BOS VS GANGSTER (revisi bab 4)
Mobil sedan putih telah terparkir, seorang ibu yang terlihat masih agak muda kisaran 40 tahunan, tapi masih terlihat segar di pandang.
Tas lengan putih seirama dengan setelan blouse di balut blazer batik, tali tasnya berwarna emas menggantung dari bahu ke bawah.
Keluar dari mobilnya, berjalan cepat menuju ruangan tempat sang anak di rawat.
"Nathan di mana adikmu?"
Lengan Nathan menunjuk ke sebuah ruangan rawat inap.
Di ambang pintu ruangan Nathan sempat pamit ke ibunya.
"Mah titip Aluna ya, Nathan harus pergi ke sekolah Aluna mengabarkan kondisinya."
"kenapa gak di telpon saja kak?" Bundanya menyarankan.
"emm, anu mah gak enak aja kalo lewat telepon, dia kan baru masuk satu hari" jawab Nathan berkelit, padahal alasan sebenarnya ialah ingin memberi pelajaran kepada orang yang namanya disebut sang adik ketika curhat sama bonekanya.
"betul juga, ya sudah tolong sampaikan kepada wali kelasnya adikmu tidak bisa hadir di sekolah.
akal-akalan Nathan mengelabuhi bundanya sendiri nampak berhasil. ia akan segera menghabisi orang yang tega menyakiti adik kesayangannya.
Berjalan cepat menuju parkiran tempat motornya berada.
Motor jantan besar siap berlari mengantarkan tuanya sampai tujuan. jaket khusus yang kemarin sempat di pinjam sang adik kini telah melekat di badan.
Kopling di kiri gas di kanan, segera melesat berpacu sangat kencang di jalanan.
"Slep slep slep"
menyalip ke kanan-kiri dengan kecepatan di atas 100km/jam melewati berbagai kendaraan di depannya. Seperti lupa letak posisi rem hampir tak pernah di gunakan kecuali lampu merah dan ada sedikit kemacetan.
Deg deg deg
bunyi mesin motor melambat berhenti di parkiran motor sekolah. Membuka helmnya.
Beberapa gadis seumuran adiknya melirik sosok rupawan, berambut coklat kekuningan alis tebal tajam seperti samurai berpadu sorot mata coklat kemerahan ketika di terpa sinar matahari di matanya.
"Eh eh liat itu siapa?" bisik-bisik beberapa siswi yang kebetulan berada di sekitar parkir, tempat dimana Nathan berada mencermati setiap sudut sekolah.
"ya ampun ganteng nyaaa ! itu siapa sih ganteng banget" ucapnya sangat genit dari salah satu siswi sekolah itu.
"itu bukan orang kayaknya, tapi seorang pangeran yang akan datang menemuiku" sahut siswi lainnya penuh khayal pada sosok pria misterius.
"eh Tapi mukanya kayak gak asing "
"iya iyah, kayak pernah liat tapi dimana ya? taulah yang penting dia itu cowok idaman ku banget. uuughh..!"
Berbeda dengan siswa laki-laki yang sedikit mengetahui siapa sosok pria asing yang tiba-tiba muncul di sekolahnya.
"gawat!!!"
"kenapa Bro!"
"liat itu, liat bro!" siswa itu gemetaran menunjuk sosok pria asing yang nampak kebingungan di depan parkir sekolahan.
"itu kan si legend Nathan !"
"what's?!! serius lu bro?!" kasak-kusuk dari siswa laki-laki terdengar histeris, betapa tidak percayanya mereka dengan apa yang mereka lihat.
sang maestro ketua gangster yang juga mengetuai seluruh gangster di wilayah ini. atau dengan kata lain Pemimpin nomor satu dalam aliansi para gangster.
Menapakkan kakinya di sekolah ini.
"ngeri bro..!"
"iyeh, pasti ada sesuatu yang bikin dia datang ke sini."
"pasti itu, njir gue merinding banget sumpah." bulu kuduk mereka serempak berdiri, takut melihat sosok pria yang masih berdiri. meski dia masih belum melakukan apapun disini.
....
Maya tengah berjalan menuju kantin, letak ruang kelasnya harus melewati parkiran motor yang berada di belakang ruang kelas lain.
Terlihat sosok pria sedang berdiri celingak-celinguk mencari sesuatu.
sepintas Maya teringat temannya yang tidak masuk sekolah pagi ini. ketika menatap mata pria tersebut.
sebelumnya Aluna telah memberi tahu bahwa mempunyai seorang kakak yang mirip dengan nya dari segi hidung dan mata.
pasti kakaknya Aluna, ya ampun ganteng banget sih. Dengan "pede"nya ia memberanikan diri menyapa.
Sedang siswi lain yang tadi memperhatikan merasa iri karena tak berani, justru Maya lah yang bisa mendekati pria tampan itu lebih dulu.
"Ekhem, ini pasti kakaknya Aluna ya?"
"Eh, iya. Kamu temennya Aluna ya?"
"Aku temen sebangkunya kak, Aluna kenapa gak masuk?" tanya Maya hampir tak berkedip menatap mata Nathan.
"Ah kebetulan, bisa tolongin kakak gak?"
Maya tak tahan menatap ketampanan pria di depannya, ingin sekali mencium bibir yang tengah berbicara. Pandangan penuh hasrat tak terkendali melongo memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulut Nathan.
"Em i.. iya minta apa kak?"
"Aluna sedang di rawat di rumah sakit"
"Hah..!! Kenapa dengannya kak?"
"Badannya demam tinggi, ada bekas lebam dan benjolan di wajahnya. Kira-kira Kamu tau apa yang di alaminya kemarin?"
Maya terdiam sesaat, rautnya berubah sinis setelah memikirkan sesuatu di otaknya.
"Ini pasti akibat ulah kak Bastian."
"Bastian?, Siapa dia"
"Ups" Maya keceplosan menyebutkan namanya. Padahal ia ingat betul permintaan teman sebangkunya ketika mengompres wajah pipi lebam, jangan sampai kakaknya mengetahui hal ini.
"A anu kak, kak Bastian itu senior kita."
Paras pria tinggi langsung memerah, aliran darahnya memanas. Tak sabar ia ingin memberi pelajaran pada nama yang di sebutkan teman sebangku adik perempuannya.
"Dimana dia sekarang?"
Maya menggeleng kepala, agak ragu untuk memberitahu.
"Ah, tolong bilang pada gurumu Aluna masih belum bisa masuk sekolah. Oh iya hampir lupa, orang yang kau sebut tinggal di kelas mana.?"
Maya bagaikan terhipnotis oleh tatapan Nathan yang membuatnya tak kuasa untuk berbohong, lantas ia pun angkat bicara soal kejadian kemarin yang menimpa Aluna.
Setelah mengetahui beberapa hal dari Maya mengenai Bastian, ia beranjak meninggalkan parkiran. berjalan cepat menelusuri setiap koridor sekolah mencari ruang kelas yang di tunjukkan oleh Maya.
...
Sang ibu duduk di samping Anak perempuan yang tengah tertidur lelap memegangi pergelangan hangatnya.
Aluna sudah mendapatkan perawatan medis, benjolan dan lebamnya sudah mengempis dan di tutupi kain perban. Ia hanya butuh istirahat beberapa waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya.
Dokter yang menanganinya muncul setelah membuka pintu. Dokter berparas anggun dengan kulit coklat exotic khasnya. Tatapan lembut sayu menenangkan di poros mata bening hitam kontras dengan bagian putih.
Terlihat masih terlalu muda untuk menjadi seorang dokter.
Mendekati bunda sang pasien.
"Permisi nyonya,"
"Oh iya dok, bagaimana kondisi putri saya?
"Kami sudah menangani untunglah"jagoan" anda datang tepat pada waktunya dan Kondisinya sudah mulai membaik. Besok pagi juga sudah bisa kembali ke rumah." ujarnya.
"syukur lah ,Terimakasih dok, untung anak saya cepat-cepat di tangani dokter, sekali lagi saya ucapkan terimakasih."
"Itu sudah jadi tugas kami nyonya, baiklah saya tinggal dulu ada pasien lain yang harus saya tangani." Pungkasnya melempar senyum sembari berlalu.
..
Di sebuah ruang kelas yang berisik para penghuni membicarakan berbagai macam hal.
Bastian duduk santai memanjangkan kaki di atas meja menatap langit dari jendela kelas.
Tak memperdulikan hiruk-pikuk di sekitar.
..
Brakkk
Tiba-tiba pintu terbuka kasar menabrak dinding belakang pintu.
Semuanya tercengang, nampak seorang pria memiliki paras yang hampir mirip dengan wanita yang terlibat pertengkaran di lapangan kemarin.
Berdiri di depan kelas, langsung menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju padanya.
Reno mencermati pria berjaket khas berdiri di depan, sepertinya Reno mengenal orang itu.
Tidak mungkin, matanya terbelalak. apa kah itu si Nathan ketua gangster "Shanks" yang sangat di takuti. Apa tujuan ia kesini? Gawat ini bener-bener gawat.
"Mana yang namanya Bastian!" teriak Nathan sangat lantang di muka kelas.
Bastian tertegun namanya di sebut. Beranjak dari duduk santainya berdiri tegak menyilang tangan di dada.
Menoleh ke arah pria yang barusan menyebut dirinya.
"Hey apakah kita punya masalah?"
"Oh kau rupanya, si banci pengecut yang menyakiti adikku!" ucap Nathan berapi-api.
Haa, semua tertegun mendengar hinaan sang kakak Aluna yang berani merendahkan sang penguasa di sekolah. Ini akan sangat menarik dan akan menjadi perhelatan hebat di ruang kelas.
Hinaan itu sontak menyulut api emosi sang penguasa sekolah. Sinar mata bengis saling bertatapan adu kuat.
Reno membisiki daun telinga sahabatnya,
''sebaiknya jangan, di adalah ketua dari gangster "Shanks"
"Tutup mulutmu jangan ganggu aku!"
Menoleh Reno yang sudah memperingatkan dirinya agar tak meladeni hinaan Nathan.
Mana mungkin singa yang dibangunkan dari tidurnya oleh seorang pengganggu, akan hanya diam lalu membiarkan si pengganggu begitu saja.
Keadaan semakin rumit tak terkendali, persoalan yang di awali ketidaksengajaan berubah menjadi urusan yang sangat serius, Jauh di luar dugaan.
Nathan sudah tak sabar menahan amarah yang semakin meluap semenjak tahu orang yang menyakiti adiknya kini tengah saling berhadapan.
Begitu pun Bastian, amarahnya sudah di ujung kepalan tangan kuatnya.
Sebagian murid di dalam kelas beranjak menghindari perkelahian yang akan segera tersaji ruang kelas, sebagian lainnya tetap di dalam ruang namun tak ada yang berani mencegah mereka.
Di luar Ruangan kelas tersebut sudah sesak di penuhi para siswa yang akan melihat perhelatan hebat yang akan segera tersaji langsung di depan mata.
Beberapa sudah siap dengan kamera ponselnya untuk merekam.
"Minggir-minggir aku mau lewat,
"Ehhh, apa sih sempit tau, . Eh ada apa ada apa ini ada apa " riuh gaduh para siswa yang mengintip dari jendela.
tangan Nathan sudah sangat gatal ingin segera memberi hadiah kepada orang yang bernama Bastian, lalu ia memulai dengan mengangkat sebuah kursi, kemudian kursi itu..
Brakk
