Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 6

Hoahhhhh.......

Rena terlihat menguap, dia terlihat mengantuk namun dia tak bisa tidur mengingat jika dia berada di tempat dimana segala keburukan bisa terjadi.

Yab, dia berada di clup. Tadinya dia tak berniat kesini, dia hanya ingin membeli es krim. Karena merasa bisa akhirnya dia datang kesini, mungkin sedikit mengusir rasa bosannya.

"Hai Z.U" sapa seorang wanita cantik dengan pakaian kurang bahan, lengkap dengan senyuman menggoda.

Rena tersenyum kiku, entah kenapa dia merasa bahwa wanita di depannya sekarang berniat tak baik padanya.

"Hai juga Tante" jawab Rena sopan, wanita itu terkekeh lalu berjalan mendekati Rena.

Membelai rahang Rena dengan sangat lembut, seketika bulu kuduknya berdiri dan darahnya berdesir. Rena mencoba untuk menghindari jari jemari wanita itu.

"Apa kamu masih open boking honey?" Tanya wanita itu dengan nada berbisik.

Rena bisa mencium aroma min saat nafas wanita itu menerpa wajahnya, namun tak membuat Rena menyukainya.

"Maaf Tante saya gak lagi menjual jasa, kalau anda butuh teman saya punya kenalan untuk menemani anda" tolak Rena halus, dia masih bersikap sopan walau wanita itu bersikap kurang aja.

Ya, mana mungkin dia bisa marah setelah semua yang Rena lakukan. Orang-orang akan memandang jika gadis itu adalah gadis murahan, rela menjual diri demi lembaran uang.

Padahal kenyataannya tak seperti itu, dia hanya menemani wanita-wanita tersebut, hanya menemani ya tanpa ada plus-plus seperti bersentuhan secara intim dan ini pertama kalinya dia di perlakukan seintim ini.

Wanita itu terkekeh, jarak mereka masih sama. Wanita itu tak mau memberikan ruang pada Rena untuk bernafas walau satu inci, hal itu membuat Rena kesal.

"Kalau saya maunya kamu bagaimana?" Tanya wanita itu, sepertinya dia tak mudah menyerah untuk mendapatkan apa yang dia mau.

Rena mendesah pelan, dia menyesal datang kesini, seharusnya dia langsung pulang saja tanpa kemana-mana dan dia tak akan terjebak di situasi menyebalkan seperti ini.

"Sekali lagi maaf, saya udah punya pacar dan pacar saya ada disini." Ujar Rena masih dengan penolakan bahkan dia sedikit berbohong agar dia terlepas dari situasi tak mengenakan ini.

Wanita itu berdenyit, dia sama sekali tak percaya dengan apa yang Rena katanya. Dia sangat tau kalau Rena sedang berbohong, hal itu membuatnya kesal.

Baru kali ini ada yang menolaknya dan itu bocah ingusan, dia sangat tau kalau Rena bukanlah gadis yang bodoh menjajalkan dirinya tanpa ada syarat-syarat tertentu.

"Benarkah? Siapa?" Tanya wanita itu pura-pura bodoh.

Rena terlihat gelisah, mana mungkin dia mengatakan siapa pacarnya sedangkan dia sendiri sudah jomblo.

Sial!

Rena menggigit bibir bawahnya pelan, saat ini otaknya sedang buntu. Beberapa detik kemudian Rena mendesah pelan, lalu mendongak kearah wanita yang kini hanya berjarak beberapa inci darinya.

"Itu bukan urusan anda, sekali lagi saya minta maaf. Saya pergi" jawab Rena datar, walau terdengar sopan.

Dengan keberanian yang tersisa, Rena mendorong kasar wanita itu lalu pergi begitu saja tanpa perduli dengan wanita itu yang kini tengah menahan malu akibat ulah Rena.

Dia menatap kesal Rena dan mengupat kasar.

"Sialan!, Awas saja akan gue bales penghinaan ini" gumamnya dengan nada kesal lalu pergi begitu saja.

Setelah lepas dari jeratan wanita gila, Rena memilih untuk pulang dari pada harus berurusan lagi dengan wanita-wanita kesepian yang menginginkannya.

Sejak kejadian itu Rena tak pernah lagi ke clup, tekadnya ingin berubah benar-benar kuat.

Sekarang gadis itu lebih fokus ke pekerjaannya dan mengumpulkan pundi-pundi uang demi pendidikannya.

Sayang seribu kali sayang, itu hanya ekspetasinya saja kenyataannya dia tak bisa menahan dirinya untuk menjajal wanita-wanita cantik, sifat playgirl yang di milikinya begitu mendarah daging dan tak terkontrol.

Kini dia sedang di mall, jalan dengan wanita beberapa hari dia tembak. Mulut manisnya begitu mengerikan hingga menundukkan Mesya, wanita terkenal dingin dan tak tersentuh.

"Kita makan dulu ya, aku laper" ujar Mesya ngajak Rena untuk mengisi perut mereka.

"Oke, tapi jangan yang mahal-mahal ya. Aku gak punya uang lebih" jawab Rena dengan nada lirih.

Dia sedikit merasa tak enak, ya itu karena Mesya tiba-tiba mengajaknya jalan sedangkan Rena gak memiliki uang untuk itu.

Mesya tersenyum tersenyum, lalu mengacak rambut Rena membuat Rena cemberut. Dia tak suka jika ada yang mengacak-acak rambutnya.

"Ih, berantakan tau rambutku" ucap Rena kesal.

Mesya terkekeh geli dan menarik tangan Rena lembut, Rena hanya menurut namun wajahnya masih terlihat kesal.

Singkat cerita kini mereka berada di satu restoran cepat saji, keduanya terlihat menikmati makanan mereka.

"Besok kamu sibuk honey?" Tanya Mesya, Rena mendongak kearah Mesya sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya.

"Besok?, Emz kayaknya iya. Besok aku lembur, memangnya kenapa?" Jawab Rena lalu berbalik bertanya.

Raut wajah Mesya terlihat suram, padahal beberapa detik yang lalu masih cerah. Mungkin dia kecewa.

"Gak kok, cuman mau ngajak kamu ke rumah. Mama pengen ketemu kamu" ujar Mesya, sontak membuat Rena kaget bukan main.

Bahkan makanan yang ada di dalam mulutnya hampir saja muncrat jika dia tak cepat menutup mulutnya dengan tangan.

"Apa!" Pekik Rena sambil menelan paksa makanannya yang belum sepenuhnya hancur.

Walau perih tapi ya sudah terlanjur masuk ke dalam tenggorokan.

Mesya terlihat berdenyit bingung, apa ada yang salah? Pikirnya.

"Kenapa?, Mama pengen ketemu kamu dan kenal sama menantunya" ucap Mesya dengan nada santai, tapi tidak dengan Rena.

Dia terlihat gelisah dan panik, apa wanita gila di depannya ini berniat serius? Sialan. Sepertinya Rena salah nembak orang deh atau mungkin memang kesalahan dalam mendekati Mesya.

Rena mencoba mengingat kata-kata manis apa yang dia lontarkan pada wanita di depannya, beberapa menit kemudian dia mendengar pelan.

Sialan upatnya dalam hati.

Sepertinya dia mengatakan janji yang tak seharusnya dia katakan, sebuah kepastian ya sebuah kepastian yang akan membuatnya dalam lingkaran kesengsaraan.

Rena tak menjawab, dia hanya tersenyum kecut. Namun Mesya tak menyadari itu, yang ada di pikirannya hanya masa depan hubungan mereka nanti.

Dia sudah serius dengan Rena dan menetapkan Pilihannya pada Rena, bahkan dia sudah mengatakan niat pada keluarganya.

Jelas itu di tolak mentah-mentah oleh keluarga Mesya, namun wanita itu keras kepala dan masih kekeh pada niatnya.

Ada alasan kenapa dia menetapkan Pilihannya pada Rena, gadis itu punya sesuatu yang Mesya cari selama ini. Sikap perhatian dan hangat yang selalu Rena tunjukkan padanya membuat luluh hati dinginnya.

Setiap kata yang Rena lontarkan selalu membuat Mesya yakin akan keseriusan gadis itu menjalin hubungan lebih dari sekedar teman.

Sikap tanggung jawab yang di tunjukan oleh Rena benar-benar membuatnya kagum, tak hanya itu Mesya juga kagum dengan kemandirian gadis itu.

Sepertinya rasa kagum dan sayang yang di miliki Mesya membuat dia butakan mata dan menulikan telinganya.

Pengaruh Rena benar-benar besar pada wanita itu, bahkan dia tak sadar jika terjebak pada pesona sang predator.

Entah kapan dia akan merasakan yang namanya sakit, merasakan kecewa dan putus asa. Untuk saat ini mungkin hal buruk itu tak akan terjadi, tapi kebahagiaan itu tak akan bertahan lama.

Rena tetaplah Rena, jika dia bosan tak ada toleransi untuk tetap bersama jika tetap di paksa sama saja kalian menggenggam sebilah sembilu yang terus menyayat kulit dan membuat rasa perih serta ngilu menjalar memenuhi syaraf-syaraf.

Rasa kaget yang Rena rasakan masih ada, bahkan dia sudah memilikirkan bagaimana cara untuk lepas dari Mesya, ayolah umurnya masih terlalu muda untuk sesuatu yang serius.

Dia tak ingin kebebasan yang dia miliki akan terkekang, sepertinya gadis itu sama sekali tak pernah kapok untuk menanam karma yang akan dia tuai di kemudian hari.

Dia tak memikirkan bagaimana perasaan Mesya jika tau yang sebenarnya, kenyataan bawah Rena hanya penasaran pada wanita itu.

Rasa penasaran yang akan pudar seiring dengan datangnya rasa bosan, begitulah Rena. Gadis brengsek dan bajingan yang tak pernah mau tobat meski karma selalu datang silih berganti, dia tak pernah sadar jika kejahatan yang dia lakukan akan berdampak buruk pada dirinya sendiri.

Entah berapa orang yang kini masih menyimpan dendam pada Rena, jelas karena apa yang dia lakukan Rena sangat menyakitkan untuk sebagian orang yang memiliki perasaan yang kuat.

Tapi sepertinya Rena sama sekali tak perduli. Karena menurutnya semua bukan kesalahannya semata, jika dia datang tak di sambut mungkin tak akan ada namanya sebuah hubungan bukan?.

Lagian Rena tak pernah memaksa para mantannya untuk menerima dia, setiap kata yang dia lontarkan pada wanita yang jadi target selalu ada kata kalimat yang menjelaskan bahwa dia sama sekali tak berharap banyak dan berusaha untuk hal terbaik.

Jika seseorang peka dengan makna kata itu mungkin dia tak akan pernah menerima Rena Karena kalimat itu menunjukkan bahwa tak ada kepastian dalam hubungan yang akan mereka jalin, lagi-lagi mulut manis milik Rena selalu berhasil memperdaya para mangsanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel