Chapter 10
Keduanya masih saling melemparkan tatapan tajam, baik Rena atau pun rebecca ya wanita bermanik biru itu namanya rebecca.
Lengkapnya Rebecca Annette Aaron, dia berdarah campuran Jerman dan Amerika serta di limpahkan setelah kesempurnaan yang di idam-idamkan banyak kaum.
Tubuh yang sempurna, paras yang memikat, pesona yang kuat, serta punya kekuasaan dan kekayaan yang berlimpah.
Semua pasti akan tunduk jika tau siapa wanita itu, sayangnya Rena keterculian. Baginya salah tetap salah, entah itu presiden, raja atau lainnya.
Sikapnya itu selalu membawanya pada masalah-masalah besar, beruntung tuhan memberikan otak yang cerdas jadinya tak sulit untuk menyelesaikannya.
Tapi kali ini sepertinya bukan hal mudah, mengingat dengan siapa dia berhadapan. Dia adalah anak dari orang nomor satu di dunia, serta cucu dari seorang mafia terkenal dengan kelicikan dan kekejamannya.
Bukan hal yang mustahil jika gen keluarganya itu mengalir deras dalam tubuhnya.
PlakkkkkkkK......
PlakkkkkkkK......
Sepuluh jari milik rebecca mendarat dengan sempurna di kedua pipinya Rena, tak hanya menampar namun juga mencengkram erat rahang gadis itu.
"Berani sekali anda menatap saya begitu!" Bisik rebecca tepat di wajah Rena.
Gadis itu meringis, menahan perih akibat kuku tajam milik rebecca menancap indah di kulit wajah Rena.
"S.....singkirkan t...tangan kotor anda dari wajah saya" ucap Rena sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan rebecca dari wajahnya.
Sayangnya tenaganya kalah talak dari rebecca, wanita itu terlalu kuat bahkan kini makin mencengkram erat rahang Rena.
Darah segar mengalir indah di kulit Rena, kuku-kuku indah itu terlalu dalam menancap merobek kulit hingga menusuk ke daging.
"Anda pikir, anda siapa Hem? Berani sekali anda menyuruh saya bahkan berani menatap saya dengan tatapan sialan itu!. Masih beruntung bukan mata anda yang saya congkel" ujar rebecca masih dengan nada yang sama dingin dan tajam.
Bahkan membuat bulu kuduk Rena berdiri seketika, tatapan Rena yang awalnya tajam kini meredup dan berusaha menjadi tatapan putus asa serta pasrah.
Kini tubuhnya mulai gemetar, aura rebecca benar-benar menundukkan Rena. Keangkuhan yang di miliki gugur seketika bak daun-daun mati yang berjatuhan seperti hujan.
"Maaf" gumam Rena lirih, rebecca menyeringai lalu mendorong Rena kasar hingga membuat tubuh mungil itu terhempas ke belakang.
Beruntung ada kasur empuk yang siagap menangkap tubuh mungilnya, Rena hanya diam dengan tatapan sendu.
Begitu banyak hal-hal buruk bermunculan di otaknya, mulai dari dia akan di jadikan budak seks atau lebih parahnya di ambil organ tubuhnya dan di jual.
Kalau itu terjadi sudah, tamat sudah kisah hidupnya. Tak ada lagi yang namanya Rena atau kisah mengharukan sekaligus menegangkan dimana dia akan bertemu dengan keluarganya lagi.
Sedangkan rebecca kini sudah merangkak naik ke tubuh Rena, entah kenapa akal sehatnya tiba-tiba hilang saat matanya tanpa sengaja menatap bibir Rena.
Bibir gadis itu terlihat begitu menggoda untuk di hisap, Kilauan bibir kering itu mampu memanggil gairah seksual dalam diri rebecca.
Pesona yang di miliki Rena tak bisa dia tolak, sialnya lagi dia tak bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan hal-hal di luar kendalinya.
Jujur ini pertama kalinya dia bernafsu dengan seorang wanita, tentu saja itu karena rebecca bukan penyuka sejenis.
Dia adalah wanita pada umumnya, berjalan pada kodratnya dan memiliki hubungan dengan pria.
Rena menatap pasrah rebecca yang kini mulai mengikis jarak mereka, ya sekarang wajah rebecca sudah sejajar dengan wajah Rena.
Tatapan penuh nafsu terlihat jelas dari manik biru milik rebecca, sialnya Rena tak tau jika malam ini akan jadi malam panjang untuknya.
Gadis itu terlalu polos jika menyangkut hal seperti ini, walau pun dia sering nonton tapi dia sama sekali tak tau bagaimana ciri-ciri orang sedang bernafsu atau sejenisnya.
Rena menutup matanya saat nafas rebecca menerpa wajahnya, gadis itu benar-benar sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.
Biarlah, biarlah semuanya berakhir.
Nafas Rena mulai memburu saat tangan nakal Rebecca menjelajahi kulit halus Rena, perasaan Rena makin campur aduk saat lutut rebecca menyusup masuk di antara dua paha Rena.
Menggesek area sensitif Rena, rona merah terlihat jelas di pipi Rena. Membuat rebecca samakin bersemangat, dia merasa seperti ada rasa puas saat membuat Rena tunduk padanya.
Sayangnya kesenangannya harus berakhir karena ada yang mengetuk pintu.
Tokkkk....... Tokkkk...... Tokkkk........
"Nona, sarapan pagi anda sudah siap" ujar seseorang dari balik pintu.
Sialan! Upat rebecca kesal.
Sedangkan Rena menghela nafas lega, setidak dia terbebas dari jeratan wanita gila yang berniat memperkosanya atau lebih tepatnya ingin menyentuhnya.
Karena apa yang rebecca lakukan tak terlihat seperti memperkosa, tentu karena Rena seakan membiarkan wanita itu berkuasa atas dirinya.
"Ya" jawab rebecca singkat lalu bangkit dari tubuh Rena yang kini sudah terkulai lemas.
Otaknya kini benar-benar kosong, seperti di format. Tak ada yang dia pikirkan selain perasaan kacau yang kini melandanya.
Dia belum pernah seperti ini sebelumnya, di kuasai dan di kontrol. Jujur Rena tak suka, dia harus jaga jarak atau menjauh dari rebecca.
Sayangnya itu hal mustahil, kini gadis itu sudah terperangkap dalam sarang singa tak ada jalan keluar selain kematian.
Rena menatap kosong punggung Rebecca yang hilang di balik pintu, sekali lagi mendesah pelan lalu menutup matanya.
Dia lelah, dia pasrah ya pasrah akan nasipnya. Mustahil untuk dia kabur, Karena sekarang dia sudah berada di atas awan. Rena tak mau mati konyol dengan melompat dari pesawat, bagaimana jika jasadnya tak di temukan? Bagaimana jika wanita sialan itu malah menutupi Kematiannya dan membuat Rena dalam daftar orang hilang selamanya.
Sedangkan rebecca, wanita itu kini sedang duduk di meja makannya sendirian ya sendirian.
Mana ada yang mau menemaninya makan, sedangkan berdekatan dengan wanita itu saja sudah terasa tak nyaman karena aura kelam yang di miliki wanita tersebut.
Hanya ada beberapa orang yang tahan, tentu saja mereka adalah sahabat dan keluarga rebecca serta tunangan wanita itu.
Dia menyantap makanannya dalam diam namun sedetik kemudian kunyahannya terhenti.
"Tolong bawa satu porsi makanan ke dalam kamar, jangan lupa air minum dan obati luka gadis itu" peritah rebecca pada salah satu pramugari.
Tentu saja membuat semua orang berdenyit bingung sekaligus melongo, ya mereka tak percaya atas sikap rebecca aneh.
Ya aneh, wanita itu tak pernah seperduli ini pada orang, maksudnya dia tak pernah mau melakukan hal-hal kecil seperti ini pada orang asing.
Dia bahkan acuh dengan gelandangan sekali pun, dia bukan tipe yang perduli sekitar. Dia hanya perduli pada orang-orang yang dekat dengannya, tapi kali ini untuk pertama kalinya dia perduli pada orang lain.
Namun tak ada yang berani menanyakan kenapa wanita itu begitu perduli pada gadis malang itu, mereka hanya melakukan apa yang di tugaskan bos mereka tanpa berkomentar.
Di dalam kamar Rena masih pada posisi tadi, berbaring di ranjang dengan kondisi mengenaskan.
Matanya sembab akibat dia menangis beberapa menit yang lalu, rambutnya terlihat acak-acakan dan wajahnya terlihat kusam serta ada bekas darah yang mengering.
Suara ketukan pintu memecah keheningan, Rena tetap tak bergerak dari posisinya. Dia tak perduli siapa yang ada di balik pintu tersebut, Rena terlalu kacau dan frustasi saat ini membuatnya merasa malas walau untuk bergerak sekalipun.
Ceklek........
Telinga Rena dengan jelas mendengar suara pintu yang terbuka, namun lagi-lagi dia tak perduli. Suara langkah kaki makin terdengar jelas, itu karena yang pemilik mulai berjalan mendekati Rena.
"Pergilah!" celetuk Rena dengan nada dingin.
Sontak membuat suara langkah kaki tersebut hilang dan lenyap bersama keheningan.
"Saya hanya mengantar makanan ini untuk anda nona" ujar pramugari yang kini sedang membawa nampan berisi sepiring sandwich dan secangkir susu.
"Saya gak butuh, bawa pergi" jawab Rena menolak.
"Anda harus makan nona, nyonya tidak menyukai orang pembangkang. Untuk keselamatan anda, lebih baik anda terima dan makan. Lagi pula anda harus mengisi tenaga anda" ucap pramugari itu membujuk Rena.
Rena membuka matanya kasar, raut wajahnya sama sekali tak begitu baik. Suasana hatinya tak begitu baik membuat dia mudah emosi dan kesal, Rena mengubah posisinya menjadi duduk lalu bangkit dan berjalan mendekati pramugari itu.
Ada senyum hangat terlihat jelas di wajah wanita itu, dia mengira jika dia sudah berhasil membujuk Rena Karena biasanya jika orang sudah di ancam menggunakan nama bosnya tak ada yang menolak.
Sayangnya itu tak berlaku bagi Rena, dia tak suka jika ada yang memaksanya. Dia benar-benar benci jika di paksa, memuakkan! Pekiknya dalam hati.
Senyum pramugari itu semakin melebar saat Rena mengambil nampan di tangannya, sayangnya apa yang dia pikirkan sangat berlainan dengan apa yang Rena akan lakukan.
Pranggg.........
Pranggggg........
Trikkkk......
Dengan kasar Rena melempar nampan itu ke dinding, terdengar jelas suara nyaring saat nampan itu membentur dinding serta suara Piring dan gelas pecah serta sendok dan garpu yang jatuh ke bawah.
Sontak membuat pramugari itu kaget bukan main, dia juga terlihat melongo dan juga ketakutan.
"Sudah saya terima, jadi pergilah sebelum anda bernasip sama seperti makanan sialan itu!" ancam Rena membuat pramugari itu langsung keluar dari kamar itu.
Sedangkan Rena kembali ke ranjang dan membaringkan tubuhnya yang lelah.
Rebecca berdenyit bingung saat melihat raut wajah Relly terlihat ketakutan, ya nama pramugari yang membawa makanan ke kamar Rena adalah Relly.
"Kenapa kamu begitu ketakutan? Apa makanan yang kamu bawa tadi di makan oleh gadis itu?" Tanya rebecca, membuat Relly mendongak kearah rebecca.
Bibirnya terlihat gemetar, rasa takutnya makin besar saat ini. Sebisa mungkin dia menetralkan perasaannya yang kacau, wanita itu terlihat menarik nafas dalam lalu menghelanya pelan.
"Saya baik-baik saja nyonya, makanan tadi tidak di makan tapi di buang olehnya." Jawab Relly dengan nada sedikit gemetar.
Rahang Rebecca terlihat mengeras, entah kenapa dia merasa sangat kesal. Dengan keras dia menghempaskan sendok dan garpu di tangannya kasar ke meja, lalu bangkit dari duduknya.
"Bawa satu porsi makanan lagi" perintah rebecca dengan nada dingin, pramugari yang melayaninya hanya mengangguk dan melakukan perintah rebecca.
Sedangkan rebecca kini berjalan menuju kamar dimana Rena berada, sedangkan gadis itu kini sudah tidur dengan nyenyak.
Seakan tak ada hal buruk yang datang, wajahnya begitu damai walau terlihat mengenaskan.
