Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

CHAPTER 6

Erlando yang menyadari keberadaan Latifa lantas langsung berdiri dari tempat duduknya, sembari menatap lekat Latifa.

Latifa dengan perlahan mendekati Erlando dengan raut wajah yang datar.

Buru-buru Erlando menyingkir lalu memberikan tempat duduk kepada Latifa.

“Silahkan duduk” ucapnya mempersilahkan.

Latifa hanya melihat saja namun enggan untuk duduk di tempat duduk tersebut.

“Tidak perlu” ucap Latifa dengan ketus.

Erlando hanya tersenyum memaklumi, dari awal ia yang patut dipersalahkan karena dengan tiba-tiba menghilang tanpa mengabari Latifa terlebih dahulu.

“Kenapa kau melakukan semua ini?” tanya Latifa dengan sinis.

“Karena hanya ini yang dapat membuat ku bertemu denganmu Latifa, apa kamu tidak merindukanku?”

Latifa berdecih ketika mendengar perkataan Erlando, setelah itu ia menatap pria tersebut dengan tajam.

“Merindukanku? apa kau tidak ingat? kau yang meninggalkan ku waktu itu, apa kau tidak tau… bagaimana menderitanya aku setelah kau tinggal!” sentak Latifa tanpa sadar yang cukup menyita banyak perhatian pengunjung.

Astaghfirullah aku kelepasan!

Runtuknya dalam hati seraya melihat-lihat sekeliling dengan malu.

“Mama! kenapa mama memarahi om Lando? Om Lando kan gak salah apa-apa!” sentak Tiara kepada Latifa.

Latifa tertegun mendengar jika Tiara memanggil Erlando dengan sebutan Lando, yang bagaimanapun nama tersebut adalah nama kesayangannya untuk Erlando.

“Tiara… kan Mama sudah bilang, jangan mudah percaya dengan orang yang tidak kenal, kenapa Tiara tidak memperhatikan ucapan Mama sekarang?” ucap Latifa sembari jongkok di hadapan Tiara.

“Tapi Om Lando kan teman Mama, terlebih… Om Lando juga memiliki foto berdua bersama Mama, ini fotonya” ucapnya sembari memberikan selembar foto kepada Latifa.

Latifa meraih foto tersebut, itu adalah fotonya bersama Erlando ketika sedang berlibur ke suatu tempat wahana yang dulunya ramai pengunjung.

Pandangan Latifa beralih kepada Erlando yang hanya menatapnya dengan senyuman manis yang mampu membuat Latifa muak.

Entah apa yang ia inginkan, jangan sampai dia merebut Tiara dariku, aku tidak akan rela!

Ucap Latifa dalam hati.

Buru-buru Latifa memasukkan foto tersebut ke dalam saku gamisnya, lalu segera menggendong Tiara.

“Jangan dekati aku dan anakku lagi! kita sekarang bukan siapa-siapa melainkan orang asing, Assalamualaikum!” peringat Latifa lalu pergi begitu saja meninggalkan Erlando yang masih berada di sana.

“Ini baru permulaan Latifa, aku ikhlas jika suamimu itu baik dan bertanggung jawab, namun ternyata suamimu itu hanya pria rendahan yang sepatutnya dibunuh sebelum lahir, tunggu dan lihat saja, aku akan mendapatkanmu kembali Latifa!”

***

Latifa dengan buru-buru memasuki rumah lalu segera menutupnya dengan rapat.

“Nyonya? ada apa? kenapa Nyonya terlihat khawatir?” tanya Bi ina dengan runtut.

“Tidak apa-apa Bi, saya cuma khawatir dengan kasus penculikan yang viral, jadi saya dengan spontan melakukan tindakan ini” jelasnya membuat Bi ina menganggukkan kepalanya.

“Sini Nyonya, biar saya gendong Nona Tiara ke kamarnya” ucap Bi ina sembari mengambil alih Tiara yang tertidur di gendongan Latifa.

“Lebih baik Nyonya makan dan istirahat, karena dari tadi Nyonya sama sekali belum makan karena membantu saya beres-beres” saran Bi ina.

“Baik Bi, terima kasih yah”

“Iya Nyonya, saya permisi dulu” pamit Bi Ina lalu pergi mengantar Tiara ke kamarnya.

Latifa menghela nafas panjang lalu duduk di sofa sembari merenung.

“Kenapa harus seperti ini? disaat aku mulai menerima keadaanku yang sekarang, mengapa dia harus kembali lagi?

Ya Allah, apa ini hukuman untukku karena telah berbuat zinah? aku tidak akan mengeluh Ya Allah… namun jangan limpahkan ketidak beruntunganku kepada Tiara.

Karena bagaimanapun Tiara tidak tau apapun dengan dunia ini” lirihnya sembari menangis dalam diam.

***

“Bagaimana Tuan? Apakah Tuan berhasil mendapatkan hati Nona Latifa kembali?” tanya Linda antusias.

“Sayangnya Latifa bukan perempuan yang mudah untuk ditaklukkan, sepertinya dia melewati masa-masa yang susah waktu itu, jadi sekarang dia tidak percaya kepadaku lagi” ucap Erlando dengan raut wajah pilu.

“Itu karena Tuan kurang perhatian dengan Nona Latifa, apakah Tuan melakukan seperti yang aku katakan?”

Erlando menggelengkan kepalanya.

“Aku bertindak seolah-olah menculik Tiara, jadi dia sangat kesal sekarang kepadaku, bahkan aku dilarang olehnya untuk bertemu lagi dengan mereka berdua” gerutu Erlando sembari membuang pensil-pensilnya yang ada di meja.

Linda menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena menurut Linda bosnya ini bodoh dalam hal mengambil hati seseorang.

“Kalau untuk itu, sudah pasti Nona Latifa akan marah, bagaimana bisa anda menculik anaknya lalu ketika bertemu berlagak sok akrab seperti itu?”

“Kalau aku tidak melakukan itu, dia tidak akan mau bertemu denganku, kau pikir dengan memberi pesan kepadanya untuk bisa bertemu denganku, dia akan langsung pergi menemuiku begitu?” ucap Erlando tidak terima yang mana membuat Linda semakin gemas ingin memukul bosnya tersebut.

“Kalau begitu, untuk saat ini saran saya, anda tetap menempel kepada Nona Latifa, jadi kalau bisa setiap saat anda menguntit Nona Latifa agar ketika Nona Latifa berada dalam kesulitan, anda akan selalu berada disisinya” saran Linda membuat Erlando menganggukkan kepalanya.

“Ide bagus, aku akan menambahkan bonus kepadamu Linda” ucap Erlando dengan raut wajah yang gembira.

“Terimakasih Tuan, ah iya, saya ada ide” celetuk Linda membuat Erlando penasaran.

“Apa itu?”

Linda tersenyum bangga lalu segera mengucapkan alur dari rencana yang akan ia lakukan.

***

“Ingat yah sayang, kamu jangan ikut pergi dengan siapapun lagi selain sama Mama mulai saat ini” peringat Latifa kepada Tiara seusai membantu Tiara memakaikan seragam sekolah.

“Untuk Om Lando juga?”

“Terutama dia, dia itu bukan teman Mama Tiara”

“Tapi kenapa Mama bisa foto dengan Om Lando?”

Latifa terdiam beberapa saat dengan raut wajah sulit untuk diartikan, lalu buru-buru mengganti raut wajahnya dengan riang kembali.

“Zaman sekarang itu sangat canggih Tiara, sebenarnya itu bukan foto Mama sama Om Erlando, dia hanya mengedit wajah orang lain yang menggantikannya dengan wajah Mama”

“Seperti itu yah… “ ucap Tiara dengan lesu.

Bagaimana aku harus memberitahukan kepadamu nak, kalau sebenarnya Erlando itu Ayah kandungmu.

Ucap pilu Latifa dalam hati.

TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu kamar Latifa, buru-buru Latifa bangkit dari duduknya untuk membuka pintu kamar tersebut.

“Latifa, mobil kamu untuk hari ini biarkan wanitaku yang meminjam yah, kamu naik angkot saja kalau mau mengantarkan Tiara ke sekolah”

“Apa? tapi jarak antara rumah dengan jalan raya lumayan jauh Mas, Tiara bisa telat!” protes Latifa namun Candra seperti tidak peduli.

“Pesan ojek online ajakan bisa? kenapa hidupmu dibikin ribet aja sih?” ucap Candra yang seperti sudah mulai tersulut emosi.

“Akun ojek online ku lagi ke blokir Mas, lagian buat apa kamu meminjamkan mobil untuk wanita rendahan mu itu!”

“Latifa… berikan kunci mobilnya, dan aku akan pergi dari sini!” pintah Candra dengan nada rendah namun penuh tekanan.

Latifa dengan rasa jengkel buru-buru mengambil kunci mobilnya lalu memberikan begitu saja kepada Candra.

“Sudah puas kan?”

Candra hanya terdiam tanpa menatap wajah Latifa, lalu tanpa bicara ia berbalik dan segera pergi dari sana.

Latifa melihat kearah atas berniat menahan air matanya yang akan terjatuh.

“Bahkan… wanita-wanita itu derajatnya lebih tinggi di matamu, daripada aku yang merupakan istri sahmu yah mas?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel