Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Sejak percakapan dirinya dengan Dera barusan membuat Yola sedikit berfikir sebenarnya.

Memang, semuanya yang di ucapkan gadis tersebut sekilas benar seratus persen. Bukan seratus persen lagi tapi emang bener-bener seribu persen banget benarnya.

Dan itu semakin membuat Yola merasa ragu untuk terus melanjutkan hubungan yang penuh dengan ketidakjelasn bersama dengan Arnesh.

Tetapi ayolah! Rasa yang ia miliki sekarang sangat amat besar sampai-sampai Yola saja untuk melepaskan laki-laki itu masih saja tidak mampu bahkan tidak bisa karena dirinya benar-benar sangat mencintai Arnesh dengan perasaan hati yang jauh lebih tulus dari mantan-mantannya sebelumnya.

Tetapi kenapa? Kenapa Arnesh selalu tidak pernah menyadari perasaannya atau bahkan menghargai perasaannya sedikit saja?

Maksud Yola begini, dengan semua apa yang sudah terjadi tiga tahun ini di mana ia berhubungan tanpa status dengan Arnesh apa tidak membut kedua mata laki-laki itu terbuka lebar? Jangankan kedua matanya agar sadar, perasaannya sendiri apa memang tidak sadar juga?

Karena apa ya? Tiga tahun itu bukan waktu yang sangat singkat bahkan sebentar loh, itu waktu yang lumayan lama juga dan diri Yola pribadi saja sudah sangat jauh jatuh ke dalam pesona laki-laki itu.

Bukan karena alasan terbesarnya mahkota Yola di ambil oleh Arnesh ya, bukan. Bukan itu masalahnya, semua terkendali secara murni dan rapih karena perasaannya yang benar-benar tidak bisa di pungkiri bahwa gadis tersebut sangat amat mencintai Arnesh.

Definisi budak cinta gak sih? Sebenarnya yap! Memang. Yola memang sudah menjadi budak cinta Arnesh sekaligus bodoh dan gila hanya karena cinta Arnesh yang tidak jelas itu.

Sedikit memuakkan bagi para pembaca, tetapi bagi Yola itu hal yang wajar.

Argh! Rasanya memang harus mengisi penuh rasa stock sabar di diri kita untuk menghadapi Yola sepertinya.

Dan sekarang, sepertinya kalian paham dengan Dera bukan? Kenapa gadis tersebut selalu marah-marah kepada Yola yang super duper bego kalau masalah Arnesh.

Dengan berjalan guntai di koridor kampus menuju keluar dari sana karena jam kelasnya sudah selesai semua, mengharuskan Yola berjalan seorang diri dengan pasangan mata yang tiada henti-hentinya menatap ke arahnya.

Belum lagi pembicaraan yang hampir di dengar oleh telingannya walaupun itu hanya sekilas saja, tetap saja itu memalukan. Duh! Kenapa dirinya baru sadar akan hal itu sih?

Sekilas, Yola benar-benar menyesali perbuatannya tadi di mana membalas apa yang Rena perbuat kepadanya. Tetapi kalau diam saja juga harga diri dia mau di taruh di mana?

Masa iya harus jadi gadis modal menye-menye terus nangis begitu?

Oh my god! Itu bukan tipikal Yola banget. Please! Yola bukan orang yang bakal diem aja kalau fisik udah di sentuh sama lawan.

Baiklah, sebaiknya mending ia harus menarik nafas panjang lalu membuangnya pelan agar merasa tenang bukan? Dimana gempuran gosip tidak karuan sudah menyebar padahal jelas di baru saja masuk di universitas ini sekitar seminggu lebih, sial!

Padahal niatnya masuk kuliah memang tidak ingin menjadi mahasiswi yang mencolok bahkan di kenal banyak orang. Namun takdir berkata lain, bahkan tuhan pun tidak mengizinkan hal tersebut karena permasalahan masa lalu yang mencuat ke daratan tanpa dia duga sama sekali.

Sepertinya memang Yola harus menghadapi hal ini mau tidak mau bukan?

Bahkan sebagaimana mungkin akan banyak orang yang menganggapnya menjadi gadis yang tidak-tidak akibat rumor atau gosip yang banyak di lebih-lebihkan oleh banyak orang.

“Nunggu ojek online kan La?” Celetuk laki-laki yang sedang ia pikirkan sejak tadi di otaknya. Iya, itu Arnesh. Dirinya saat ini sudah berada di hadapan gadis itu dengan motor vespa berwarna hitam miliknya.

“Pulang sama aku ya? Ada yang perlu kita berdua omongin kan?” Ucapnya lagi seperti halnya tahu dengan apa yang Yola pikirka sejak tadi.

Ya Tuhan! Di sini kalian sudah paham bukan? Kenapa Yola masih bertahan di tengah-tengah gempuran sikap brengseknya Arnesh? Ya ini! Ini mih sikap manisnya yang selalu bisa membuat Yola meleleh sekaligus mleyot.

Yola masih belum menjawab, gadis tersebut menjaga sikapnya sebari menatap laki-laki itu datar dengan kedua bola matanya.

Rambut yang Yola sengaja di cepol itu sudah terlihat tidak karuan karena memang ia sedikit malas untuk membenarkannya, tetapi di mata Arnesh gadis itu terlihat cantik dengan ikatan yang sedikit acak-acakan tampilannya.

“Aku ada urusan,” Jawabnya bohong. Halah! Berusaha jual mahal pun kayanya beberapa detik ke depan Yola bakal nerima ajakan Arnesh kok, karena dirinya pun menyadari bahwa selalu tidak bisa menolak Rnesh apapun itu ajakannya.

Bisa gak sih Yola ini sekali-sekali di tampar agar sadar dengan keadaan yang ada?

“Urusan apa? Aku temenin deh ya sampai urusan kamu selesai. Gimana?” Mohon Arnesh lagi.

Oh jangan sampai lupa juga bahwa sekarang ini mereka sudah menjadi bahan tontonan mahasiswa sekaligus mahasiswi lain yang sedang berlalu lalang di depan kampus. Membuat gosip yang mulai menyebar rasanya semakin menjadi-jadi.

“Gak perlu di temenin,” Jawab Yola singkat, sebagaimana hatinya sekarang ini sudah berdegup dua kali lebih kencang karena rasa salah tingkahnya yang ia tahan sejak tadi. Astaga! Yola.

“Tumben banget? Biasanya kalau ada apa-apa selalu minta temenin aku bukan?”

Yola memutar bola matanya jengah, “Nesh, udah ya? Apa gak capek hobinya acting mulu di depan aku?” Celetuk Yola dengan rasa kesal lalu langkahnya pergi meninggalkan Arnesh yang masih duduk di atas motor vespannya.

Melihat Yola menjauh seperti ktu membuat Arnesh mengembungkan pipinya seperkian detik lalu menghembuskan nafasnya pelan.

“La, tunggu dulu,” Kata Arnesh sebari berusaha mengikuti Yola yang masih terus berjalan lurus di trotoar dan sedangkan Arnesh melajukan motornya pelan telat di sebelah gadis itu.

Terlihat seperti orang beriringan bukan?

“La?”

Tidak ada jawaban sama sekali, bahkan Yola masih bersih kukuh jalan sebari mengacuhkan laki-laki tersebut.

“Yola, tunggu dulu honey,” Ucap Arnesh dengan nada lembut dan berusaha sabar karena bagaimana pun menghadapi gadis modelan seperti Yola ini emang harus butuh effort yang sangat tinggi.

“Yola,”

Masih belum ada jawaban, dan itu membuat Arnesh kembali menghembuskan napasnya pelan.

“Yola Maharani,”

Tidak ada jawaban lagi, bahkan Yola tidak menoleh ke arah Arnesh sedikit pun malahan semakin melakukan langkahnya dengan cepat.

Lantas, tanpa pikir panjang melihat Yola yang masuh bersih kumuh seperti itu membuat Arnesh memberhentikan motornya kemudian memakirkan asal di pinggir jalan, kemudian melebarkan langkahnya untuk mengejar dan mensejajarkan dirinya dengan Yola.

“Yola! Bisa denger aku gak sih?” Kata Arnesh sebari memegang lengan gadis itu kencanga.

Dan detik itu juga Yola terkesiap akubat tindakan Arnesh yang mampu membuatnya terkejut

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel