Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 14

Mata coklat milik Rena terlihat berbinar-binar melihat kebun strawberry yang ada di depannya, ratusan pohon strawberry terlihat tubuh subur dan hijau.

Rena cukup beruntung datang saat hampir panen, walau tak sepenuhnya buah-buahnya matang namun tetap saja tak mengurungkan niat Rena untuk mengambilnya.

Jiwa pencurinya bergejolak melihat buah-buah strawberry yang terlihat merah merekah dan segar, senyum di bibirnya terlihat sangat lebar.

Rena terlihat celingak-celinguk memastikan keadaan aman, dia tak ingin tertangkap dengan cepat sebelum dia menikmati buah-buah strawberry segar tersebut.

Serasa aman Rena pun memetik satu persatu buah strawberry tersebut.

"Wah, ini lebih besar dari yang ada di Indonesia" gumamnya.

"Hemmm dan sangat manis" timpalnya sambil mengunyah buah strawberry yang sudah ada di dalam mulutnya.

Cukup banyak yang dia petik sampai-sampai tak bisa dia genggam lagi, namun dia tak puas karena baginya itu terlalu sedikit.

Sayangnya baik baju dan celananya tak memiliki saku, membuatnya harus memutar otak agar bisa menjadi wadah strawberry yang dia petik.

Tiba-tiba saja satu ide terbesit begitu saja di otaknya, di taruhannya sembarang buah yang dia genggam. Rena memasukan bajunya kedalam celana, lalu memasukkan buah yang dia petik kedalam bajunya.

Setelah itu kembali memetik buah strawberry yang matang, secara cukup dia keluar dari kebun tersebut takutnya nanti ada yang memergokinya.

Dengan baju yang menggelembung akibat di penuhi oleh strawberry Rena petik, dengan riang gadis itu berjalan pergi.

Wajahnya terlihat cerah, rasa manis strawberry yang dia makan bener-bener membuat moodnya menjadi baik.

Namun tiba-tiba saja langkahnya terhenti, mata coklatnya kembali berbinar-binar melihat puluhan pohon apel lengkap dengan buahnya yang mulai matang.

"Kyaaaaa... Tempat ini benar-benar surga" pekiknya sambil berlari kearah pohon apel tersebut.

Tanpa banyak bicara dia langsung memanjat pohon tersebut, mengambil Beberapa buah apel yang matang.

"Omo.... Ini sangat manis dan lembut" gumamnya sambil menikmati apel yang kini ada di dalam mulutnya.

Dengan penuh semangat dia memetik apel-apel tersebut dan memasukannya dalam baju, serasa cukup dia pun turun.

"Hemz... Lebih baik aku kembali ke kamar, nanti iblis itu akan mengamuk." Gumamnya pelan sambil berjalan kembali ke mansion rebecca.

Untuk sekarang Rena belum ada ide apapun untuk melarikan diri, otaknya benar-benar sedang eror saat ini.

Jadi mustahil untuk ide muncul, toh sampai sekarang iblis itu tak melakukan hal yang di luar batas kewajaran ya kecuali ciuman itu.

Disisi lain rebecca masih dengan kondisi yang sama, rasa kesal dan amarahnya masih menguasai diri.

Aura mencekam masih terasa nyata, bahkan Laura dan Sarah saja tak berani untuk membuka mulut.

Rebecca bener-bener menyeramkan saat ini, kini mereka berada di ruang tengah dimana biasanya di gunakan untuk berkumpul ria.

Ruangan tersebut berhadapan langsung dengan kolam renang, jadi biasanya rebecca mengadakan pesta di sana.

Sedangkan para bodyguard wanita itu sedang mencari setiap sudut kota dan juga mansion, mereka pikir gadis tersebut tak akan pergi terlalu jauh walaupun dia kabur.

"Ca sebenarnya apa sih yang terjadi? Siapa yang ilang?, Kok kamu marah banget pas tau dia gak ada?" Tanya Sarah memberanikan diri, dia sudah tidak tahan lagi dengan suasana di sekitarnya.

Sontak membuat rebecca menoleh lalu menghela nafas pelan.

"Dia itu tawananku, aku mendapatkannya saat menang judi dengan Maykel" jawab rebecca datar.

Laura dan Sarah memutar matanya malas.

"Pria bodoh itu masih saja mau menantang kamu main judi, udah tau dia kalah Mulu" jawab Laura, rebecca mengangkat bahunya acuh.

"Btw emang yang jadi taruhan pria begok itu siapa? Apa jalangnya?" Tanya Sarah, rebecca terdiam.

Dia tak pernah memikirkan itu beberapa hari ini, bahkan setelah dia mendapatkan gadis itu. Jadi rebecca tidak tau siapa Rena dan apa hubungannya dengan pria bodoh itu.

"Entahlah, aku cuman di beri sedikit informasi tentang orang yang aku tawan" jawab rebecca dengan santai.

Laura dan Sarah menatap datar rebecca, bagaimana bisa wanita itu sangat bodoh. Apa dia lupa kalau maykel itu adalah pria licik dan tak memiliki kewarasan.

"Jadi dia gak ngasih tau siapa yang dia jadiin taruhan secara detail gitu?" Tanya Sarah, dengan polosnya rebecca menganggukkan kepalanya.

"orang itu tau gak  kalau dia di jadiin taruhan judi?" Tanya Laura, rebecca mengangkat bahunya tidak tau.

"Aku gak tau sih, soalnya gak pernah nanya." Jawap Rebecca dengan polos.

Sontak membuat Laura dan Sarah saling pandang dan menghela nafas pelan.

"Bodoh tuh jangan di pelihara ecca, gimana kalau tuh orang adalah mata-mata sih Maykel?. Gimana kalau dia orang yang Maykel culik terus kamu yang di jadiin kambing hitam?" Ujar Sarah dengan nada serius, sontak membuat rebecca terdiam.

Dia sama sekali tak memikirkan hal itu, yang dia tau gadis itu miliknya.

"Bener tuh apa yang di bilang Sarah, tuh cowok kan terobsesi banget bikin reputasi kamu hancur" ucap Laura membenarkan apa yang Sarah katakan.

Rebecca mendesah pelan dan menatap penuh arti kedua sahabatnya.

"Terus aku harus kayak gimana?" Tanya rebecca dengan tampang bodoh, entah kenapa jika berhubungan dengan gadis itu rebecca selalu jadi orang lain.

Dia tak pernah mengenali dirinya sendiri saat berdekatan dengan Rena, rebecca sama sekali tak mengerti kenapa begitu.

"Ya kamu balikin deh tuh orang ke habitatnya, jangan kamu Tawan" jawab Sarah, sontak membuat mata rebecca membulat.

Ada perasaan tak rela muncul di hatinya, perasaan itu terasa jelas di hatinya lagi-lagi rebecca tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Terus bagaimana dengan uang yang udah aku keluarin untuk orang itu?" Tanya rebecca dengan nada datar dan tak bersahabat.

Laura dan Sarah saling pandang, sejak kapan rebecca jadi perduli dengan uang yang dia keluarkan? Pikir keduanya.

"Udah kali ikhlasin aja , toh gak akan bikin Lo bangkrut juga" jawab Sarah, rebecca menghela nafas pelan.

"Hooh, kenapa kamu jadi perduli berapa uang yang kamu keluarin?, Biasanya juga bodo amet" ucap Laura, lalu bertanya kenapa Rebecca jadi perduli sama uang yang dia punya.

Lagi-lagi rebecca menghela nafas, dia juga tak mengerti. Yang jelas ada perasaan tidak rela di hatinya.

"Entahlah" jawab rebecca dengan nada lirih.

Sontak membuat kedua sahabatnya menatap rebecca penuh arti, entah kenapa mereka merasa jika yang ada di depan mereka bukanlah rebecca yang biasanya.

Sangat berbeda dari rebecca yang mereka kenal.

Hening.

Baik rebecca atau Laura serta Sarah larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Nona kami berhasil menemukan gadis itu" seru Viktor memecah keheningan sontak membuat ketiga wanita itu menoleh kearah pria itu.

"Dimana kalian menemukannya?" Tanya rebecca antusias, bahkan ada raut bahagia tergambar jelas di wajah cantiknya tanpa dia sadari.

Sayangnya kedua sahabatnya terlalu peka, mereka sadar jika ada yang tak beres dengan rebecca dan itu bukan hal yang baik.

Jelas itu akan membuat masalah kedepannya jika di biarkan begitu saja, tapi di lain sisi mereka tak bisa berbuat apapun.

Rebecca itu gadis yang keras kepala, tak mudah menasehati wanita itu.

"Kami menemukannya di taman belakang, sepertinya dia pergi ke perkebunan yang ada di samping mansion." Jawab Viktor, rebecca menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

Ada perasaan lega di hatinya tau jika gadis itu tidak kabur, entah apa yang akan terjadi pada rebecca jika Rena benar-benar pergi darinya.

"Lalu di mana dia sekarang?" Tanya rebecca.

Namun belum sempat Viktor menjawap, suara teriakan Rena terdengar membuat rebecca menoleh kearah suara tersebut begitu juga Viktor dan kedua saudaranya rebecca.

"Lepasin napa, gue bisa jalan sendiri bangsat" upat Rena kesal.

Dia tak perduli pria-pria yang menyeretnya itu mengerti atau tidak, Rena benar-benar kesal.

Emang dia kambing gitu pakek di tarik-tarik, dia kan bisa jalan sendiri. Namun pria-pria itu tak bergeming dan terus menyeret Rena, singkat cerita kini Rena sudah berada di depan rebecca yang kini menatapnya dengan tatapan sulit dia pahami.

"Lepaskan dia" perintah rebecca pada kedua bodyguard yang menyeret Rena.

Kedua pria itu mengangguk hormat lalu melepaskan cengkraman mereka dari pergelangan tangan rena.

Rena mendesah kesal.

"Dari tadi kek lepasinnya, kayak narik kambing aja" gumamnya kesal.

Dengan wajah cemberut dia mengambil apel yang ada di dalam bajunya lalu mengigitnya kasar.

Dia terlihat acuh dengan orang-orang yang menatapnya intens dan aneh, Rena tetap Rena manusia yang di ciptakan dengan kadar tidak perduli yang tinggi.

"Dari mana saja?" Tanya rebecca dengan bahasa Indonesia agar Rena paham apa yang dia tanyakan.

"Saya ngambil ini" jawab Rena dengan tampang polos sambil menunjuk apel yang dia genggam.

Rebecca mendesah pelan.

"Lain kali kemana-mana izin dulu, kamu bikin saya khawatir" ucap rebecca, Rena mengangguk patuh dan mengangkat bahunya acuh.

Dia pikir dia akan di amuk karena pergi tanpa sepengetahuan iblis betina itu, ternyata dia cuman di tanyain aja.

Tau gini mah dia lama-lama dah di kebun buah itu, dari pada di kamar bosen.

Rebecca menyipitkan matanya saat sadar jika penampilan Rena sangat kacau, terlihat seperti orang gila bahkan orang gila pun lebih terlihat rapi dari pada Rena saat ini.

Wajah yang kusam, rambut yang acak-acakan serta pakaian yang sama dia kenakan saat rebecca menyekapnya Rena di mansionnya.

Ah jangan lupa bau menyengat yang keluar dari tubuh Rena.

"Sudah berapa hari kamu tidak mandi?" Tanya rebecca.

"Empat hari" jawab Rena dengan Santainya sambil mengunyah apel yang ada di mulutnya.

Rebecca menatap datar Rena.

"Kenapa tidak mandi?, Bukannya saya sudah siapkan pakaian ganti di lemari?" Tanya rebecca tak habis pikir kenapa gadis di hadapannya ini begitu jorok.

Padahal dia sudah menyiapkan segala hal yang Rena butuhkan.

"Tidak tau caranya gunain kamar mandi" jawab Rena dengan wajah polos.

Rebecca hanya melongo, sedangkan Viktor, Laura dan Sarah hanya jadi pendengar saja.

Mereka tidak paham apa yang di bicarakan oleh Rena dan rebecca, Rena cukup di untungkan dengan hal itu jadinya dia tidak terlalu malu.

"Kenapa tidak tanya sama pelayan?" Tanya rebecca, sontak membuat Rena cemberut.

"Saya tidak bisa bahasa Jerman" jawab Rena dengan nada datar.

"Kalau bahasa Inggris?" Tanya rebecca, Rena menggelengkan kepalanya dengan polosnya.

Dia memang tidak terlalu menguasai bahasa asing.

Rebecca mendesah pelan, dia tak habis pikir ada gitu orang kayak Rena.

Bodohnya mendarah daging.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel