Pustaka
Bahasa Indonesia

Ayah Anakku Adalah Seorang Pewaris Kaya Raya

31.0K · Ongoing
Katiram
43
Bab
298
View
9.0
Rating

Ringkasan

Latifa merupakan seorang Mahasiswa akhir yang baru menyadari bahwa dirinya tengah hamil selama 2 bulan. Namun naasnya ketika ia akan memberitahu kehamilannya tersebut kepada pacarnya yang bernama Erlando, Erlando kebetulan sudah berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan study. Dan secara kebetulan Latifa malah di jodohkan dengan Pria lain yang bernama Candra. Bagaimanakah selanjutnya? Silahkan baca dan ikuti cerita ini hingga ending!

PerceraianTuan MudaRomansaPernikahanKeluargaIstriCLBKMenyedihkanPerselingkuhanBaper

CHAPTER 1

“Selamat bu Latifa, dari hasil tes darah anda menunjukkan bahwa anda positif hamil”

Latifa tercengang ketika mendengar kabar yang baru saja ia dengar dari dokter tersebut.

“A-apa dok? saya hamil?” tanya Latifa sekali lagi untuk memastikan.

“Iya bu, anda sekarang tengah mengandung dan usia kandungannya baru 1 minggu” ucap dokter tersebut sekali lagi.

Tangan Latifa gemetar bahkan ketika dirinya menegak salivah juga tidak mampu.

“Baik dok terima kasih, selebihnya nanti apa saya bisa menghubungi dokter jika ada pertanyaan tambahan?”

“Tentu saja, jangan ragu untuk menghubungi saya kapan saja. Semoga semuanya berjalan lancar. Selamat kepada Anda dan suami anda ya”

“Baik dok terima kasih”

Latifa beranjak pergi meninggalkan ruang periksa dengan lunglai, entah apa yang akan ia hadapi setelah ini, membayangkan pun Latifa tidak mampu.

***

“Mohon maaf nona ini siapa yah?” tanya perempuan paruh baya kepada Latifa.

“Saya teman dari Erlando bibi, apakah Erlando ada di rumah?”

“Tuan Erlando sudah pindah sekitar sebulan lalu nona, apakah nona tidak diberitahukan Tuan Erlando waktu itu?”

“S-sebulan yang lalu bi?”

“Iya nona, Tuan telah menyelesaikan studi nya disini lebih cepat lalu beliau memutuskan untuk meneruskannya di luar negeri karena akan segera mewarisi perusahaan Tuan besar”

Erlando lulus kuliah lebih cepat? apakah hanya aku yang tidak mengetahui soal itu?

Pantas saja dia tidak menghubungiku lagi, apakah dia sudah mengetahui akan resikonya lalu meninggalkan diriku begitu saja?

Ucap Latifa dalam hati sembari mengepalkan kedua tangannya dengan erat.

“Baik bi, saya permisi dulu” pamit Latifa lalu berlari begitu saja sembari membungkam mulutnya agar tidak mengeluarkan suara isak tangis.

Latifa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi lalu berhenti di pekarangan rumahnya yang kini terlihat banyak kendaraan yang terparkir.

Apa ini? kenapa banyak sekali kendaraan? ayah dan ibu sedang mengadakan acara apa?

Lirihnya lalu masuk kedalam rumah dengan perlahan.

Objek pertama yang ia lihat adalah pertemuan antara kedua keluarga dengan pihak keluarga lainnya tengah menyuguhkan anak laki-laki mereka yang terlihat sebaya dengan Latifa.

“Akhirnya pulang juga kamu Latifa, kemarilah duduk di sebelah ayah dan ibu” ucap Hariyanto yang merupakan ayah dari Latifa.

“Oh ini anakmu har, cantik sekali yah seperti ibunya” puji seorang wanita paruh baya yang duduk berada tepat di depan Latifa.

“Iya har, aku jadi gak akan ragu-ragu lagi untuk menikahkan anakku dengan anakmu itu” sahut pria paruh baya yang duduk di sebelah wanita tersebut.

“Menikah? apa maksudnya Ayah?” tanya Latifa kepada Hariyanto seraya menampakkan raut wajah yang bingung.

“Ayah lupa untuk memberitahukan kepadamu Latifa, sebenarnya hari ini adalah hari dimana ayah dan sahabat ayah yang bernama pak Tarjo dan istrinya yang bernama bu Romlah ini sepakat untuk membahas terkait pernikahanmu dengan anaknya yang bernama Candra dalam waktu dekat”

Kening Latifa semakin berkerut ketika mendengar pernyataan dari ayahnya tersebut.

“Tapi-”

“Atau lebih baik jika Latifa dan Candra kita biarkan untuk berjalan-jalan berdua? siapa tau mereka berdua akan bisa lebih dekat dengan adanya quality time” saran Haidah yang merupakan ibu dari Latifa.

“Iya bu, kita sependapat, Candra bisa kamu ajak Latifa jalan-jalan sekarang?” tanya Romlah kepada Candra, Candra hanya mengangguk mengiyakan.

Latifa mau tidak mau akhirnya menurut untuk pergi dengan Candra, entah kemana tujuannya tersebut karena pria itu terlihat salah tingkah di sepanjang perjalanan.

“Kamu yakin kita kesini?” tanya Latifa sembari menunjuk taman kanak-kanak di hadapannya.

“Iya, karena menurut ku taman ini sunyi dan menangkan, karena kebetulan anak-anak belum pada libur bukan, jadi cocok untuk kita berbincang-bincang dengan santai” jawab Candra.

Akhirnya mereka berdua duduk disebuah kursi panjang yang disediakan di taman tersebut, sembari merasa kebingungan harus memulai perbincangan dari mana.

“Apa kamu punya pacar?” tanya Candra tiba-tiba yang memecahkan keheningan beberapa saat yang lalu.

“Kenapa kamu menanyakan hal itu?” tanya balik Latifa membuat Candra menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Tidak apa-apa aku hanya ingin memastikan jika kamu benar-benar bersih, karena aku benci wanita yang rusak” pernyataan gamblang yang dilontarkan dari mulut Candra membuat Latifa merasa kesal.

“Perempuan itu tidak ada yang rusak! hanya masa lalu mereka yang kelam, laki-laki maupun perempuan juga sama saja, perempuan rusak juga siapa yang ngerusak kalau bukan laki-laki!” ucap Latifa menggebu-gebu.

“Owh, oke-oke kenapa kamu se emosional itu?”

Latifa hanya mendengus kasar “Aku benci dengan seorang laki-laki yang menyebut perempuan yang memiliki masa kelas adalah rusak!”

Candra terkekeh lalu berdiri dari duduknya.

“Kamu lagi menstruasi bukan? ayo aku traktir coklat biar pikiranmu bisa fresh lagi” ajak Candra lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan Latifa yang raut wajahnya terlihat tertekuk.

***

PLAK

“APA YANG AKU LIHAT INI LATIFA? SURAT HASIL LAB YANG MENYATAKAN JIKA KAMU HAMIL??!” Teriak Hariyanto menggelegar.

“Iya ayah, maka dari itu, aku ingin pernikahan ini tidak terjadi” ucap Latifa sembari menyentuh pipinya yang terkena tamparan dari Hariyanto.

“Dasar anak tidak berguna! anak tidak tau diuntung!” Hariyanto meronta-ronta ketika Haidah dengan sigap menahan tubuh Hariyanto ketika ingin memukul Latifa lagi.

“Istighfar ayah! itu anakmu sendiri!” ucap Haidah bertujuan untuk menahan Hariyanto agar tidak kembali menampar Latifa.

“Anak siapa bu? aku tidak memiliki anak! anak seperti itu hanya bisa membuat nama keluarga menjadi tercoreng!” bentak Hariyanto lalu meludah ke arah Latifa yang hanya bisa diam tanpa bisa berkata-kata.

“Latifa lebih baik kamu masuk ke kamar saja, nanti ibu akan menyusul” suruh Haidah, Latifa hanya mengangguk lalu pergi memasuki kamarnya, sebelum benar-benar masuk kedalam kamar.

Samar-samar terdengar serapah Hariyanto yang terus menerus mengarah kepada Latifa.

Latifa terduduk di pojok kamar sembari memeluk kedua kakinya yang tertekuk, ia menangis dalam diam merasa jika masa depannya benar-benar telah hancur.

“Apakah dosa ku sebesar itu? hingga membuat keadaan sekelilingku menjadi berantakan seperti ini, apa salahnya mencintai sepenuhnya kepada orang yang kita cintai!” lirih Latifa sembari memejamkan kedua matanya.

***

“Latifa, bangun nak, kenapa kamu bisa duduk di lantai seperti ini?” tanya haidah sembari membantu Latifa untuk duduk di ranjangnya.

Haidah mengusap air mata dan keringat Latifa dengan hati-hati lalu menatap putrinya tersebut dengan lekat.

“Kami tidak bisa memutuskan pernikahan ini Latifa, ini demi kebaikanmu juga dan demi bayi yang kamu kandung, dengan adanya pernikahan ini bayi tersebut dapat memiliki ayah dan akan diakui sebagai anak yang sah Latifa” tutur Haidah membuat Latifa menggelengkan kepalanya.

“Tidak bu, ini sama saja dengan penipuan, Latifa takut jika suatu saat mereka mengetahuinya, L-latifa akan di-”

“Sssst” Haidah mencegah Latifa untuk meneruskan ucapannya, memegang pipi Latifa menggunakan kedua tangannya.

“Kau anak yang berbakat, berusahalah agar kehamilan ini murni hasil dari benih cinta antara kamu dan suamimu, maka kamu akan baik-baik saja Latifa, turuti apa kata ibumu”