Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 8

Huhhhh........

Satu desahan kecil lolos begitu dari bibir mungil Rena, dia merasa tak nyaman dan minder.

Jelas itu karena dia merasa seperti gelandangan yang nyasar ke rumah Milioner, liat saja apa yang dia kenakan sama sekali tak selaras dengan tamu-tamu lainnya.

Rata-rata dari mereka mengenakan dress, gaun dan juga setelan jas mewah. Sedangkan Rena?, Dia hanya mengenakan baju lengan panjang dan juga celana jeans selutut.

Sialan!  Upatnya kesal

Ini semua karena pria gila itu, seharusnya dia tak bersikap seenaknya. Yab, sebenarnya bukan mau Rena berada di sini, dia di paksa oleh Justin.

Seorang gigolo yang doyan tante-tante kesepian banyak uang, jangan tanya gimana Rena bisa kenal pridator itu. Rena tak mau membicarakannya karena sekarang dia sadar jika itu adalah kesialan, sikap pemaksa milik Justin yang membuat Rena harus merasakan perasaan tak nyaman ini.

"Jus, gue balik ya. Gak betah gue di sini" bisik Rena pada Justin yang kini berada di sampingnya.

Mendengar bisikan Rena sontak membuat Justin menoleh dan melontarkan tatapan tak suka.

"Nanti aja Napa, temenin gue lah. Gue sendirian tau, kalau bukan temen gue yang undang mana mau gue ke acara ginian bego" jawab Justin dengan nada kesal.

"Ya, Lo bisa tuh ngajak budak-budak seks Lo itu. Kenapa harus gue coba, mana ke tempat mewah kayak gini lagi. Lo niat gue pakek apaan nyet" ucap Rena tak kalah kesal, Justin terkekeh.

Ya, pria itu menyeret Rena saat gadis itu sedang di warnet. Biasalah main game.

"Hehehe ya maaf, habis gue bingung ngajak siapa soalnya kalau di ajak satu nanti yang lainnya ngambek kan berabe kalau gak ada lagi ATM berjalan" jawab Justin dengan nada bersalah, ya dia sedikit menyesali sikapnya beberapa jam yang lalu.

Rena memutar matanya jenah, ingin sekali dia menghajar pria itu tapi dia tak ingin jarinya nyeri cuman buat nonjok orang menyebalkan seperti Justin.

"Nikmatin aja, anggap aja lagi di pantai. So santuy aja bro" ucap Justin dengan tampang ingin di tonjok.

"Asu, muka Lo lah kayak di pantai" jawab Rena dengan nada kesal, Justin terkekeh kecil lalu mencubit hidung Rena gemas.

Sontak membuat Rena mengerang kesal serta mencoba melepaskan jari jemari Justin yang kini mengapit hidungnya, beberapa detik kemudian dia bernafas lega dan leluasa setelah Justin melepaskan jari jemarinya dari hidung Rena.

"Bangsat!, Sakit tau. Mana bau lagi, gak perawan lagi hidung gue Bangke. Uhh gak suci lagi hidung gue udah ternoda sama tangan yang sering nyolok memek" ucap Rena dengan nada ketus, sontak membuat Justin tertawa terbahak-bahak.

"Elah kayak jari Lo gak pernah aja ren" ejek Justin, sontak membuat mata Rena menatap Justin sengit.

"Gak ya, jari gue masih suci belum di siram sama cairan menjijikan itu. Jangan samain gue sama Lo deh, dasar gigolo laknat" sangkal Rena, tentu saja tambah membuat Justin tertawa lagi.

"Jiaaa, sok Lo nyet. Kita satu jenis ya, jangan sok polos deh."ucap  Justin tak percaya , Rena berdecak kesal lalu menyumpal mulut Justin dengan bungkus rokok.

"Serah lo, percaya atau gak. Yang penting gue masih perawan wle" jawab Rena acuh, Justin terkekeh geli.

Dia sangat senang membuat Rena kesal, seperti ada kepuasan tersendiri tapi Jujur dia gak percaya kalau Rena gak pernah berhubungan sama klien-kliennya.

Ayolah, baik dia atau pun Rena bukan ABG lagi. Butuh asupan batin, tapi di lain sisi Justin juga percaya karena Rena itu sangat polos walau dia brengsek dan bajingan.

Di bandingkan Rena, Justin lebih baik. Setidaknya kalau dia punya pacar, dia gak akan meninggalkannya bahkan menjaga dan mencintainya sepenuh hati.

Sayangnya sampai sekarang belum ada yang mengetuk hati dingin milik Justin, tapi kalau dia bandingkan lagi dengan rena. Belum ada apa-apanya, hati Rena lebih beku dari pada milik Justin.

Ya setidaknya dia masih punya kepekaan yang tinggi di bandingkan Rena jika menyangkut perasaan, Justin bingung sebenarnya Rena itu manusia apa balok es dingin banget walau dari luar keliatan hangat.

"Tau ah, gue mau pulang. Ngantuk nyet" ucap Rena datar, Justin memutar matanya malas.

"Ya tinggal tidur aja apa susahnya sih, ribet amet hidup Lo" jawab Justin acuh.

Plakkk......

Lima jari Rena mendarat dengan indah di kulit Justin, membuat pria itu meringis karena kulitnya terasa perih dan panas.

"Begok tuh jangan di kembang biakkin, Lo liat kita ada di mana? Kebanyakan micin ya gini" ujar Rena kesal, Justin malah nyengir dengan polosnya.

"Ya, gak bakal ada yang mau macem-macem sama Lo disini. Lagian siapa sih yang tertarik kalau dandanan Lo kayak gini, tinggal rebahan selesai. Kalau mau pulang gue bangunin dah" jawab Justin, pria itu benar-benar membuat Rena kesal setengah mati.

"Serah dah" ucap Rena acuh, lalu berbaring di sofa panjang tempat dia duduk.

Bodo amet dah, dia sangat ngantuk. Jelas gadis itu sudah ngantuk Karena sekarang sudah mau pagi, beberapa jam lagi subuh.

Justin tersenyum kecil, lalu bangkit dari duduknya bergabung dengan teman-temannya yang kini sedang berpesta.

Sedangkan Rena, walau pun dia memejamkan matanya namun sebenarnya dia sama sekali tak tidur sepenuhnya.

Sedetik kemudian dia membuka matanya, yang pertama kali dia lihat adalah langit-langit clup yang terlihat remang-remang.

Satu desahan kecil lolos begitu saja dari bibirnya, tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Membuat matanya berkaca-kaca, dia meremas kasar bajunya sendiri lalu menarik nafas dalam.

Tanpa bicara Rena merubah posisinya jadi duduk lalu bangkit, dia butuh air untuk mendinginkan dadanya yang panas.

Namun tiba-tiba saja ada yang membekapnya, serta membuatnya pingsan dan itu tanpa sepengetahuan Justin.

Sebenarnya dari awal Rena dan Justin masuk ke clup itu, Rena sudah di awasi dari kejauhan. Sialnya lagi Rena jadi salah satu korban dari keserakahan manusia, dia di jadikan seseorang yang tak bertanggungjawab sebagai alat judi.

Seharusnya dia tetap menolak Justin dan bersikap keras kepala, seharusnya Justin tak mengajak Rena untuk ikut bersamanya, mungkin ini tak akan terjadi.

Sekarang entah bagaimana nasip gadis malang itu, di bawa kemana tubuhnya yang kini tak sadarkan diri.

Sedangkan Justin malah berpesta pita bersama dengan teman-teman tanpa menyadari kalau Rena sudah tak ada di tempat, dia seakan lupa dengan keberadaan Rena dan terus membasahi tenggorokannya dengan air neraka.

******

Rena POV

Uhhhh........

Gue meringis sakit yang luar biasa di leher gue, apa gue salah tidur ya? Masa sih kan bantal gue gak pernah tinggi dan empuk pikir gue bingung.

Gue mengangkat bahu acuh lalu membuka mata gue, lagi-lagi gue di buat bingung karena ini bukan kamar gue.

Ya mana mungkin kamar gue sebagus dan seluas ini, eh tunggu dulu perasaan gue kagak percaya pesen hotel atau sejenisnya deh.

Oh God, jangan bilang kalau gue? Huhhh..... Gue mendesah lega saat melihat pakaian gue masih utuh. Seenggaknya pikiran konyol di otak gue gak terjadi, mungkin aja Justin yang ngebawa gue ke hotel.

Secara kan gue tidur kayak orang mati, hehehh malah ngaku ya dong gue mah tau banget gue tidur kayak gimana orang mbak ayu tiap hari ngeluh pas bangunin gue hahahaha.

Gue bangkit dari ranjang dan pergi ke kamar mandi, gue butuh air biar ngatuk gue ilang. Mana mungkin kan gue pulang dengan keadaan sepoyongan.

Setelah nyuci muka, gue mutusin buat pulang. Ya ngpain dah lama-lama di hotel, gak ada kerjaan banget.

Dengan asal gue buka pintu kamar dan berjalan keluar, tapi tunggu deh kok ada yang aneh. Masa hotel kayak rumah sih, apa Justin nyewa villa ya? Tanya gue dalam hati.

Kalau iya, banyak banget tuh duit gigolo burung Pipit bisa nyewa villa semewah ini. Bodo ah lebih baik gue pulang, hari ini gue musti kerja sangat keras karena harus menyelesaikan kerjaan yang kemarin numpuk.

Hehehe, biasa kebiasaan males gue muncul tiba-tiba dan bikin gue mager ngapain-ngapain selain tidur.

Sambil bersiul ria gue berjalan menuruni tangga dan berjalan keluar, tapi belum selangkah kaki gue keluar dari rumah itu ada yang manggil gue.

Tapi gue acuh aja, bodo amet palingan tante-tante girang atau om-om kurang belaian. Males banget ngelayanin mereka, jadi gue putusin buat kabur sebelum mereka bikin gue pusing.

*******

Tanpa perduli jika ada yang berteriak memanggilnya, Rena terus saja berjalan ke jalan raya untuk mencari bis atau taksi yang lewat.

Sedangkan orang yang memanggil Rena berusaha menyusul gadis itu, sayangnya dia kalah cepat. Rena sudah menghilang bersama bis yang kini melaju dengan kecepatan sedang, orang itu mencoba mengejar lagi.

Namun sayangnya dia malah kehilangan jejak.

Sialan!  upatnya kesal.

Bagaimana tidak, uang lima ratus  juta dolar miliknya pergi begitu saja. Seharusnya dia menambahkan penjaga di sekitar mansionnya, dia terlalu bodoh berpikir jika gadis itu tak kabur.

Wanita bermanik biru itu memutar kembali mobil mewahnya kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal, dia sudah menumpahkan begitu banyak yang untuk gadis itu namun sekarang malah hilang begitu saja.

Dia harus mencari gadis itu, ya harus karena dia tak akan membiarkan satu persen pun hartanya lenyap begitu saja tanpa di nikmati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel