanya dengan kedua tangannya.

***

Mas Candra

Kunci mobil sudah ada di meja ruang tamu, ternyata tadi wanitaku tidak menyukainya, jadi, maaf jika tadi aku meminjamnya dengan sedikit memaksamu.

Latifa menghela nafas melihat isi pesan dari Candra, ia tidak berniat membalas pesan dari Candra, bahkan ponselnya ia lempar ke sembarang tempat yang masih dalam jangkauan yang aman seperti sofa.

Namun Latifa baru menyadari ketika rumah besar yang dulunya sepi karena minim pekerja sekarang tiba-tiba ramai.

Latifa segera mendekati Bi Ina ketika melihat orang itu sedang membawa pakaian kotor.

“Bi tunggu!” panggil Latifa kepada Bi Ina.

“Iya Nyonya?” balas Bi Ina sembari memberhentikan langkah kakinya.

“Ini… Kenapa banyak pekerja lagi?” tanya Latifa dengan heran seraya menatap sekeliling.

“Tuan tiba-tiba merekrut para pekerja Nyonya, entah mengapa bisa secepat ini, hanya saja hal ini mampu untuk mempermudah kita dalam menyelesaikan pekerjaan rumah.” jelas Bi Ina membuat Latifa berpikir.

‘Siapa yang menyuruhnya untuk merekrut pekerja? pasti ini ada campur tangan orang lain dan… para pekerja ini pasti suruhan dari orang itu’

Tebak Latifa dalam hati.

Oh! bukan kita, tapi aku, mulai sekarang Nyonya tidak boleh bekerja lagi!” tegas Bi Ina namun mendapatkan gelengan kepala dari Latifa.

“Tidak Bi! Saya tetap akan melakukan pekerjaan pada rumah ini karena bagaimanapun ini adalah tugas ku juga” ucap Latifa tak terbantah.

“Baiklah-Baiklah, izinkan saya menaruh cucian ini di mesin cuci yah, rasanya sangat berat!” keluh Bi Ina membuat Latifa meringis karena baru menyadarinya.

“Ah iya! Maafkan aku Bi!” seru Latifa membuat Bi Ina terkekeh.

“Tidak apa-apa Nyonya, makan dan istirahatlah, nanti saya akan bangunkan Nyonya untuk menjemput Nona Tiara”

Latifa mengangguk menanggapi ucapan dari Bi Ina, setelah ia terdiam dan merenung kembali memikirkan apa yang terjadi.

“Siapa manusia baik hati itu? Hingga menyuruh Suami angkuh ku itu untuk melakukan semua ini? Apa dia mempunya maksud dan tujuan tersembunyi?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel