Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

cahpter 6

Saat yang lain mulai sadar, Rangga sudah lebih dulu menjarah isi toko.

Orang-orang yang sempat ketakutan akhirnya memberanikan diri masuk dan ikut mengambil perbekalan.

Mengenai mayat pria yang mati, tidak ada yang peduli dengannya.

Sekelompok orang ini bertemu satu sama lain karena ingin mengambil perbekalan dan bahkan tak mengenal satu sama lain.

Dari kejadian itu, mereka sadar Rangga bukan orang biasa. Ia bisa mengendalikan rumput dan membunuh mutant kucing hitam dengan mudah.

Dalam hati, mereka lega tak sempat mencoba mengusirnya.

Meski begitu, mereka tetap berhati-hati.

Mereka hanya mengambil barang-barang di sekitar Rangga, seolah mendekat untuk berlindung, tapi tak cukup berani untuk benar-benar bersandar.

Orang-orang ini seharusnya merasa dengan Rangga di dekatnya keamanan akan terjamin.

Dan Rangga setelah mengambil cukup banyak juga langsung pergi tanpa menghiraukan kelompok orang ini.

Ia sudah cukup baik untuk menyelamatkan orang-orang dari kucing mutant.

Ia tak mempunyai waktu untuk menjadi pengawal mereka.

Sekelompok orang yang tadinya sempat mengira Rangga bisa menjadi pelindung mereka kini saling berpandangan.

Dengan rasa cemas dan ragu, mereka mulai membuka mulut, bermaksud untuk meminta Rangga tetap bersama mereka, menjaga keselamatan mereka.

Namun, saat mereka melihat wajah acuh tak acuh Rangga, tanpa menoleh sedikit pun, niat mereka untuk memanggilnya pun perlahan menghilang.

Seiring langkah Rangga menjauh, suasana di sekitar toko menjadi hening, hanya terdengar napas tertahan dan bisik-bisik penuh emosi.

Seorang pria muda berambut acak-acakan meludah ke tanah, matanya menatap tajam ke arah bayangan punggung yang semakin menjauh dengan sinis berkata.

"Hah. Mengira dirinya dewa hanya karena bisa menggerakkan rumput dan membunuh seekor kucing? Dasar orang sombong."

Wanita lainnya juga yang sudah ditolong Rangga juga berkata.

"Dingin sekali orang itu... mungkin menganggap kita tak layak bahkan untuk dipandang."

Pria tua dengan janggut tipis menyilangkan tangan, mendengus pelan dengan nada mencibir.

"Dasar anak muda, tak tahu prinsip menyayangi orang tua. Kurasa orang tuanya sama sekali tak pernah mengajarinya."

Pria muda itu bergumam menghina.

"Orang seperti itu cepat atau lambat akan mati sendirian."

Sedangkan pria berjaket hitam itu hanya menghela napas, tak mengatakan apa-apa, pergi mengabaikan sekelompok pria tak tahu terima kasih ini.

Namun meski kata-kata mereka tajam, tak ada satu pun dari mereka yang berani mengucapkannya keras-keras.

Rangga yang sudah mengumpulkan perbekalan juga menghitung bahwa itu cukup untuknya makan selama 2 tahun.

Karena sudah mengumpulkan perbekalan, Rangga tak langsung pulang.

Ia berencana untuk memburu mutant untuk menyelesaikan misi sistem.

Tak lama, Rangga menemukan sekelompok mutant aneh yang sedikit berbeda.

Itu adalah sekelompok ayam mutant yang terlihat memiliki wajah konyol dan tampak bodoh.

Mereka masih terlihat seperti ayam pada umumnya, namun bentuk tubuh mereka menjadi lebih besar.

Melihat ini, Rangga cukup penasaran lalu bertanya-tanya apakah daging mutant dapat dimakan?

Secara logis, ayam mutant ini masih ayam namun berevolusi.

Jika bisa dimakan, maka Rangga tak perlu mengumpulkan perbekalan dan hanya perlu memburu makhluk mutant dan fokus mengembangkan kekuatannya.

Namun ini hanya sedikit rencana, dan Rangga tak berencana mencobanya sendiri namun menemukan manusia yang bisa menguji racun untuknya.

Dengan begitu, Rangga meletakkan tangannya di batang pohon yang dipijaknya.

Lalu cahaya kehijauan penuh vitalitas mekar di tangannya, diam-diam mengendalikan akar di bawah tanah menuju sekelompok ayam mutant ini.

Akar-akar di bawah tanah mulai merambat diam-diam menjalar ke arah ayam-ayam mutant itu seperti predator yang sedang mengintai.

Mereka tak menyadari apa pun.

Salah satu mutant ayam mengais tanah dengan kakinya yang kekar, lalu mematuk seekor cacing yang sial.

Mulutnya menganga lebar, memperlihatkan lidah bercabang yang menjijikkan.

“Menjijikkan,” gumam Rangga pelan, tanpa emosi.

Lalu dia mengepalkan tangan.

Dalam sekejap, akar-akar tajam menyembur dari dalam tanah menusuk tubuh ayam-ayam mutant dari berbagai arah.

Darah merah segar menyembur, bercampur dengan jeritan keras yang tak terdengar seperti makhluk unggas.

Sebagian ayam mutant panik lalu mencoba kabur, tapi akar-akar mencekik leher mereka dan menyeretnya kembali ke tanah.

Satu per satu mereka dihentikan. Dalam waktu kurang dari satu menit, tanah sudah berubah menjadi merah darah.

[Selamat! Anda telah membunuh: 1 Mutant Tingkat 1 – Kelas rendah.]

[Mendapatkan: 1 Poin Evolusi.]

[Selamat! Anda telah membunuh: 1 Mutant Tingkat 1 – Kelas rendah.]

[Mendapatkan: 1 Poin Evolusi.]

[Selamat! Anda telah membunuh: 1 Mutant Tingkat 1 – Kelas rendah.]

[Mendapatkan: 1 Poin Evolusi.]

Rangga melangkah mendekat lalu mulai mengumpulkan daging ayam mutant itu ke dalam penyimpanan.

Ia berhasil membunuh total tujuh ekor ayam mutant dan memperoleh tujuh Poin Evolusi.

Kini, ia hanya perlu memburu beberapa mutant lagi untuk menyelesaikan misi sistem.

Tanpa membuang waktu, Rangga melanjutkan perburuannya. Ia terus menjelajahi reruntuhan kota, membunuh mutant demi mutant, hingga sore hari.

Ketika matahari mulai tenggelam di balik kabut merah, Rangga kembali ke apartemennya dengan tubuh berlumuran noda darah.

Dalam suasana hati yang cukup baik, ia segera mandi untuk membersihkan diri, lalu memasak mi instan sebagai makan malam.

Setelah makan, Rangga duduk santai di sofa, lalu membuka antarmuka sistem.

---

[Status Pemilik Sistem]

Level: 1 [Rendah]

Poin Evolusi: 17

Kekuatan Super: Elemen Kehidupan

Skill Aktif: [Pertumbuhan Lv.1]

Skill Pasif: Tidak ada

---

Hari ini ia berhasil membunuh cukup banyak mutant, mengumpulkan total 15 Poin Evolusi dan menyelesaikan misi sistem.

Sebagai hadiah, sistem membuka fitur baru: Mall Sistem.

Saat fitur itu terbuka, antarmuka baru muncul di hadapannya—penuh dengan pilihan barang yang membuat mata terbelalak.

Di dalamnya tersedia berbagai macam item: makanan, minuman, kebutuhan sehari-hari, pakaian tempur, hingga senjata.

Namun yang paling mencolok, adalah bagian istimewa yang menjual skill aktif, skill pasif, dan bahkan kekuatan super.

Rangga terdiam. Matanya menatap layar holografik itu dengan ekspresi terkejut.

Rangga menggerakkan jarinya di udara, menjelajahi Mall Sistem dengan penuh minat. Antarmuka transparan itu merespons dengan lancar, menampilkan berbagai kategori.

Ia membuka tab "Skill Aktif", dan langsung disambut deretan kemampuan yang terdengar menggiurkan:

[Thorn Strike Lv.1] – 5 Poin Evolusi

Menumbuhkan duri tajam dari tanah yang dapat menembus baja.

[Healing Pulse Lv.1] – 7 Poin Evolusi

Melepaskan gelombang energi kehidupan untuk menyembuhkan luka ringan di sekitarmu.

[Parasite Root Lv.1] – 10 Poin Evolusi

Menanam akar parasit ke dalam tubuh lawan, menyerap stamina mereka secara perlahan.

"Hmm... menarik." Gumam Rangga sambil mengetuk dagunya.

Tapi ia belum terburu-buru membeli. Ia berpindah ke tab "Skill Pasif", dan matanya langsung terpaku pada salah satu nama:

[Natural Resilience Lv.1] – 8 Poin Evolusi

Tubuhmu akan beregenerasi perlahan saat terluka, terutama saat berada di alam.

"Ini berguna kalau aku terus bertarung di luar..." pikirnya.

Kemudian ia membuka tab terakhir: "Kekuatan Super". Tapi harga-harga di sana membuatnya mengernyit.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel