Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 13

Manik coklat milik Rena menatap kosong keluar jendela, di luar sedang hujan lebih tepatnya badai karena tak hanya air yang jatuh namun di iringi oleh angin kencang dan gemuruh petir yang saling bersahutan.

Rena menghela nafas pelan, sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Sepertinya matahari gak bakal nongol hari ini" gumamnya pelan sambil terus memandang keluar.

Ini hari kedua dia berada di negeri orang, rasanya benar-benar tak enak. Dia tak bisa leluasa dalam hal apapun, termasuk dalam berkomunikasi.

Bahkan dia tidak makan dari kemarin, bukan tak lapar dia hanya takut. Dia kan Islam dan dia tidak tau di tinggal di negara mana dan apa agama orang-orang penghuni rumah ini, takutnya kan nanti dia ke makan daging babi.

Bukan takut haram tapi takut kalau cacing pita yang ada di daging babi itu malah masuk ke tubuh Rena, gak lucu kalau Rena sakit terus mati.

Dia hanya minum air saja, Rena bisa menahan lapar hingga berhari-hari tapi tidak bisa menahan haus.

Manusia mana yang bisa hidup tanpa air, kalau pun ada Rena yakin gak orang itu tidak akan bertahan lama menahannya.

Tak hanya tak makan, Rena juga tak mandi dari kemarin hehehe. Bukan tidak ada baju ganti, karena ada banyak baju yang ada di lemari di kamarnya.

Tapi karena dia tak bisa menggunakan kamar mandi tersebut, semua yang ada di sana terlalu mewah untuk Rena yang kuno.

Kenapa dia tak bertanya pada pelayan yang biasanya mengantar makanan dan membersikan kamarnya, ya gimana mau bertanya Rena buruk dalam berkomunikasi dalam bahasa asing.

Kemarin saja sebenarnya dia hanya asal jawab saja wkwkwk, rena benar-benar buruk dalam bidang bahasa asing.

Rena rela mengerjakan puluhan soal fisika dari pada harus bergulat dengan soal-soal bahasa Inggris, kalau bahasa Korea sih dia tau tapi hanya sedikit hehehe.

Itu karena dia merupakan seorang

K-popers, selain itu Rena tidak tau.

Maklum manusia tak ada yang sempurna bukan, walau otak Rena sangat cerdas tapi bukan berarti dia ahli dalam segala hal.

Dia bodoh dalam merasakan dan gak peka, dia juga gadis yang ceroboh, terus konyol, manja pakek banget walau terlihat mandiri.

Boros, kalau makan sembarang asal enak dan masih banyak lagi sifat borok lainnya.

Walau pada kenyataannya semua orang melihat Rena begitu sempurna, memiliki semuanya.

Keluarga Rena bukan keluarga yang kekurangan, mereka sangat berkecukupan walau tak di bilang kaya.

Rena juga di limpahkan oleh kasih sayang dan cinta oleh keluarganya, membuat gadis itu tubuh menjadi sosok yang manja.

Rena juga di anugerahkan oleh tuhan fisik yang sempurna, tak ada cacat sedikitpun serta otak yang cerdas.

Sayangnya kata sempurna itu hanya untuk mereka yang melihat dari sisi luar saja, Rena tak pernah merasa hidupnya sempurna.

Dia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, maka dari itu dia terus mencari dan mencari namun yang dia temukan hanya rasa sepi dan hampa.

Kadang dia iri dengan teman-temannya, mereka bisa yang namanya pubertas. Merasakan cinta dan rasa sakit, Rena iri pada mereka yang bisa tertawa dan menangis.

Rena iri sangat iri pada mereka yang bisa mengatakan apa yang mereka rasakan, karena dia tak pernah mendapat itu.

Rena di tuntut untuk menyembunyikan apa yang dirinya rasakan, dia juga tidak di perbolehkan untuk melakukan apa yang dia mau.

Walau dia punya banyak pacar, tak satu pun yang mampu menghangatkan hatinya yang dingin. Tak ada yang mampu menyelamatkan dia dari kegelapan hidup, Rena tenggelam dalam kesendirian dan kesunyian.

Tak ada cinta apalagi rasa sayang , yang hanya ada ada amarah dan kebencian yang bersembunyi di balik kegelapan.

Menciptakan sosok tidak memiliki hati, hidupnya terlalu banyak dia korbankan demi orang-orang di sekitarnya.

Terlalu banyak sandiwara di dalam hidupnya hingga membuatnya lupa jika dia hidup di dunia nyata bukan di sebuah film yang di buat dan di atur oleh sutradara.

Hidup tak seklise itu, hidup lebih rumit dari itu dan Rena tak akan pernah paham itu.

Hhhhhh.......

Rena menarik nafas panjang dan menghelanya pelan, mata coklatnya masih betah menatap keluar jendela.

Hujan sudah mulai mereda, hanya tersisa gerimis. Namun dinginnya masih tersisa, langit pun masih mendung.

*******

Sepasang manik biru terlihat begitu fokus ke monitor yang ada di depannya, pupil biru tersebut terlihat lincah mengamati satu demi satu laporan keuangan tahun ini.

Ya, beginilah kehidupan seorang rebecca. Menghabiskan waktu dengan pekerjaan, bahkan dia bertemu dengan tunangannya saja karena pekerjaan.

Kebetulan Fredro adalah kilen perusahaannya, kisah asmara mereka tak terlalu banyak kisah dan momen.

Keduanya sama-sama tertarik satu sama lain, Fredro yang tampan,  penuh wibawa dan dewasa serta rebecca yang cantik, cerdas dan anggun.

Perpaduan yang sangat sempurna bukan, bahkan saat mereka mengumumkan hubungan mereka di publik banyak yang mendukung mereka.

Mereka juga termasuk pasangan yang akur, selalu mesra dan hangat. Tak sekalipun terdengar jika mereka cekcok, hanya ada kebahagiaan di antara mereka.

Keduanya saling menjaga dan mencintai satu sama lain, intinya mereka adalah gambaran dari harapan semua pasangan.

Sayangnya karena terlalu sempurna membuat kisah cinta mereka terlalu hambar dan tak berwarna, baik Fredro maupun rebecca selalu di sibukkan oleh pekerjaan.

Sangat jarang keduanya menghabiskan waktu bersama, setahun mungkin kedua hanya dua kali ambil cuti.

Mungkin jika Rena memiliki hubungan seperti itu, dia akan mati kebosanan dan tak terhitung lagi berapa banyak orang dia jadikan selingkuhan.

"Nyonya ini kopinya" celetuk seorang pelayan yang membawakan secangkir kopi untuk rebecca.

Sontak membuat wanita itu tersentak kaget dan mendongakkan kepalanya, dia hanya mengangguk lalu kembali fokus ke labtop miliknya.

Sedangkan pelayan tersebut pergi setelah meletakkan kopi tersebut.

Brakkkkk.......

Tiba-tiba saja ada yang membuka kasar pintu ruang kerja rebecca, sontak membuat wanita kaget dan menatap tajam sih pelaku.

Namun sih pelaku seakan tak perduli, dia terlihat acuh malah tersenyum dengan bodohnya.

"Gak bosen apa kerja Mulu?" Tanya Laura, sahabat rebecca.

"Gak" jawab rebecca singkat.

"Elah, sekali-kali gitu liburan kan Lo bentar lagi mau nikah ecca. Gak ada niat gitu bukan bikin otak rileks" ucap Laura, rebecca mendesah pelan.

Dia sih mau-maunya aja kalau liburan tapi dia juga gak bisa mengabaikan pekerjaannya, toh persiapan pernikahannya sudah selesai tinggal resepsi dan pengucapan janji.

"Kamu kan tau Ra kalau aku gak bisa, karena pernikahan aku udah Deket makanya aku kebut biar gak numpuk nanti" jawab rebecca.

"Yayaya Lo selalu aja gitu, makanya hidup Lo membosankan" ucap Laura datar, rebecca terkekeh kecil.

"Btw kamu ke sini sendirian?" Tanya rebecca.

"Gak sih, gue kesini sama sih kurcaci" jawab Laura sambil menghempas pelan bokongnya ke sofa dan mengambil sembarang majalah fashion di atas meja.

"Terus sih Sarah ( serah), kemana?" Tanya rebecca bingung, Laura mengangkat bahunya acuh.

"Tau dah" jawab Laura acuh, dia lebih tertarik dengan majalah yang di pegang dari pada menjawab pertanyaan rebecca.

Ya dia pikir Sarah itu bukan anak kecil lagi, tidak mungkin akan tersesat lagian bukan sekali dua kali mereka ke mansion rebecca.

Rebecca menggelengkan kepalanya melihat Laura yang terlihat santai di sofa, lalu kembali fokus ke labtopnya.

Brakkkkk.......

Untuk yang kedua kalinya rebecca kaget, bahkan jantungnya sekarang berdetak dengan sangat cepat sakin kagetnya.

Tapi kali ini dia tak sendirian, Laura juga ikut kaget.

"Sialan! Kurcaci!...." Upat keduanya kesal.

Sedangkan sih pelaku malah tertawa terbahak-bahak, baik wajah rebecca dan Laura terlihat sangat konyol.

"Hahahaha, lord muka kalian kocak banget" ejek Sarah sambil tertawa.

PlakkkkkkkK........

Majalah yang di pegang Laura sukses mendarat indah di wajah Sarah, namun wanita itu masih tertawa terbahak-bahak.

"Mati aja kau sana bict" upat rebecca kesal.

"Kalau aku mati, aku pastikan kalian nangis" ucap Sarah penuh percaya diri.

Baik Laura atau pun rebecca hanya menatap Sarah datar, tanpa mau merespon.

Tingkat percaya wanita itu memang tak ada duanya, jadi percuma saja menghujat buang-buang waktu saja.

Sarah terlihat cemberut lalu duduk di samping Laura yang terlihat anteng dengan majalahnya tentu dengan majalah yg berbeda.

Hening!

Ketiganya terlihat sibuk dengan dunia mereka masing-masing, darah yang cekikikan karena baca meme lucu.

Laura yang asik baca majalah, entah yang ke berapa sedangkan rebecca masih sama. Masih sibuk dengan labtopnya.

Tapi tiba-tiba saja suara ketukan pintu memecah keheningan tersebut.

"Masuk" ucap rebecca meminta orang yang ada di balik pintu tersebut untuk masuk.

Seorang pria dengan postur tegap lengkap dengan raut wajah datar terlihat masuk ke ruang kerja rebecca.

"Maaf mengganggu nona, Gadis yang anda bawa tidak ada di kamarnya" ucap Viktor, ketua keamanan di mansion milik rebecca.

Sontak membuat rebecca mendongak, menatap tajam pria tersebut.

"Lalu dimana dia?" Tanya rebecca dingin.

"Maaf nona, kami tidak menemukan gadis itu dimana pun." Jawab Viktor dengan wajah tertunduk.

"Apa kalian sudah periksa cctv?" Tanya rebecca, Viktor menganggukkan kepalanya.

Brakkkkk......

Dengan kasar rebecca mendorong kursi yang dia duduki, membuat Viktor, Laura dan Sarah kaget.

Tanpa bicara dia berjalan menuju kamar tempat Rena berada, Viktor dan kedua sahabatnya hanya diam dan mengekori wanita tersebut.

Walau Laura dan Sarah bingung sebenarnya apa yang terjadi.

Sesampainya di sana rebecca membuka kasar pintu kamar Rena, kosong.

Tak ada siapapun disana, rebecca mengepal tangannya erat. Rahangnya terlihat mengeras, sorot matanya pun makin tajam.

Membuat aura di sekitar wanita itu jadi tak nyaman.

"Cari sampai ketemu, saya tidak mau tau gadis itu harus kalian bawa kembali" perintah rebecca, Viktor hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan ketiga sahabatnya tersebut.

Laura dan Sarah masih sama, mereka masih bingung. Mulut mereka terasa gatal untuk bertanya.

"Ca, siapa sih yang gadis Viktor maksud? Kok kamu kayaknya marah banget pas tau dia gak ada?" Tanya Laura, rebecca hanya diam dan berjalan keluar dari kamar meninggalkan kedua sahabatnya yang terlihat melongo.

Laura dan Sarah berdecak kesal, lalu menyusul rebecca. Mereka takut jika ada sesuatu yang buruk terjadi, rebecca kalau marah bisa menghilangkan nyawa orang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel