Bab 8 Pindah Ke Apartemen
Bab 7 Pindah Ke Apartemen
Adam dan dara tengah berada di dalam mobil.Tak ada pembicaraan di antara mereka,berbeda sekali
saat ada Siena tadi,mereka bisa bercanda gurau tanpa merasa canggung.
"Katakan kemana aku harus mengantarmu?" Tanya Adam memecah keheningan.
"Maaf sir,bisa turunkan saya di halte terdekat?Saya bisa naik bis saja.."
"Gila!Apa kamu tidak tahu ini sudah malam?"
"Mmm..mmaaf..tapi saya tidak boleh merepotkan anda sir."Dara menunduk takut."
Adam menghela nafasnya,"Apa saya semenakutkan itu?"
Dara menoleh sekilas lalu menggeleng.
"Terus kenapa kamu terlihat takut sama saya?" Tanya Adam sambil tetap fokus pada jalanan di depannya.
"Itu karena anda adalah bos saya.."
"Sudah katakan saja di mana rumahmu?" Tanya Adam tak suka bertele-tele.
"Di perumahan Kenanga Indah sir. " Ucap Dara malu.
Adam menoleh kaget pada Dara lalu dengan cepat memfokuskan lagi dirinya pada jalanan di depannya,"Apa kamu gila tinggal di sana?" Menatap tajam sekilas pada Dara,"Kamu tahukan tempat
itu sama saja dengan lokalisasi.."
"M..maaf sir..tapi uuang saya hanya cukup untuk mengontrak rumah di sana.."
Adam menggelengkan kepalanya, "Dengan siapa kamu tinggal di sana?"
"Saat ini dengan ibu saya,tapi minggu besok beliau harus pulang ke kampung lagi.."
Selanjutnya hanya hening yang yang terjadi di dalam mobil,Adam tak lagi bertanya begitupun dengan Dara yang lebih memilih untuk diam.
Krrriiiiiuuuukkkkkk....
Adam menoleh pada Dara yang tengah menutupi wajahnya.
"Kamu lapar? " Tanya Adam membuat wajah Dara memerah karena malu.
Adam melirik ke jam di pergelangan tangannya," Maaf harusnya tadi kita makan malam dulu di rumah.."
"Tidak apa-apa sir.."
Adam tak berbicara lagi hingga beberapa saat kemudian ia membelokan mobilnya menuju sebuah restoran.
"Ayo turun.."Ajak Adam sambil melepas seat beltnya.
Dara melihat ke luar mobil," Ini di mana? " Tanya Dara penasaran.
"Bukankah kamu lapar?Kita makan malam.." Ujar Adam lalu keluar dari mobil.
Ragu-ragu Dara melepas seat beltnya lalu mengikuti Adam keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran.
"Selamat datang...meja untuk berapa orang?" Tanya seorang waiters.
"2 orang.."
"Mari ikut saya.."
Adam di ikuti Dara mengikuti waiters menuju meja dekat dengan jendela kaca yang menghadap ke taman restoran dengan pemandangan kolam airmancur dengan sorot lampu warna warni membuat
air berkilauan memancarkan warna-warna yang indah.Dara menatap takjub apa yang ia lihat,seumur hidupnya baru pernah ia duduk di tempat seindah ini.
"Saya tidak tahu selera kamu,jadi saya pesankan yang sama dengan saya,kamu tidak memiliki alergi apapun kan?"
Dara dengan cepat menggeleng.
Beberapa saat kemudian pelayan datang dengan membawa 2 porsi steak dan sebotol anggur.
Dara masih menatap makanan di depannya.Dalam hati ia masih menanti nasi yang tak juga di antar
oleh pelayan,apa lagi hanya ada garpu dan pisau.
Adam yang sedang memotong steak miliknya melirik Dara yang masih diam memandang makanan di
depannya," Kenapa ?Apa kamu tak suka menunya?"
Dara dengan cepat menggeleng, "Apa pelayannya lupa membawa nasinya?"
Adam hampir terkekeh namun dengan cepat ia menahan bibirnya,"Ini steak Dara,tidak ada nasi.."
Adam paham,mungkin ini pertama kalinya bagi Dara memakan makanan seperti ini.Lalu adam mengambil steak milik Dara dan menukar dengan miliknya.
"Jika kamu takut tidak kenyang kamu bisa memesannya lagi.."
Dara menggelengkan kepalanya lagi.
"Maaf sir..apa daging ini halal..? "
"Ya tentu..ini daging sapi.."
Dara tersenyum lalu dengan cepat ia menusuk daging steak di depannya dengan garpu dan memakannya.
Adam terus memperhatikan Dara yang terlihat gembira memakan makanannya.
"Bagaimana?Apa enak?"
Dara tersenyum dan mengangguk," Ini lebih enak dari sate.."
Adam menggelengkan kepalanya lalu melanjutkan makannya.
Hingga tak lama kemudian Dara sudah selesai makan makananya begitupun Adam.
Dara yang melihat Adam meminum anggur di gelas miliknya pun ikut minum anggur miliknya.
"Eeeekkk..." Dara mengurungkan niatnya meminum anggur miliknya saat baru sedikit ia mencecap minumannya.
"Kenapa?" Tanya Adam.
Dara menggeleng, " Tidak sir..saya takut mabuk..itu ada alkoholnya kan..haram "
Adam tak mau lagi menanggapi ucapan sekretarisnya.Adam heran,Dara itu pintar dan hasil kerjanya
juga bagus. Tapi dia kampungan.
"Sudah ayo saya antar kamu pulang.."
Adam memanggil pelayan meminta billnya.Pelayan datang dengan membawa paperbag berisi satu
kotak makanan.
"Itu untuk ibumu.." Ujar Adam membuat mata Dara berbinar.
"Terimakasih sir.."
Adam beranjak dari duduknya dan jalan mendahului Dara.Dara tersentak dengan cepat ia mengikuti bosnya.
Adam dan Dara melanjutkan perjalannanya untuk mengantar Dara.
"Yang mana rumahmu?" Tanya Adam saat mobilnya memasuki kawasan perumahan Kenanga Indah.
"Lurus terus belok kiri..rumah ke dua.."
Adam mengikuti petunjuk Dara.
"Yang ini? " Tunjuk Adam pada rumah bercat hijau di depan mobilnya.
Dara menoleh dan mengangguk," Iya sir..terimakasih.."
Dara melepas seatbelt miliknya dan keluar dari mobil Adam,"Terimakasih sir.." Ucap Dara namun ia kaget ternyata bosnya itu ikut turun.
"Kamu kemasi barangmu dan ibumu.."
"Aaa..apa sir?"
"Saya tidak mau karyawan saya tinggal di daerah seperti ini,apa kata orang kalau mereka tahu karyawan saya tinggal di lingkungan seperti ini?"
"Ta..tapi kemana saya harus pergi malam begini,saya juga belum gajian untuk menyewa kontrakan
lain.."
Adam manatap Dara tajam ," Ck..itu urusan saya cepat kamu bereskan barangmu dan ibumu..saya tunggu di sini.."
Meski ragu Dara mengangguk dan segera masuk ke dalam rumahnya.
Ceklek...
Dara masuk ke dalam rumahnya,"Ya Tuhan nak,kenapa baru pulang ibu nunggu kamu dari tadi."
"Ada apa bu?"Tanya Dara penasaran,terlebih ia melihat wajah khawatir ibunya.
"Besok antar ibu ke terminal ya!Pak dhe mu, Sugeng meninggal Ra.”
"Iya bu besok saya antar ibu ke terminal."
"Dia siapa Ra? "Tanya ibu Dara melihat Adam yang berdiri di pintu melihat mereka.
"Dia bos Dara bu.." Bisik Dara.
Ibu Dara mendekati Adam dan menyambut bos putrinya,"Maaf tuan rumah kami kecil.."
Adam tersenyum," Tidak apa-apa bu,tadi saya dengar ada yang meninggal,siapa bu?"
"Owh itu kakak tertua ibu,pakdhe nya Dara jadi besok ibu mau pulang kampung,semoga masih sempat melihat sebelum di kebumikan"
Adam mengangguk-anggukan kepalanya, " Kampungnya di mana bu?"
"Di Jogja.."
"Ibu mau pulang malam ini?" Tanya Adam.
"Besok pak bos.Soalnya ini sudah malam,Dara juga belum beli tiket bisnya."
"Kalau ibu mau orang saya bisa mengantar ibu pakai pesawat biar cepat."
"Wah..takut merepotkan lho.."
Adam menggeleng,"Tidak sama sekali bu.."
Ibu Dara menoleh ke Dara, "Gimana Ra?"
Dara mendekat, " Maaf sir..takut merepotkan.."
"Tidak sama sekali.."
Lalu Dara menoleh ke ibunya,ia tahu betul bagi ibu pak dhe nya itu sudah seperti ayah bagi ibunya karena ibunya sejak kecil di rawat oleh kakaknya itu.Dara akhirnya mengangguk setuju.
Setelah membereskan barang-barang miliknya mereka bersiap mengantar ibu Dara ke bandara.
"Kamu ikut pulang Ra?Kok barangmu ikut di kemasi?"
"Dara mau pindah bu maaf tidak bisa ikut pulang,Dara masih baru kerjanya belum bisa ambil cuti,salam saja buat keluarga di kampung ya.."
Setalah mengantar ibu Dara ke bandara Adam membawa Dara untuk pindah tempat tinggal.
"Kita ke mana sir..?"
Namun Adam hanya diam,berbeda sekali saat Adam dengan ibu Dara tadi Adam terlihat ramah dengan senyumnya.
Tak berapa lama Adam menghentikan mobilnya di depan lobi sebuah gedung.
"Turun.." Titah Adam membuat Dara bingung.
"Ini di mana?" Tanya Dara penasaran.
"Apartement.."Jawab Adam singkat.
Dara membolakan matanya,dengan berani ia menahan lengan Adam yang akan keluar dari mobil.Adam menatap tangan Dara yang beraninya memegang lengannya.
"Maaf sir,tapi saya tidak akan mampu membayar sewanya nanti.."
Adam menghela nafasnya, " Ini apartement milik saya.Kamu tidak perlu bayar sewa.."
