Chapter 4
Saat ini Rena berada di kantornya, lebih tepatnya di ruang meeting. Dia terlihat sedang menjelaskan konsep game mereka, bibir mungilnya terlihat piawai mengeluarkan kata-kata yang begitu menarik.
Pihak dari Amerika terlihat dengan seksama memerhatikan dan memahami apa yang Rena sampaikan, sesekali mereka mengangguk dan tersenyum kecil.
Mungkin mereka suka dengan apa yang Rena sampaikan, setelah selesai Rena kembali duduk dan semua orang bertempur tangan.
"Sangat bagus, game ini sangat menarik. Saya tidak bisa memberikan keputusan, karena yang memutuskan iya atau tidaknya boss saya. Kalau dia menyetujui kerja sama ini, saya akan memberi kabar pada perusahaan kalian. Namun saya tidak bisa janji kapan karena boss saya sering tak ada di tempat" ujar pria berambut cokelat dengan manik mata abu-abu.
Dia merasa sangat puas dengan apa yang dia lihat dan dia pahami, tak sia-sia dia berada disini dan membuang waktu berharganya.
Pihak perusahaan Rena pun terlihat senang, tak sia-sia mereka merenggut Rena sebagai karyawan mereka.
Dia memang gadis yang cerdas dan punya banyak keahlian. Singkat cerita kini Rena kembali ke ruangannya, yang setelah selesai meeting Rena kembali keruanganya.
Dia ingin membereskan semua barang-barangnya dan memasukannya ke dalam ransel, dia ingin pulang.
Tubuhnya terasa remuk karena terlalu lelah, dia terlalu memaksakan diri hari ini. Tanpa bicara dia menyandang ranselnya di punggung dan keluar dari ruangannya, vino? Pria itu lebih dulu pulang saat keluar dari ruang meeting tadi.
Katanya ada hal penting yang harus dia lakukan, singkat cerita kini Rena sedang mengayuh sepedanya menuju kosnya.
Jaraknya cukup jauh, karena letak kosnya cukup terpencil. Bahkan terlihat kumuh tapi bagi Rena itu sangat nyaman dan pas untuk dirinya.
Rena mengeratkan tali ranselnya dan mempercepat Kayuhan sepedanya, bukan tanpa alasan itu karena hari sudah larut.
Udara pun terasa semakin dingin, bibir merahnya bahkan terlihat sedikit biru. Namun kondisi jalan masih terlihat ramai, Rena membelokkan sepedanya masuk ke gang.
Suasananya sangat berbeda, sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara angin yang membelai lembut kulit Rena, Rena tak mengubah kecepatan kayuhannya.
Hingga akhirnya dia bernafas lega karena kini dia sudah berada di depan pintu kosnya, sepeda lipat miliknya pun sudah dia lipat dan dia tenteng.
Tanpa banyak bicara dia langsung masuk ke dalam kosnya, tak ada yang di lakukan selain membaringkan tubuhnya yang lelah.
Tanpa dia sadari kini matanya sudah tertutup rapat, yang dia tau jika kenyamanan saja yang dia rasakan saat ini.
*****
Huhhhhh......
Terdengar samar desahan kecil yang keluar dari bibir mungil Rena, rasa malas benar-benar menguasainya saat ini.
Aura dingin di pagi hari membuat dia enggan untuk beranjak dari kasurnya, sedangkan tubuhnya masih terbungkus selimut lusuh yang selalu membuatnya nyaman.
Namun matanya tak mau untuk menutup lagi padahal sekarang masih sangat pagi lebih tepatnya dinihari, Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dari tidurnya walau masih pagi.
Dia berjalan menuju kamar mandi yang berjarak lima langkah dari kamarnya, yab walau kosannya terbilang kecil namun tempat itu menyediakan kamar mandi dan beruntungnya lagi berada di dalam.
Walau dingin Rena menguyur wajahnya dengan air, membuat matanya makin terbuka rasa kantuknya yang masih tersisa pun lenyap tanpa bekas.
Setelah mencuci wajahnya, Rena pun mengganti baju tidurnya dengan Hoodie dan celana training. Dia meraih sepatu kets miliknya yang biasa dia gunakan untuk lari pagi, ya pagi ini dia berniat untuk membuat tubuhnya berkeringat.
Rena meraih sepeda lipatnya yang dia letakkan di samping rak sepatu, dia berniat ke taman kota menggunakan sepedanya.
Sekalian berkeliling kompleks, singkat cerita kini Rena sudah mengayuh sepeda miliknya ke arah taman kota. Pagi ini kondisi jalan raya terlihat cukup sepi mungkin karena masih sangat pagi untuk beraktivitas, bahkan azan subuh pun belum berkumandang.
Hawa sejuk memenuhi rongga dada Rena, membuat dia merasa begitu lebih baik.
Kondisi taman kota sangat sepi tentu saja mana ada orang gila yang berjalan-jalan di pagi buta di sana kecuali Rena, puas berkeliling Rena pun memutuskan untuk mencari masjid terdekat karena sebentar lagi akan subuh.
Setelah mencari beberapa menit akhirnya dia menemukan sebuah masjid, Rena langsung memarkirkan sepeda miliknya dan mengunci ban sepedanya tersebut.
Takutnya di bawa kabur oleh maling, walau itu hanya sebuah sepeda kalau di jual akan mendapatkan beberapa lembar rupiah bukan? Jadi gak ada salahnya untuk selalu bersikap waspada.
Setelah mengunci ban sepedanya Rena pun berjalan masuk ke masjid, biasanya di sana menyediakan mukenah untuk orang-orang seperti Rena.
Tapi sebelum itu dia mengambil wudhu terlebih dahulu, setelah selesai dia meminjam mukenah pada pengurus masjid tersebut dan juga selembar sejadah untuk alasnya.
Setelah mendapat apa yang dia mau Rena langsung mengambil posisi di barisan para wanita, hanya ada enam wanita yang sholat subuh pagi ini termasuk Rena.
Tak beberapa menit Rena duduk, azan subuh berkumandang dan memenuhi telinga, memanggil para umat muslim untuk beribadah dan menghadap Tuhan yang menciptakan mereka.
Selesai sholat subuh Rena kembali mengayuh sepeda miliknya menuju sebuah kompleks mewah, yang tinggal disana rata-rata adalah orang kaya.
Yang menjadi daya tarik bukan orang-orang yang tinggal disana atau jejeran rumah mewah yang tersusun rapi namun pemandangan dan suasana kompleks tersebut yang begitu menenangkan, sepanjang jalan ada banyak pohon-pohon rimbun yang berjejer rapi di pinggir jalan.
Serta beberapa semak yang di bentuk sedemikian rupa, Rena selalu merasa damai jika berjalan-jalan disini. Rena mengayuh sepedanya pelan menikmati pemandangan yang begitu menyejukkan, Rena juga mengagumi rumah-rumah mewah yang ada disana.
Sambil berkhayal jika dia tinggal disana, Rena terus mengayuh sepedanya tanpa rasa lelah. Namun tiba-tiba saja kayuhannya terhenti, mata coklatnya menangkap sesuatu yang menarik.
Senyum meremeh terlihat jelas di bibir mungilnya, Rena kembali mengayuh sepedanya mendekati dua orang yang kini sedang bermesraan ria.
"Wah pagi-pagi gini udah berbuat dosa aja Lo berdua" ujar Rena dengan nada jenaka.
Kini gadis itu sudah berada di dekat dua orang yang dia kenal, sontak membuat keduanya menoleh kearah Rena.
Mata mereka membulat dan wajah mereka terlihat tegang, Rena hanya terkekeh. Tak ada rasa marah dan kesal, dia malah berniat menggoda dua penghianat di depannya.
"Jadian kok gak cerita-cerita sih?, Gue kan mau minta pj" timpal Rena dengan nada yang sama.
Keduanya tersenyum kecut, ada rasa bersalah yang menyusup masuk ke dalam hati mereka tapi apa daya rasa ego lebih merajai.
"Kamu gak marah?" Tanya viona dengan polosnya, Rena terkekeh geli.
"Ngapain marah buang-buang tenaga apalagi sama orang yang matrek" jawab Rena dengan nada mengejek, sontak membuat mulut viona tertutupi rapat.
Rena berdenyit saat melihat sorotan mata Zee yang tajam, apa ada yang salah dengan ucapannya? Rasanya semua benar. Wanita jalang di depannya sekarang, lebih menjijikan dari pada seorang pelacur.
Setidaknya mereka melakukan hal itu tanpa mereka mau, mereka di desak oleh keadaan ekonomi bukan kebutuhan yang tak penting.
"Kenapa menatap gue kayak gitu? Apa ada yang salah Firda?" Tanya Rena sambil menekan nama asli Zee.
Yab, wanita itu memakai nama samaran. Itu sangat lumrah bagi wanita-wanita tomboy yang berpenampilan seperti pria kayak Zee.
Pertanyaan yang di lontarkan oleh Rena membuat rahang Zee mengeras, ada kilatan amarah di matanya namun tak membuat Rena takut.
Bahkan kini Rena malah menatap Zee dengan tatapan mengejek, hal itu membuat amarah Zee meledak. Dia langsung melayangkan tinjunya ke wajah Rena, sayangnya dia kalah cepat karena Rena sudah lebih dulu menangkis pukulannya.
Tatapan Rena masih sama, dia masih menatap Zee dengan tatapan mengejek. Ya itu karena dia tau jika dia dan Zee itu tak ada bedanya, walau penampilan mereka jauh berbeda.
Mereka sama-sama memiliki jenis kelamin yang sama yaitu PEREMPUAN, tak ada yang bisa menyangkal itu.
Rena menghempas kasar tangan Zee membuat wanita itu meringis dan hampir tersungkur jika saja viona tak cepat menangkap tubuh wanita itu.
Rena tertawa meremeh saat melihat kedua penghianat itu sedang bersama, ya seperti layaknya di film-film cinta yang sering dia liat di acara satu untuk semua alias SCTV.
"kalian pasangan yang serasi, suka ngedrama. Seharusnya kalian tuh jadi pemain sinetron bukan malah jadi lesbi, bagus banget dah akting kalian" ujar Rena dengan nada jenaka.
"Di depan gue belagak sok cuek tapi di belakang gue malah kayak sinetron FTV, tapi gak papa lah gak susah-susah lagi gue nyari alesan buat mutusin Lo vio. Thanks ya, Lo udah menjauhkan gue sama temen yang suka makan temen. Menjijikan" timpal Rena namun kali ini nada bicara Rena berubah menjadi datar dan dingin walau bibirnya tersenyum.
Yab, viona adalah pacar Rena. Mereka menjalin hubungan hampir delapan bulan dan kini akan jadi mantan, sedangkan Zee adalah temen yang Rena kenal saat main game di studio yang biasa dia nongkrong.
Sekarang wanita tomboy itu akan jadi deretan orang-orang yang Rena jauhi, ya ngapain dah deket-deket sama orang penghianat. Nanti pas Rena ngenalin pacar dia yang lebih cantik di Embat lagi, kan kasian sih viona di tinggalkan.
Oke, Rena emang baik. Dia masih punya hati untuk memikirkan tentang nasip pacar eh maksudnya mantan.
Ya karena saat ini juga hubungan mereka Rena anggap sudah berakhir, lagian juga Rena sudah bosen dengan viona hanya saja dia tak punya alasan untuk memutuskan viona.
Dia wanita yang baik, tak ada celah untuk Rena memutuskan wanita itu. Bahkan berkali-kali Rena membuat masalah dan berharap jika hubungan mereka berakhir, tapi nihil viona masih tetap kekeh mempertahankan hubungan mereka.
Tapi sekarang malah dia sendiri yang memberi kesempatan untuk Rena terlepas, jika sudah terlepas tak akan mungkin bisa kembali lagi.
Masih banyak wanita-wanita lain yang mau menjadi pacar Rena, lagian pacar Rena bukan hanya viona tapi ada lima orang lagi yang sekarang menjalin hubungan dengan Rena.
Benar-benar gadis playgirl, salahkan saja orang tuanya yang menurunkan gen player mereka pada Rena.
Yab, kedua orangtua Rena itu mantan player, bapaknya playboy dan ibunya playgirl. Sifat buruk mereka menurun pada anak-anak mereka, entah itu kakak pertama, kedua dan ketiga semuanya memiliki sifat brengsek.
Tapi yang paling parah itu Rena, dia pikir untuk apa memiliki mulut manis dan wajah menarik jika tak di gunakan bukan? Rasanya sangat bodoh jika kenikmatan tuhan tak di pergunakan dengan baik.
