Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 10. Lily menyetujui pernikahanya dengan Richard dipercepat

Richard sadar bahwa hatinya tidak bisa diberikannya untuk wanita itu. Wanita yang pernah diperkosanya dulu sekalipun itu bukan salah Richard sepenuhnya. Wanita itulah yang memasukkan obat perangsang untuknya. Awalnya Richard marah tapi karena Charlotte mengatakan dia sudah hamil anaknya amarah Richard langsung reda berganti dengan kebahagiaan yang dirasakannya karena dia telah memiliki penerus keluarga Xavier. Dan Richard lah yang menyentuh wanita itu untuk pertama kalinya, melihat bekas darah yang ada di seprai yang telah dimuseumkan Richard dikamarnya. Untuk itu Richard hanya bisa memberikan posisi yang kokoh untuk istrinya sebagai Nyonya Xavier.

"Tapi aku tida rela jika kasih sayang mu kau bagi honey," Isak Charlotte, jauh dilubuk hatinya, dirinya sangatlah senang karena suaminya telah memberikannya kedudukan nomor satu di mansion miliknya yaitu Nyonya Xavier. Hal yang sudah sejak dulu didambakannya maupun para wanita diluar sana.

"Aku akan tetap adil kepadamu dan juga Lily," Richard berjanji akan adil dengan kedua istrinya itu. Tanpa diketahui Richard, Lily telah mendengar semua yang dikatakan laki-laki itu, bahkan laki-laki itu menyetujui persyaratan istri pertamanya membuat Lily mengepalkan tanganya dan tersenyum miris. Lily sudah sempat berpikir dirinya telah berhasil menaklukkan hati laki-laki itu ternyata dia salah besar, laki-laki itu masih sangat mencintai istri pertamanya.

"Jangan panggil aku Brianna Philips jika kau tidak bisa kubuat melupakan wanita ular itu, Richard Xavier," Lily menyeringai dibalik wajah polosnya itu. Lily bukan wanita yang benar-benar polos, dia telah berubah menjadi wanita yang sangat kejam setelah dirinya melalui proses kehidupan yang sangat menyakitkan.

Lily kembali kekamarnya karena dia merasa informasi barusan sudah cukup menyadarkan dirinya bahwa Richard belum benar-benar menganggapnya ada. Mungkin dia hanyalah sebagai pelampiasn nafsu laki-laki itu mengingat Charlotte jarang dirumah melayani suaminya.

"Ceklek," Richard tersenyum tipis saat melihat wanita yang digemburnya habis-habisan satu malam ini tertidur pulas. Richard mencium kening wanitanya seakan mereka adalah suami istri yang saling mencintai. Richard memasuki kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Setelah membersihkan tubuhnya Richard melihat wanitanya telah bangun.

Penampilan Richard yang keluar dari kamar mandi mampu membuat Lily menelan salivanya. Laki-laki itu terlihat seksi dan sangat tampan dimata Lily. Lily berusaha menyadarkan dirinya bahkan sampai mencubit kuat pahanya supaya tidak terlena kepada penampilan laki-laki itu. Lily tidak ingin rencananya hancur berantakan karena dirinya jatuh cinta duluan kepada laki-laki itu.

" Kamu sudah bangun, hmm," Richard menyentuh hidung mungil istrinya yang terpaku melihat tubuh telanjangnya. Richard tersenyum gemas.

"Apa yang tuan lakukan?" Lily tersentak saat tubuhnya melayang diudara, laki-laki itu langsung mengangkatnya tanpa aba-aba.

"Membawa mu kekamar mandi sayang, apa kamu ingin tetap di dalam kamarr? Tidak apa-apa, aku senang, itu berarti kamu bersedia bermain denganku terus," goda Richard sambil mendudukkan Lily dibathroom kamar mandi. Richard melumat bibir wanitanya yang masih bengkak itu.

"Tapi aku bisa sendiri tanpa Tuan angkat," guman Lily sambil menunduk, dirinya jadi malu.

"Aku tau kamu masih kesakitan, untuk itu aku ingin membantumu," Richard senang melihat wajah wanitanya yang malu-malu tapi mau.

" Tuan pergi saja, aku bisa sendiri," tolak Lily halus sambil mendorong dada bidang itu, Lily tidak ingin mengeluarkan muntahannya hanya karena terlalu lama menjalankan sandiwaranya yang sangat memuakkan bagi Lily.

"Baiklah jika itu maumu, kalau ada apa-apa panggil aku saja," Richard tidak ingin memaksa Lily dan dia pun pergi dari sana. Sebelum pergi Richard melumat sebentar bibir manis itu untuk meningkatkan mood boosternya.

Setelah Richard pergi, Lily mengumpat laki-laki itu, mengeluarkan segala jenis nama-nama hewan yang ada di kebun binatang.

"Cihhh, dasar laki-laki brengsek," mulut Lily sampai berbuih memakai Richard. Setelah lelah wanita itu baru mandi dan berendam cukup lama. Lily ingin mendinginkan hatinya yang memanas.

"Kenapa lama sekali mandinya sayang," Richard memeluk Lily saat wanita itu keluar dari kamar mandi yang hanya mengunakan handuk untuk menutupi aset berharganya.

"Aku hanya ingin berendam sebentar tadi, eh, ternyata aku malah ketiduran," Lily terkekeh kecil. Dia tidak berbohong, dia benar-benar tertidur karena merasakan aroma sabun yang begitu menenangkan Indra penciumanya.

"Benarkah?" Richard mengecup berulang-ulang bahu Lily yang sangat wangi baginya.

"Aku ingin melakukannya lagi," bisik Richard, menggigit pelan daun telinga Lily. Richard langsung mendaratkan kecupanya keleher Lily yang sangat memabukkan baginya.

Lily menggertakkan giginya, padahal perutnya sudah sangat lapar, laki-laki itu tidak berhenti menerkamnya.

"Aku lapar tuan," Lily mengangkat kepala Richard yang sudah menyesap gunung kembarnya dan handuk yang digunakannya sudah lepas kebawah.

"Sebentar saja, aku janji," Richard yang tidak tahan mengangkat Lily ketempat tidur, dia tidak perduli dengan penolakan wanita itu ,karena dirinya sudah tidak tahan menahan miliknya yang sudah sangat tegang.

"Aaahhh," desah Lily saat suaminya suda menyatukan milik mereka. Lily selalu terbuai dengan permainan suaminya itu.

" Nikmat sekali sayang," lirih Richard saat miliknya kembali di cengkraman kuat di bawah sana. Richard menggoyangkan pinggulnya mulai dari kecepatan rendah sampai kecepatan tinggi.

"Sayang, kamu sangat sempit, besok kita akan menikah, aku tidak sabar lagi untuk memilikimu seutuhnya sayang," racau Richard semakin mempercepat hentakannya.

"Benarkan? Aku hanya pelampiasan laki-laki bajingan ini," batin Lily dalam hati sambil menggertakkan giginya, bahkan kuku-kuku panjangnya di tancap kuat kepunggung suaminya, untuk melampiaskan amarahnya, ingin sekali Lily mencekik leher laki-laki itu sampai patah. Tapi berbeda dengan pemikiran Richard, laki-laki itu mengira wanitanya sangat menikmati permainan ranjang mereka sehingga sampai memeluknya dengan sangat erat walaupun melukai punggungnya dan Richard yakin punggungnya pasti luka.

"Terimakasih baby," Richard melumat bibir manis itu. Keringat kembali membasahi tubuh mereka padahal keduanya sudah mandi.

"Aku telah menyuruh Eric untuk membawa beberapa pasang cincin kesini serta beberapa gaun pengantin, kamu bisa memilih yang kamu suka, dan besok kita akan menikah, kau mau kan jika pernikahan kita dipercepat," Richard mencium kening Lily dan menatap wajah wanita itu.

Lily mengigit bibir bawahnya membuat Richard gemas

"Jangan digigit, nanti berdarah," Richard menjulurkan lidahnya memasuki rongga mulut wanitanya supaya wanitanya tidak mengigit bibir yang sudah menjadi candunya itu.

"Bukankah kita terlalu cepat menikah Tuan? Bagaimana dengan Nyonya Charlotte," Lily memasang wajah polosnya seakan belum tau dengan rencana laki-laki itu.

" Tenang saja, Charlotte sudah menyetujuinya," Richard menjawab tanpa memberitahu Lily bahwa istri pertamanya menyetujui pernikahan mereka dengan alasan, istri pertamanya itulah yang akan menjadi Nyonya Xavier untuk selama-lamanya dan kasih sayang Richard harus lebih besar kepadanya dari pada kepada Lily yang notabene hanya istri kedua.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel