
Ringkasan
Brakkk Tiba-tiba pintu terbuka kasar menabrak dinding belakang pintu. Semuanya tercengang, seorang pria memiliki paras yang hampir mirip dengan wanita yang terlibat pertengkaran di lapangan kemarin. Berdiri di depan kelas, menjadi pusat perhatian. Semua mata tertuju padanya. Reno mencermati pria yang berdiri di depan, seperti mengenal orang itu. Tidak mungkin, matanya terbelalak. apa kah itu si Nathan ketua gangster "Shanks" yang sangat di takuti. Apa tujuan ia kesini? Gawat ini bener-bener gawat. "Mana yang namanya Bastian?" Bastian tertegun namanya di sebut. Beranjak dari duduk santainya berdiri tegak menyilang tangan di dada. Menoleh ke depan pria yang barusan menyebut dirinya. "Hey apakah kita punya masalah?"
JAKET (revisi)
"aku berangkat sendiri ya kak?"
Nathan segera mendelik tajam pada sang adik.
"Mana mungkin aku membiarkanmu pergi sendiri!" Ucap Nathan memindai penampilan Aluna dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Memerhatikan jaketnya yang kini berada di tubuh sang adik.
"lepas jaket itu! itu barang milikku.!" titah Nathan agak meninggikan nada suaranya, tak ingin barang khusus itu dipakai orang lain kecuali dirinya.
"Pinjam bentar boleh lah kak, aku kan kedinginan." pinta Aluna.
"kamu kan punya banyak cardigan, jaket yang lain juga banyak. kenapa harus pakai jaket yang itu?"
"jaket ini anget banget, dah ah perkara jaket kenapa mesti di ributin segala." gerutu si gadis berseragam SMA.
"lepas atau aku yang..eugh..!" Nathan tak tau lagi harus dengan cara apa supaya adiknya mau melepaskan jaket khusus kepunyaannya, ia terpaksa menarik ujung jaket.
"mah mah mah ! kak Nathan nih bandel. masa aku gak di bolehin pinjem jaketnya." seolah tak mau kalah Aluna mengeluarkan ulti di kala kondisi terjepit seperti sekarang, yaitu mengadu pada sang Bunda.
"kenapa sih Nathan gitu banget sama adikmu sendiri.!" bela sang ibu dari kejauhan.
bila mamahnya sudah ikut campur, Nathan tidak bisa berkutik apa-apa lagi. bahkan jika nyawanya sekalipun akan ia relakan demi sang bunda tercinta.
"dasar nenek sihir jelek ! nih terserah deh." umpatnya pada sang adik seraya memasrahkan jaket yang menjadi rebutan keduanya.
"Nah gitu dong ngalah sama adik sendiri, tukang kopi pahit. wekk!" balas Aluna mengatai sang kakak.
"berisik! dah ayo berangkat nanti kamu bisa terlambat.!" ajak sang kakak meski masih dongkol dengan kelakuan si adik, tapi tetap saja peduli kepada adik perempuan satu satunya itu
"Nanti kalau kakak mengantarku, kakak bisa telat kerjanya loh!!"
"Kau ini nenek nenek sihir, udah mulai pikun pula. ! mana ada cafe buka di pagi hari?"
"Eh, iya juga" matanya meninjau ke atas seperti linglung.
...
beberapa saat kemudian. Sampailah mereka di depan pagar sekolah, helmnya di lepas.
Luna melepaskan lilitan tangan di perut Nathan, menyisakan kehangatan di punggung bekas dada hangatnya yang sedari tadi melekat erat.
Aluna pamit mencium tangan dingin sang kakak, helm di atas kepalanya siap di masukkan kembali. Sesaat sebelum Nathan mengenakan helm, tiba-tiba
Luna menyodorkan bibir hangatnya tepat di pipi kiri Nathan, Nathan tak kaget lagi dengan ciuman itu.
"Dasar wanita genit, awas saja kalau kau mencium pipi teman lelakimu"
Umpatnya mengelus pipi bekas di cium sang adik.
Aluna cengengesan gegas berlalu meninggalkan kakak kandung nya.
kuda besi segera di gas kencang berlari menapaki jalanan kota menuju tempat ternyaman.
...
Kejadian di depan pagar itu sedikit menarik perhatian satpam penjaga sekolah dan beberapa murid lainnya.
Satpam itu menoleh ke arah Aluna yang berjalan santai melewati pintu pagar.
Di matanya terlihat sosok gadis muda sangat menawan, paras putih sedikit berbaur ping , lekuk tubuh sensual menonjolkan sosok feminimnya dengan dada yang sesak oleh seragam sekolah yang telah di sempitkan. terhalang oleh jaket kebesaran milik sang kakak
"Waw.. ada barang bagus nih.. uuuh!!"
Matanya terus melototi dada si perempuan muda yang berangsur-angsur menghilang dari pandangannya.
Sama halnya, beberapa murid lelaki yang beruntung ada di sekitarnya bisa menatap menikmati keindahan pada diri seorang perempuan yang berjalan menuju kelasnya , mereka larut dalam otak pemikiran kotor jauh menerawang kemana-mana.
Namun yang lebih mencolok dari penampilan gadis itu, bukanlah segala keindahan yang berada di dirinya melainkan jaket yang melekat di tubuh.
Seketika itu Aluna menjadi buah bibir di sekolah.
...
Ketika ia menginjakkan kaki di ruang kelas. suasana yang tadinya ramai oleh obrolan-obrolan para murid, seketika itu suasana menjadi hening. mereka memperhatikan Aluna yang kebingungan mencari tempat duduk ,tengok kiri dan kanan mencari bangku yang kosong.
"SHANKS ada anak SHANKS..!" ucap salah satu murid, badannya gemetar menutup mulut satu tangannya lagi menunjuk Aluna.
Para murid yang mengetahui kisah di balik jaket yang di kenakan Aluna memilih diam seribu bahasa, tidak sanggup lagi untuk berlama-lama menatap paras cantik itu lagi.
Untungnya ada seorang siswi duduk di baris ketiga dekat jendela kelas, melambaikan tangan padanya.
"Heii.. heii . Sini cantik..!"
Aluna menolehnya lalu segera berjalan menuju si siswi gendut yang memanggilnya.
duduk di samping dekat jendela.
..
"Kenalin aku maya" menyodorkan tangannya.
"Aku Aluna"membalas jabat tangannya.
"Kamu cantik sekali, kita berteman ya"
puji Maya kagum dengan keindahan paras teman sebangkunya.
Aluna menyeringai memperlihatkan senyum dengan gigi kelincinya.
"Hhmm, tentu. mulai sekarang kita adalah teman."
Maya melirik-lirik pakaian dan barang yang di bawa teman sebangkunya.
"Kok kamu udah pakai seragam aja?, mana topi kamu?"
"Emangnya kenapa dengan seragam aku?"
Ya tuhan nih anak cakep tapi bodoh juga, ucap Maya dalam benaknya.
"Kamu emang ga tau ya, kita ini mau pengenalan sekolah dulu, enggak langsung belajar sayang"
"Ha . Aku pikir langsung belajar "
Maya menepuk jidatnya sendiri
bener-bener ciptaan tuhan itu tidak ada yang sempurna.
"Enggaklah kita pengenalan dulu, nanti kamu bisa di hukum loh sama kakak kelas"
"Ahh ga ada yang ngasih tau aku soal itu semua" ucap Aluna begitu entengnya.
...
Pintu kelas di buka oleh seorang wanita berseragam sekolah, di bahunya memakai semacam pangkat berwarna hijau menandakan dia adalah senior di sekolah ini.
"Brakk"
"Ayo semua pergi ke lapangan!!!" Membentak para siswa, sembari memukul meja guru.
Para murid segera mengikuti perintahnya, berhamburan dari kelas berbaris rapi di tengah lapangan sekolah.
Sebagian para senior turun kelapangan sebagian lainnya memantau dari pinggir lapangan yang teduh.
Di tengah matahari yang mulai terik, mereka berdiri mendengarkan senior yang lantang berbicara di depan.
"Kalian sudah kami ingatkan, bawa perlengkapan yang sudah kami tuliskan kemarin, tapi masih ada yang seenaknya tak menggubris omongan kami, coba tolong cek kelengkapan semuanya!"
Beberapa senior masuk ke tengah barisan para murid, memeriksa isi tas yang di bawanya.
Wanita tadi yang menggebrak meja ikut pula memeriksa.
Beberapa murid yang tidak membawa kelengkapan tengah di seret ke depan lapangan.
Tibalah Aluna yang mendapat giliran untuk di periksa.
"Hey , kamu gak salah pakai seragam itu? Kau pikir kau telah diterima di sini?" Bentaknya.
"Maaf kak aku gak tau"
"Mana tasmu? Coba buka"
Kali ini ia tak mau menggubris omongan senior wanitanya.
Ia merengut ketakutan.
"Sini buka..!!!" Mulai memaksa.
"A ..Aku gak bawa perlengkapannya kak, maaf sekali lagi."
"Maaf maaf, iya sini aku mau lihat!!"
Aluna bersikeras tak ingin menunjukkan isi tas yang tengah ia pertahankan dalam pelukannya.
Tapi ia terus di paksa, wanita itu menarik-narik tas di pangkuannya.
Mereka saling tarik-menarik tas itu.
Hingga tak sengaja Aluna menarik tas nya kuat-kuat, tarikan tangan lainnya terlepas. Wanita itu pun tersungkur, dan bangkit lagi menyingsingkan lengan bajunya.
"Berani ya, awas kau!!"
Tangan terangkat ke atas siap menampar pipi Aluna,
Sejurus kemudian ada tangan laki-laki yang menahan tangan si perempuan yang hendak menampar Aluna.
Di liriknya kebelakang, ternyata itu adalah salah satu teman sekelas Aluna yang mengetahui rahasia jaket yang di kenakan Aluna.
"Oh bagus sekali, kau sudah punya pacar rupanya!!"
"Tolong hukum aku saja kak Manda ..!!"
"Lepaskan tanganmu" tatap sinis nya.
Manda menarik kasar tangan yang di tahan oleh siswa itu.
Andi adalah orang yang sedikit tahu dunia gangster. Sebenarnya ia ingin menyelamatkan sekolah ini, karena jika mereka menyakiti Aluna sama saja mengundang perang kepada SHANKS.
hanya orang yang tidak mengerti apa-apa yang merasa perbuatan Andi sebagai sok pahlawan semata.
Kejadian ini sangat menarik perhatian para senior yang ada di pinggir lapangan.
Seorang senior laki-laki berbadan tegap, hidung mancung berjalan dari pinggir lapangan.
Semua terdiam hanya langkah sepatunya yang terdengar.
"Tuk tuk tuk"
"Ada apa ini?, Manda menyingkir lah"
Tidak!! sesuatu yang buruk akan terjadi hari ini bila orang itu telah turun tangan, senior yang sangat di hormati dan di segani oleh seluruh murid bahkan gurunya pula.
"Bastian, kenapa kau repot-repot turun tangan" tanya kak Reno senior lainnya yang membuntuti Bastian dari belakang.
