Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Aku dan Hujan, 7

Caraku menyenangkan diri itu sangatlah mudah. Bergabung dengan mereka dan tertawa bersama seperti tidak ada masalah

~Ega

Hachi

Hachi

Hachi

Sudah kesekian kali Ega bersin, tubuhnya terasa hangat saat sang nenek memegang keningnya. Jok yang tadinya kering berubah basah ketika Ega mendudukinya, beberapa air pun merembes ke bawah.

"Ne,,, nenek gak marah kan, Hachi, " Ega menggosok hidung yang terasa gatal sambil menutup mulut akibat bersin tersebut.

Tira menjewer kuping Ega pelan, "Nenek marah, jelas nenek marah sama Geo. Geo sudah gedhe bukan anak kecil lagi kenapa hujan-hujanan. Kalo tadi nenek gak lewat jalan situ apa yang bakal terjadi sama Geo. Gak kasihan sama diri Geo sendiri. Nenek cemas Geo, "

"Maaf nek, Geo gak tahu kenapa bisa hujan-hujanan, awww, " Ega mengadu ketika Tira semakin mengeratkan jewerannya.

Sazkia Tirana Yunitarama, ibunda Yohana Vugeoma yang telah kembali dari Kalimantan setelah menyelesaikan pekerjaannya. Hari ini beliau baru pulang dari bandara, mengingat sudah 1 tahun tak pulang Tira menyempatkan waktu untuk menjenguk keluarganya di saat bisnisnya sedang sibuk.

"Nanti pulang Geo mandi habis itu makan bersama!" perintah Tira kepada sang cucu.

"Makan? Makan siang bersama siapa nek?"

"Geo, air hujan ternyata membuat otak manusia melemah ya, " ucap Tira, "Nenek bakal ke rumah kamu nanti kita makan siang bersama ya, " lanjut Tira.

Ega tersenyum kecil lalu mengangguk menyetujui perkataan neneknya, "Nenek nginep lama kan?"

"Nanti malam harus kembali lagi ke Kalimantan sayang karena sudah ada kerjaan yang menunggu di kantor, " Tira melihat wajah kekecewaan dari cucunya saat ini. Tira tahu apa penyebabnya tapi semua terpaksa di jalani untuk kemajuan hidup keluarganya di masa depan.

"Geo ikut ya nek. Geo gak mau ditinggal nenek pergi, Geo lemah tanpa nenek, "

"Geo sayang, mereka keluarga Geo. Tempat Geo tinggal dan berbagi cerita. Sekarang memang mereka belum menerima kehadiran Geo tapi jika Geo ikut nenek Geo akan semakin jauh dari mereka. Kesempatan Geo untuk mengambil hati mereka akan gagal kan. Geo tahu nenek bangga sama Geo, selagi mereka tidak melakukan kekerasan Geo tahan ya, suatu saat akan berbuah manis,, " Tira membenarkan letak handuk yang turun dari pundak Ega.

"Kemarin ayah nampar Geo nek, Geo masih tahan tapi perkataan mereka sangat menyakitkan!" memori perkataan kasar dari keluarganya kembali terngiang-ngiang di kepala. Rasanya seperti ada sesuatu benda berat yang sudah menimpanya.

Seulas tangan menyentuh dagu lalu mengangkatnya pelan sejajar dengan wajah Tira. Ega terkesiap ketika mendapat kecupan tulus dari neneknya. Tira tersenyum manis memandang Ega yang menatapnya penuh harap.

"Makasih nek, Geo sayang nenek!" Ega langsung mendaratkan pelukan ke dalam tubuh Tira. Tanpa perintah satu tetesan air mata turun membasahi pipinya.

÷÷÷

Hari ini jam pelajaran pertama adalah olahraga. Semua kelas akan mengadakan senam pagi di hari senin dan Jum'at. Fani yang sedang mencoba berganti pakaian di kolong meja pun terkejut ketika Iva dan Evi mengerjainya.

Takut auranya terumbar Fani segera menyelesaikan aktivitasnya walaupun terbentur meja akibat ulah mereka berdua. Rasa nyut-nyutan membuat Fani kliyengan saat berdiri.

"Aelah Fan, ada kamar mandi lho. Ihh dasar gak punya malu ada para cowok tuhh. Punya temen gini amat dahh, " Evi yang belum berganti pakaian mulai mengajak siswi lain untuk menemaninya.

"Idihhh, kalo pun para cowok ngintipin gw sleding masa depannya nanti!" ucap Fani melipat seragam lalu menaruhnya ke laci.

Iva yang sudah keluar lebih dulu tanpa kedua temannya berjalan santai ke koridor menuju kelas Ega. Niatnya untuk membalas dendam masih membara di dalam tubuhnya.

Hari ini Iva pastikan untuk membakar buku cowok tersebut apapun yang terjadi, "Mau nanti dia ngamok kek, bodoamat yang jelas bukunya harus gw lenyapin!" omel Iva menjadi-jadi di sepanjang koridor.

Terdengar suara ribut dari dalam ruang kelas ketika Iva sudah berdiri di depan pintu. Feelingnya mengatakan jika tidak ada guru yang mengajar dari suara brisik tersebut. Tanpa ragu Iva langsung membuka pintu dengan lebar dan melangkah masuk, tapii

"Aaahhh,, " jerit Iva menutup wajah dengan telapak tangan tanpa berbalik badan ketika melihat sekumpulan cowok yang sedang berganti baju di kelas.

"Woww, " Reno geleng-geleng kepala memegang celana olahraga di tangan kirinya. Masih terkejut dengan kedatangan Iva yang tiba-tiba nongol di depan pintu.

"Woi pintar tutup kali pintunya, kita mau ganti baju nihhh, ada yang lihat kan berabe, " Leon yang mengenakan T-sirt hitam masih terlihat kalem.

"Tutup sendiri lah, udah sana pergi. Ihhhh mata gw ternodai!" ucap Iva menggerakkan kaki asal entah ke arah mana.

Ega yang terbangun dari tidurnya langsung keluar dari kolong meja. Suara teriakan Iva berhasil masuk ke dalam gendang telinganya dan membangunnya.

"Siapa yang udah ngerecokin gw tidur, " belum sepenuhnya tersadar Ega duduk bersila di bawah lantai dengan mata sipit. Tenaganya terkulai habis yang padahal belum melakukan aktivitas apapun.

"Ganti baju sono Ga, kita sudah hampir siap nihhh!" suruh Remi yang melihat seragam abu-abu milik Ega.

Ega mengulurkan tangan, ingin berdiri dengan bantuan orang lain. Lalu menggelengkan kepala pelan agar rasa kantuknya sedikit hilang.

"Udah belom? Pamali tahu ganti baju di dalam, di kamar mandi noh. Sekolah kita ada kamar mandinya untuk di gunain bukan di anggurin, dasar gilak, " ucap Iva kesal.

Ega yang mendengar itu langsung hafal dengan suaranya, suara yang sudah menjewer telinganya dan merusak mata indahnya.

Tanpa ingin mengatakan sepatah katapun Ega menyuruh semua temannya untuk meninggalkan kelas kecuali dirinya.

"Maju dikit cantik!" dengan kesempatan Reno memegang pundak Iva membawanya maju karena menghalangi pintu.

"Gak usah pegang-pegang, najis!" jawab Iva menyentak pundaknya dari genggaman Reno.

"Sok cantik lo, muka juga gak seberapa!" Reno kesal dengan balasan sikap Iva dan langsung meluapkan kekesalannya.

Tanpa Iva tahu pintu kelas itu tertutup rapat dan hanya menyisakan dirinya dan Ega saja. Dengan senyuman jahil Ega ingin mengembalikan mood paginya yang sudah hilang dari subuh.

"Udah pada pergi lo boleh bukak mata lo!" ucap Ega bersembunyi di belakang tubuh Iva.

Percaya akan perkataan Ega, Iva menurunkan tangan dari wajah. Dan benar saja setelah di buka perlahan-lahan kelas itu kosong, hanya ada dirinya saja.

Tapi suasananya mendadak seram ketika angin menerpa kulit lehernya. Ega meniupnya pelan dan ingin rasanya mencekik cewek itu sekarang juga.

"Dasar setan!" ucap Iva kaget melihat Ega berdiri di belakang tubuh, reflek Iva pun menampar wajahnya.

Iva mundur setelah pelototan tajam mengarah kepadanya. Cewek itu menyadari perbuatannya yang sudah menampar Ega. Walaupun pelan tapi Ega tidak suka perlakukan Iva yang seenak jidat memukulnya.

"Gw gak sengaja, lagian salah lo sendiri bukan salah gw juga kali!" ucap Iva membela diri.

Ega terus berjalan maju ketika Iva bergerak mundur. Mendadak nyali Iva menciut saat ia tidak bisa bergerak mundur ataupun maju. Sekelilingnya telah di keliling kursi dan tembok.

Senyum smirk pun terlihat dan langsung menghimpit tubuh Iva dari segala sisi. Cewek itu menelan salivanya dengan susah payah.

"Apa lo kedip-kedip kayak gitu, sok keren!" ucap Iva melihat Ega yang mengedipkan sebelah matanya.

Ega memutar mata malas, "Lo cewek ya, kalo cowok udah gw geprek. Lo tahu hari ini gw lagi badmood jadi gw boleh kan ngelampiasin ke lo!" Ega meminta ijin untuk membuat Iva marah.

"Maksud lo?"

"Gw butuh bahan pelampiasan cuma ada lo di sini, boleh kan!" Ega mendekatkan wajahnya ke Iva, cewek itu langsung mendorong wajah Ega ke belakang dengan satu jari telunjuknya.

"Muka lo gak ganteng-ganteng amat jadi mundur!" ucap Iva. Ega mulai kesel.

"Ivol gw ingin nendang lo, aduhh, " Ega mengadu saat Iva memukul lengannya.

"Iva, Iva itu nama gw!"

"Sejak kapan nama lo Iva?"

"Emmm, " Iva diam menatap wajah Ega.

Melihat Iva diam membuat Ega bingung, "Eoi, lo napa diem!"

"Hah apa? Lo bilang apa tadi?" ucap Iva bertemu dengan mata Ega. Sejenak mereka saling tatap satu sama lain.

"Bodolah!" Ega memegang celana untuk berganti pakaian olahraga.

Sekali lagi, Iva langsung memukul pundak Ega setelah melihatnya akan telanjang.

"Apa sih lo?" bentak Ega kesal.

"Lo mau ngapain?"

"Berenang!" ucap Ega asal langsung melepas celana OSIS dan juga seragamnya.

Iva kembali menutup wajah, tidak ingin ternodai untuk kedua kalinya. Ega tidak seburuk itu jika harus telanjang dada di depan perempuan. Dari rumah cowok itu sudah memakai kaos olahraga yang di lapisi seragam OSIS. Dan itu tanpa sepengetahuan Iva.

Selesai dengan acara berganti baju, Ega menepuk punggung Iva untuk segera membuka mata. "Lo mau di sini kalo gw sih ke lapangan!" ucap Ega berjalan keluar kelas.

Perjalanan ke koridor Iva ingin menyamai langkah Ega yang sudah terlalu jauh. Tanpa tahu jika setiap langkah kakinya telah membawa Iva dalam bahan tawaan seluruh siswa-siswi.

Sedangkan sang pelaku sedang melambaikan tangan ketika Remi memanggilnya. "Kasih ke gw, ayokkkk, " Ega berhasil melambungkan bola voli dari tangan Reno.

Sebagai pemanasan, Ega dan teman-temannya melakukan voli dengan candaan.

Sazkia Tirana Yunitarama

Menyayangi Ega walaupun apa sudah terjadi di masa lalu. Sosok nenek yang penyayang dan tidak pilih kasih. Lemah lembut. Tapi terlalu sibuk membangun mimpi keluarga di masa depan kelak

See you

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel