Bab 12
Disisi lain setelah sambungan teleponnya terputus James masih merenung, merasakan jarak yang dibuat oleh Aleyshia, pasalnya Aleyshia sangat jarang menyebut namanya langsung. Ia berpikir mungkinkah Aleyshia sudah memiliki pria lain, tapi pikirannya buru-buru dia hilangkan karena setahu James, Aleyshia sangan mencintainya jadi tidak mungkin berkhianat.
Namun dia tetap harus mencari tahu dimana Aleyshia tinggal saat di Jepang, kemudian dia langsung menelpon asisten pribadinya untuk mencari tahu dimana Aleyshia tinggal dan bersama siapa saat di Jepang.
Saat telepon sudah tersambung, James langsung berkata, "Cari tahu keberadaan Aleyshia dengan siapa dan dimana dia tinggal!!"
"Baik, tuan. Anda tunggu sebentar saya akan mencari informasi nona Aleyshia secepatnya" Ujar Marco.
"Kau tunggu di ruangan ku, tiga puluh menit lagi aku sampai di kantor."
Tidak menunggu jawaban dari Marco, James langsung memutuskan sambungan teleponnya. Kemudian dia melajukan mobilnya menuju Moore Group.
Dia sebenarnya malas untuk datang ke perusahaan, pasalnya semenjak terjadi krisis di Moore Group ayahnya selalu datang ke perusahaan membuatnya semakin tertekan.
Setelah sampai di Moore Group James langsung menuju ruangannya, Marco yang sudah sedari tadi menunggu James saat mendengar pintu ruangan dibuka dia langsung beranjak dari tempat duduk untuk menyambut James.
"Tuan.." Ujar Marco sambil sedikit membungkukkan badannya.
"Hmmm, apa kau sudah mendapatkan informasinya?"
"Sudah tuan, nona Aleyshia pergi sendiri ke Jepang dia tinggal bersama nona Kimora sahabatnya saat berkuliah."
"Baiklah, oh ya apakah Presdir datang?"
"Tidak tuan, beliau sedang menemui sahabatnya agar sahabatnya mau menaruh sedikit saham di Moore Group."
"Kau panggilkan Daiva agar ke ruangan ku, kau boleh keluar marc lanjutkan pekerjaan mu."
"Baik tuan, saya permisi."
Kemudian Marco keluar dari ruangan James, setelah itu dia menuju ruangan Daiva menyampaikan pesan dari James.
*tok*
*tok*
*tok*
"Masuk." Ujar James yang sudah duduk di kursinya, dia menjawab tanpa membuka mata.
"Tuan, Anda mencari saya?" Ujar Daiva dengan suara menggodanya.
"Kemarilah." James melambaikan tangan agar Daiva mendekat ke mejanya.
"Baik." Ujar Daiva kemudian dia melangkah mendekati meja James.
"Berjongkoklah." Ujar James, lalu menggeserkan sedikit kursinya agar berjarak dari meja.
Tanpa berpikir panjang Daiva langsung menuruti kemauan James, dia tahu maksud James dan sama-sama menginginkan hal itu, karena sudah lama mereka tidak melakukannya sejak terjadi krisis di perusahaan James.
Setelah Daiva berjongkok di hadapannya, James membuka kancing dan resleting celananya memberi kode agar Daiva melanjutkannya.
Lalu Daiva mulai meraba junior James, menjilati dan menghisap serta memijit secara perlahan. James menikmati setiap permainan mulut nakal Daiva.
Kemudian James menarik tubuh Daiva agar duduk dipangkuannya, lalu meremas serta menghisap kedua gundukkan milik Daiva secara bergantian, tangan satunya sibuk meraba bagian sensitif Daiva.
"Aahh.... ahhhh sayanggg...hhhhh." Daiva melenguh nikmat, menikmati sentuhan James, napasnya sudah semakin berat karena kabut gairah yang terpancing.
"Aku menginginkanmu Jameshhhhh....." Ujar Daiva yang sudah tidak bisa menahannya lagi.
Kemudian James melepaskan celana dalam seksi milik Daiva yang sudah mulai basah, Daiva langsung mengarahkan junior James ke miliknya, dia langsung menggerak-gerakkan pinggulnya dipangkuan James.
Setelah setengah jam permainan panas mereka berdua di ruangan James, Daiva beranjak dari pangkuan James untuk merapikan pakaiannya, setelah merapikan pakaiannya Daiva tidak langsung keluar dia masih bergelayut manja memeluk tubuh James menciumi bibirnya secara bergairah.
"Aku masih merindukan mu, sayanggg," Ujar Daiva di sela-sela ciumannya.
"Ini di kantor, akan sangat mencurigakan jika kau lama-lama di ruangan ku."
"Baiklah." Ujar Daiva sambil mengerutkan sedikit bibirnya.
Kemudian melepaskan ciumannya, sebelum pergi dia tidak lupa menggoda James lagi dengan meremas junior James.
"Kau jalang, Daiva!" Ujar James, yang dijawab dengan kekehan Daiva.
**
Berbeda dengan Aleyshia yang sedang menikmati waktu liburannya, benar-benar untuk bersenang-senang dengan Kimora. Hari ini Kimora mengajak Aleyshia mengunjungi ladang bunga yang berada di Hokkaido.
Tidak memakan banyak waktu untuk ke ladang bunga dari villa milik Kimora. Di kedua sisi mereka berdua dimanjakan dengan hamparan bunga yang begitu luas, Aleyshia langsung mengeluarkan kameranya untuk membidik pemandangan yang sangat-sangat indah, lalu dia berseru pada Kimora, "Wooow! Sangat-sangat indah Kim!"
"Tentu saja, apa kau ingin kesana juga?" Tanya Kimora sambil menunjuk pada orang-orang yang sedang berkeliling di landang bunga.
"Tentu, Kim. Kim apakah boleh aku membuka atap mobilmu? Aku ingin berdiri sebentar." Tanya Aleyshia sambil terkekeh.
"Kau tidak perlu sungkan padaku Aleyshia, lakukan saja apapun yang ingin kau lakukan."
"Terimakasih, Kim." Ujar Aleyshia sambil mengecup pipi Kimora.
"Kau menggelikan, Aleyshia!!!" Seru Kimora kesal.
Aleyshia yang mendengar teriakan sahabatnya tertawa terbahak-bahak.
Kemudian Aleyshia membuka atap mobil Kimora, lalu dia berdiri menikmati udara segar dan pemandangan yang begitu indah, sesekali dia juga berteriak untuk menghilangkan stress.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa............" Teriak Aleyshia dengan melebarkan kedua tangannya untuk menikmati udara yang menerpa tubuhnya.
Setelah Aleyshia puas berdiri menikmati pemandangan, dia kembali duduk disamping Kimora, kemudian Kimora mengarahkan mobilnya menuju tempat parkir terdekat.
Mereka berdua sampai diparkiran lalu turun dari mobil, berjalan beriringan menikmati ladang bunga.
"Andai bisa memiliki tempat tinggal disini, akan sangat bagus Kim. Sangat-sangat indah disini, aku sangat menyukainya." Ujar Aleyshia dengan senyum mengembangnya sambil berputar-putar seperti anak kecil.
Kimora yang melihat tingkah laku sahabatnya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh kecil.
"Kau bisa meminta daddy mu agar membelikan villa disini, Aleyshia."
"Dad mungkin bisa tapi tidak dengan mom, Kim. Kau tau mommy ku kan?"
"Tentu saja aku paham dengan bibi Angelica, yang tidak bisa jauh-jauh dari nona Aleyshia." Goda Kimora.
"Kau mengejek ku, Kim!" Seru Aleyshia, lalu dia mendekat Kimora dan menggelitik perut sahabatnya.
"Ti-ti-tidak tidak, Aleyshia. Lepaskan aku...." Ujar Kimora yang sudah tidak tahan dengan gelitikan Aleyshia membuat wajahnya merah, Aleyshia yang melihat wajah Kimora berubah merah karena digelitiknya pun tertawa terbahak-bahak.
Tidak jauh dari Aleyshia dan Kimora sedang bercanda, ada sepasang mata elang milik Alaric yang sedang menatap mereka berdua.
Aleyshia yang merasakan ada yang menatapnya, dia langsung memutarkan sedikit badannya. Dan pandangan mata mereka bertemu untuk beberapa saat.
Aleyshia sedikit terkejut, pasalnya ini di Hokkaido, dan masih bisa bertemu dengan Alaric. Aleyshia berjalan mendekat ke arah Alaric lalu sedikit menggangguk dan menyapa Alaric.
"Tuan Alaric, kau juga disini?" Tanya Aleyshia dengan senyumannya.
"Ya, nona Aleyshia. Ada pekerjaan disini."
"Oh baiklah saya permisi, Tuan." Ujar Aleyshia mengangguk.
Sebelum Aleyshia melangkah meninggalkan Alaric dari belakang dia mendengar Alaric berkata, "Kau disini juga untuk mengurus pekerjaan mu, Nona?"
Kemudian Aleyshia berbalik menghadap Alaric kembali dan berkata, "Tidak, tuan. Saya sedang berlibur . Sahabat saya sudah menunggu, sampai jumpa." Ujar Aleyshia sambil melambaikan tangannya pada Alaric.
Setelah meninggalkan Alaric, Aleyshia kembali mendekat ke arah Kimora. Dimana Kimora saat ini masih menatap lekat tubuh Alaric dengan mulut yang sedikit menganga, Kimora sungguh sangat terpesona pada Alaric.
"Hei!! Apa yang kau lihat Kim?" Tanya Aleyshia sambil menepuk-nepuk pipi Kimora.
Kimora sungguh terkejut, pasalnya wajah Aleyshia sekarang tepat berada dihadapannya dan hanya berjarak lima centimeter membuatnya kembali pada kesadarannya.
"Hei! Kau sangat mengejutkan ku Aleyshia!" Gerutu Kimora sambil menepuk-nepuk dadanya.
"Aleyshia, kau mengenal pria tampan yang seperti dewa itu?" Lanjut Kimora.
"Ya, dia rekan bisnis ku." Ujar Aleyshia singkat.
"Apa kau tidak terpesona? Dia begitu tampan dan postur tubuhnya wow sangat-sangat atletis, Aleyshia!" Ujar Kimora yang hampir meneteskan air liurnya menatap Alaric dari kejauhan.
"Tidak, Kim. Pria yang seperti gunung es bukan tipe ku, walaupun dia pernah menolongku."
"Jadi, seperti apa tipe mu? Apakah seperti James?" Sindir Kimora.
"Sudahlah Kim, ayo kita lanjutkan jalan-jalannya." Ujar Aleyshia mengalihkan pembicaraan, dia malas membahas tentang James.
Kemudian Aleyshia menarik tangan Kimora untuk berjalan-jalan lagi menikmati pemandangan di ladang bunga.
