Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bagian 2

Veila tidak pernah tahu kenapa Keyond selalu bersikap ramah kepada orang lain dan justru bersikap dingin kepadanya. Bahkan, tak segan lelaki itu memanggil sayang kepada wanita lain disaat ia sama sekali tidak pernah mendengarnya.

Saat ini, Veila duduk di meja makan sambil membuka beberapa majalah tentang universitas yang ingin ia masuki. Veila benar-benar ingin merasakan bagaimana rasanya berteman, berkumpul, dan bermain bersama mereka. Ada satu universitas sebagai pilihannya. Namun, biayanya sangatlah mahal dan Veila tidak akan mampu membayarnya.

"Sedang apa?" Zia melirik artikel yang dibaca oleh Veila, merasa penasaran karena Veila bahkan tidak menyadari kehadirannya.

Veila menengadah dan tersenyum manis. "Ah, hai... Aku sedang mencari tempat kerja."

"Kau ingin bekerja?" tanya Zia kagum.

Veila meringis akan pertanyaan yang menurutnya ironi untuk didengar. "Mustahil ya?" Veila tahu bahwa ia tidak mungkin bisa masuk dan melewati seleksi ketat perusahaan yang ada.

"Astaga, Veila... Kenapa mustahil? Aku yakin kau bisa bekerja," seru Zia sambil mengelap meja makan sehabis sarapan. "Yang aku dengar, bekerja itu sangat menyenangkan! Bertemu dengan teman-teman baru, menghabiskan waktu bersama, dan yang paling penting..." Zia melirik kiri dan kanan sebelum berbisik pelan, "Kau bisa menemukan laki-laki yang mapan."

Veila tersenyum tipis menanggapi. Dalam hati ia tertawa miris karena tidak mungkin ada laki-laki yang mau bersamanya mengingat betapa ketatnya Keyond menjaganya. Apalagi jika sampai ia tahu lelaki yang mendekati Veila, pasti lelaki itu sudah dibunuh di tangannya.

Mengingat hal itu membuat Veila bergidik ngeri membayangkan betapa ngerinya Keyond jika lelaki itu sedang marah. Bahkan, beberapa kali Veila memergoki Keyond yang sedang menyiksa orang dengan senyumnya yang begitu ramah. Senyum yang sama sekali tidak pernah ditujukan kepadanya.

"Vei, kau melamun!" sentak Zia yang membuat Veila sedikit kaget dan segera mengerjapkan matanya.

"Maaf," gumamnya sebelum menutup majalah itu. "Aku tidak yakin jika Keyond akan mengizinkanku untuk bekerja."

"Kenapa?" Zia bertanya bingung. Sejujurnya sampai sekarang pun ia tidak mengerti apa hubungan antara Keyond dan Veila mengingat keduanya begitu jarang berinteraksi setelah beberapa hari ia tinggal disini.

"Ikuti aku, V." Dan suara setengah mengancam itu langsung membuat kedua perempuan itu tersentak, sebelum keduanya berpisah dan Zia kembali melanjutkan tugasnya sementara Veila menuruti permintaan Keyond.

•••

"Apa ini?" mata keemasan yang dilindungi oleh kaca lapisan bening itu menatap Veila tajam. Pertanyaan bernada tidak suka jelas mengganggu benak Veila.

Veila menunduk dalam-dalam, hatinya bergemuruh ketakutan. "A-aku ingin bekerja,"

Keyond menyipitkan matanya tidak suka. "Apa kebutuhanmu yang tidak aku penuhi, V?"

Veila menunduk dalam-dalam. "Aku hanya ingin bekerja Keyond. Menghabiskan waktu dirumah ini membuatku... bosan."

"Tidak, V. Kau tidak akan kubiarkan kemanapun! Tugasmu di rumah ini hanya melayaniku!"

Mata bening Veila menatap nanar sosok angkuh di depannya. Ingin sekali rasanya memberontak dan memilih untuk keras kepala jika saja tidak mengingat semua jasa Keyond. "Keyond, kumohon...,"

Dan pria itu memilih untuk mengalihkan pandangannya ketua Veila memohonnya seperti itu. Ia tidak akan membiarkan Veila kemanapun!

"Sekali aku berkata tidak, maka tidak, V!" putus Keyond sebelum memilih untuk beranjak keluar dan meninggalkan Veila yang terisak begitu saja di kamar mereka.

Keputusan Keyond benar-benar menghancurkan setiap mimpi-mimpinya. Menghapus air matanya yang mengalir deras, Veila memilih untuk melangkah ke jendela kamarnya untuk mengambil mantel, tas dan juga dompet. Ia membuka kaca jendela itu lebar-lebar sebelum melirik ke kiri dan kanan agar tidak ada bodyguard maupun pelayan yang melihatnya.

Veila melompat dari jendela dan menimbulkan bunyi guruh yang membuat kakinya sedikit sakit. Setelah merasa aman, Veila berjalan mengendap-endap keluar dari rumah Keyond. Ia tidak berniat kabur. Hanya saja, ia perlu menenangkan diri dengan membaca. Melupakan sesaat dunia nyata yang terlampau pahit untuk dijalani.

Berlari setelah melewati perkarangan rumah yang terlampau luas itu. Veila langsung menghentikan taksi yang kebetulan melewati mansion milik Keyond. "Curzon Street, Sir," gumamnya pada supir taksi yang langsung diiyakan sebelum taksi benar-benar berjalan sesuai yang Veila katakan.

•••

Veila berjalan sambil mengeratkan mantel yang ia ambil secara acak dalam lemarinya. Cuaca semakin dingin saja mengingat sebentar lagi salju akan segera turun. Berjalan di sekitaran Curzon Street sebelum melihat satu tempat yang menjadi tujuannya. Jika Keyond memang tidak membiarkan dirinya bekerja, maka ia akan menghabiskan waktu untuk mengisi otaknya dengan pengetahuan-pengetahuan yang perlu ia pelajari.

Masuk ke dalam pustaka, Veila kembali menemui seorang penjaga pustaka yang akhir-akhir ini sering ditemuinya. Gadis itu tampak begitu lugu dengan kaca mata tebal yang ia gunakan. Dalam hati, Veila merasa iri karena dengan bebas gadis itu bisa menjelajah dunia dengan membaca gratis jutaan buku-buku yang tersedia.

Veila melangkah mendekati gadis yang masih tidak sadar akan kehadirannya. "Ehm," ia berdeham pelan untuk menarik perhatian gadis ber-name tag Dwyne Bethany yang ia kenal sejak beberapa minggu ini.

Dilihatnya gadis itu langsung tersenyum canggung dan menutup bukunya dengan panik sebelum melayaninya. "H-hai, sorry...," gumamnya sebelum memelintirkan kedua tangannya gugup. "Lama tidak melihatmu,"

Veila tersenyum simpul, "Aku sedikit sibuk," balasnya getir tanpa disadari. Veila kemudian menunjukkan sebuah member card. "Ini milikku."

"Sebentar ya," gumamnya yang kemudian mengotak-atik sebuah komputer dan menggesekkan member card milik Veila. "Silakan."

"Terima kasih, Dwyne,"

"Sudah kukatakan, panggil saja aku Betty. Orang-orang biasa memanggilku begitu," sahutnya cepat membuat Veila mengerutkan dahinya sebelum tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih, Betty,"

"Sama-sama, Veila."

•••

Keyond menatap datar hologram yang menampilkan data seseorang di depannya. Terdapat pula suara rekaman laki-laki yang ia ketahui adalah Mr. X.

"Misimu kali ini adalah membunuhnya. Dia sangat lincah. Beberapa kali lolos dari penjara dan juga sering menyamar sebagai orang lain. Dia berbahaya, Elgevint! Kau harus mengajak seseorang bersamamu!"

Keyond masih mempelajari biodata tentang laki-laki yang harus dibunuhnya.

"Nama aslinya adalah Cregwal Lincoln. Setiap sebulan sekali dia akan pindah negara dan saat ini dia sedang berada di London. Jadi, waktumu untuk menghabisinya tersisa 15 hari lagi. Pesan ini akan hancur dalam 3 detik."

Dan tak lama, seisi rekaman itu menjadi abu yang tak berguna. Mengambil ponselnya, Keyond men-dialler nomor seseorang.

Ditempelkannya ponsel ke telinga sementara tangannya bergerak meraih jaket kulit hitam dan memakainya. Ia memang sedang butuh pelampiasan saat ini mengingat perdebatannya dengan Veila yang membuat kepalanya ingin pecah seketika.

Ternyata, gadis kecilnya sudah berani melawannya? Apalagi ketika Veila meminta bekerja.

Bagaimana jika Veila menemukan laki-laki lain?

Shit!

Pikiran itu musnah begitu saja kala seseorang mengangkat panggilannya.

"Cregwal Lincoln! Dia selanjutnya," gumam Keyond sebelum menutup ponselnya tanpa banyak bicara dan meraih salah satu kunci mobil sport miliknya.

•••

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel