Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5

Rena melirik mobil mewah yang tadi tempat sandaran keduanya bercumbu, senyum miris terlihat jelas saat dia membandingkan sepedanya dengan mobil dengan harga ratusan juga.

Yab, Zee itu salah satu orang dari sekian banyak orang kaya.

"Mobil Lo bagus, gak sebanding sama sepeda gue. Makanya sih kak vio mau sama Lo, soalnya gue gak bisa bikin dia bahagia dengan materi" ujar Rena dengan nada sinis, baik Zee atau pun viona hanya diam.

Hal itu membuat Rena berdenyit lalu terkekeh kecil.

"Jangan tegang gitu, gue permisi dulu. Mau lanjut jalan-jalan, cuci mata. Kali aja ketemu sama tante-tante hot" ucap Rena sambil melemparkan senyum manis pada dua manusia yang terlena dengan cinta semu.

Rena mengayuh sepeda miliknya menjauh dari keduanya, dia pikir untuk apa berlama-lama disana buang-buang waktu saja.

Viona mendesah pelan sambil terus menatap kepergian Rena, bukan maksudnya untuk berhianat namun dia terlalu lelah dengan semua sikap dan sifat Rena yang tak pernah berubah.

Dia juga butuh perhatian, waktu dan juga kehangatan. Semua itu bisa dia dapatkan dari Zee, selama ini Rena terlalu sibuk dengan dunianya.

Selalu bersikap cuek, padahal awalnya Rena begitu hangat dan perlahan namun lama kelamaan gadis itu makin dingin dan jauh.

Tak jarang dia juga memergoki Rena sedang bersama orang lain, namun hal itu tak mengurangi rasa cintanya terhadap gadis brengsek itu.

Bahkan saat ini dia masih memiliki perasaan yang begitu mendalam pada Rena, Zee? Gadis itu hanya dia jadikan sebagai pelampiasan atas semua rasa sakit yang di gores oleh Rena.

Tapi dia gak pernah berpikir jika kebodohannya ini akan membuatnya terlepas dari Rena, terlihat dari sikap yang di tunjukkan gadis brengsek itu.

Dia benar-benar ingin terlepas dari cengkraman viona, dia benar-benar sudah bosan dan muak dengan sikap viona yang makin membuat dia tak suka.

Tanpa dia sadari jika air matanya kini sudah membanjir pipinya, setelah semua perjuangan yang dia lakukan semuanya berakhir dengan tragis.

Zee?, Wanita itu hanya diam dan memeluk tubuh viona. Tak banyak yang dia lakukan, dia tau jika hati viona bukan untuknya sekali pun dia mencintai wanita itu dengan tulus.

Hatinya masih untuk sih brengsek rena, entah apa yang dia punya hingga dia mampu membuat banyak gadis takluk padanya. Bukan Zee tak tau jika Rena memiliki banyak selir di belakang viona, itulah awal dari rasa cintanya terhadap viona.

Semua berawal dari rasa iba, mereka menjadi dekat dan semakin dekat hingga akhirnya Zee terjebak pada cinta salah membuat dia kehilangan teman yang begitu baik seperti Rena.

Walau dia brengsek, jika dengan teman dia sangat royal dan peduli.

Tapi ya sudahlah semua sudah terjadi, tak akan pernah bisa lagi kembali lagi.

Zee terus saja menenangkan viona yang kini menangis di pelukannya dan terus menyebut nama Rena, dia tak perduli jika hatinya terasa sakit dan nyeri karena Zee mencintai viona dengan begitu tulus tanpa mau menuntut apapun.

Tanpa mereka sadari jika Rena masih disana, walau jarak mereka cukup jauh. Dia menatap kedua orang tersebut dengan tatapan luka, walau bibirnya tersenyum tapi pada dasarnya dia benar-benar terluka.

Viona adalah wanita pertama yang membuatnya menaruh harapan begitu besar, semua kalimat mengejek yang dia lontarkan tadi hanya omong kosong untuk menyembunyikan jika dia juga terluka.

Memang benar Rena bosan dengan viona, bahkan berkali-kali dia minta putus. Tapi karena kegigihan viona menolak keinginannya membuat hubungan mereka bertahan sampai sekarang, tanpa Rena sadari jika perasaan memiliki mulai menguasai hatinya.

Ketidaksadaran Rena itulah yang membuat luka yang sekarang tergores cukup besar di hatinya, sekarang dia benar-benar sendirian.

Hal itu karena semua pacar Rena telah dia putuskan tanpa alasan, dia memilih untuk bersama viona dan mencoba untuk berubah tapi sepertinya niat baiknya malah di balas oleh kepahitan.

Fakta tentang Zee dan viona memang cukup membuat Rena kaget, yang dia tau mereka tidak dekat bahkan jika mereka berkumpul mereka biasa saja tak ada yang aneh atau yang lainnya.

Tapi ya sudahlah mungkin viona bukan orang yang di kirim kan tuhan untuk merubah hidup Rena yang kacau balau, mungkin Tuhan ingin Rena lebih fokus pada karirnya.

Yang sekarang di pikirkan adalah bagaimana dia akan mendapatkan nilai yang memuaskan saat tes nanti, yab Rena ingin mendaftarkan diri di salah satu universitas ternama.

Dia ingin semakin di pandang oleh orang lain, tapi sebelum itu dia harus lebih giat berkerja untuk mencari biaya pendaftaran dan juga biaya lainnya.

Dia tak boleh gegabah dalam urusan seperti ini, semuanya harus dia perhitungkan dengan baik.

Huhhh......

Satu desahan kecil terdengar dari bibir Rena, dia memutuskan untuk pergi dan kembali ke kosan.

Tapi sebelum itu dia harus mencari makanan untuk sarapan paginya, untungnya dia membawa uang jadi dia tak perlu bolak balik kosan dan tempat makan.

Selesai sarapan Rena kembali ke kosannya, dia ingin bermalas-malasan di hari liburnya. Yab, hari ini adalah hari liburnya, dia hanya bekerja selama lima hari sedangkan sisanya adalah hari libur untuknya.

Itu artinya dia hanya bekerja Senin sampai Jum'at saja sedangkan saptu dan Minggu libur.

*****

Sejak dimana hari Rena memergoki viona dan Zee, saat itu juga Rena bertekat untuk fokus pada karirnya.

Dia tak lagi memikirkan hal yang berbau asmara atau sebuah hubungan, terbukti saat ini dia lebih giat bekerja maksudnya pekerjaan halal.

Dia tak lagi ke clup untuk mempromoskan jasanya, dia sudah mencari pekerjaan sampingan yang lebih layak yaitu tukang cuci piring di sebuah rumah makan sederhana.

Gajinya lumayan untuk duit ongkos ini makan sehari-hari, melihat perubahan Rena. Ayu jadi lebih bisa bernafas lega, dia sangat senang jika Rena menjadi lebih baik karena itu yang selama ini dia harapkan.

Saat ini Rena sedang berada di rumah ayu, mereka sedang mengadakan acara kecil-kecil untuk merayakan ulang tahun sih bungsu, yaitu Bimo.

Umurnya masih 5 tahun, dia pria yang cerdas dan dewasa walau dia anak bungsu mungkin keadaan menuntutnya untuk bersikap dewasa.

"Kamu akan nginep di sini kan ren?" Tanya Ririn, adik ayu dan anak kedua dari Enam bersaudara.

Wanita itu sudah menikah dan memiliki anak, dia memutuskan untuk nikah muda dan mengurangi beban ayu.

Dia sama seperti ayu, pendidikannya hanya sebatas SD saja. Umurnya dan ayu tak jauh berbeda hanya berjarak tiga tahun, anak ketiga pun tak jauh berbeda dari Ririn.

Cika pun memutuskan mengikuti jejak kakak keduanya, tapi nasip gadis itu cukup beruntung karena di pinang oleh pria yang memiliki pekerjaan tetap dan penghasilan terjamin.

Sedangkan yang keempat masih duduk di bangku SMA, berkat kakaknya dia bisa menyecap rasanya jadi murid di sekolah menengah atas walau bukan sekolah yang terfavorit.

Namanya adalah Doni, dia pria pertama yang lahir di keluarga tersebut. Maka dari itu dia tak mau memangku tangan saja dengan kakak-kakaknya, sehabis sekolah dia bekerja untuk mencari kebutuhannya sendiri.

Entah itu nguli, jual koran, mulung, atau hal lainnya kecuali maling. Haram baginya mengambil barang orang lain walau hidup mereka susah, jika dia melakukan hal tersebut maka jangan harap dia akan di akui sebagai Anggota keluarga lagi.

Karena bagi ayu, nama baik keluarga sangat di junjung tinggi walau hidup dalam kemiskinan. Cukup dia saja yang hina, jangan saudara-saudaranya.

Walau kedua adiknya memutuskan untuk menikah, setidaknya dia masih memikirkan tiga adik yang yang bisa dia perbaikan masa depannya.

Sedangkan yang ke lima masih SD kelas 5 dia cewek dan namanya adalah Puspa, yang terakhir itu Bimo.

Jadi dari enam bersaudara hanya ada dua pria dan empat wanita.

"Iya, lagian besok libur kak" jawab Rena penuh semangat.

Ririn mengangguk paham.

"Jadi kita tidur ngapar nih di lantai? Kan kita semua tidur disini?" Tanya Doni polos, ayu terkekeh kecil.

"Ya, mau bagaimana lagi. Gak ada kamar yang cukup menampung kita, toh enak tau tidur ngapar bisa merasakan yang namanya kebersamaan" jawab ayu lembut.

Doni memutar matanya malas.

"Oh ya, gimana keadaan ibu sama bapak apa udah baikkan?" Tanya Rena yang penasaran dengan keadaan orang tua ayu.

"Mereka sekarang sudah lebih baik, tapi dalam waktu terdekat mereka belum bisa pulang. Mungkin masih ada banyak terapi untuk memulihkan kestabilan tubuh mereka" jawab ayu, Rena hanya memangut-mangut paham tanpa menjawab.

"Bagaimana dengan pekerjaan kamu ren? Kamu gak memasak diri kan?" Tanya ayu dengan nada khawatir, dia tau bahwa Rena itu keras kepala.

Dia tak akan berhenti bekerja sampai pekerjaannya selesai, hal itulah yang jadi beban pikiran ayu tentang Rena.

Rena menoleh kearah ayu yang berada di sampingnya.

"Baik-baik saja, mbak Tenang aja aku gak bakal jadi orang gila kerja" jawab Rena lengkap dengan cengiran polos miliknya.

Ayu memutar matanya malas, dia sedikit tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut Rena apalagi senyuman gadis itu begitu mencurigakan.

"Jangan coba-coba buat bohong sama aku ya ren" ujar ayu dengan nada mengancam, lengkap dengan tatapan mengintimidasi.

Rena menggelengkan kepalanya cepat, dia tak pernah berbohong jika dengan ayu. Mana mungkin bisa dia berbohong dengan orang yang dia anggap kakak sendiri, Rena itu orangnya gak jujur bahkan sangat jujur namun hanya dengan orang-orang yang dia anggap keluarga saja.

"Aku gak boong kok mbak" jawab Rena tetap dengan wajah polosnya.

Ririn, Cika dan Dino terkekeh kecil. Bagaimana bisa wanita berumur 20 tahun bisa bertingkah seperti anak kecil, sangat tidak cocok dengan umurnya.

Walau pun wajahnya masih di bilang sangat pantas, itulah anugerah kalau punya wajah yang pelit akan selalu terlihat muda walau untuk sudah dua puluhan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel