Bab 3 Panik,Siena Hilang
Bab 2 Panik, Siena Hilang
Adam mulai lelah ia mulai tak berselera untuk melanjutkan sesi wawancara yang justru seperti ajang
jual diri wanita, hingga beberapa saat kemudian masuklah seorang wanita dengan rok lipit di bawah
lutut dengan kemeja putih lengan panjang yang sedikit kebesaran,sangat sopan.
"Nama?"Tanya Adam langsung.
"Dara Azkia pak..."
Adam nampak membaca file milik wanita itu,wanita dengan rambut lurus sebahu dengan make up
yang lumayan tipis.Bahkan Adam tak tahu warna bibirnya itu warna bibir alami atau warna lipstik
yang sama dengan warna bibir aslinya,bulu matanya lentik dengan bola mata besar hitam.Adam
kembali melihat file milik wanita itu.
"Kamu baru lulus dari Universitas di Jogja?"
Wanita itu mengangguk,"Usia kamu sudah 24th,harusnya kamu lulus 2th lalu."
"Betul pak,tapi saya baru bisa kuliah 2 tahun setelah saya lulus sekolah menengah."
"Belum ada pengalaman ya?Apa kamu sanggup kerja di bawah saya langsung?"
"Sanggup pak." Jawab Dara yakin.
"Lantas kamu tinggal di mana?Di sini atau di Jogja?"
"Saya sudah 3 bulan di Jakarta pak."
"Baik kamu saya terima,mulai besok kamu sudah bisa mulai kerja,untuk urusan selanjutnya biar dia
yang menjelaskan."
Dara menatap tak percaya ia akhirnya di terima kerja,untuk pertama kalinya ia bisa bekerja dan
langsung di terima bekerja di perusahaan yang bonafid.
Adam bangkit,"Pak Bimo kamu urus urusan selanjutnya,Zak kamu majukan meeting dengan Jayabrata!Saya mau pulang cepat hari ini."
"Baik sir.."Ucap Bimo dan Zaki bersama.
Adam berdiri dan berlalu untuk meninggalkan ruangan wawancara hingga saat di depan pintu keluar,Adam
berbalik melihat ke arah sekretaris baru pilihannya tadi.
"Kamu siapa tadi namanya?"Tanya Adam.
"Dara pak.."
Adam mengangguk,"Ah ya,saya mau tanya apa sebelumnya kita pernah bertemu?"
Dara nampak berfikir,"Maaf pak sepertinya tidak."
"Ya sudah kalau begitu." Adam kembali melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan ruangan
wawancara.
'Kenapa wajahnya terasa familiar?' Batin Adam.
Setelah menyelesaikan pekerjaanya Adam segera pulang untuk bertemu dengan putrinya.
.........myAmymy.........
Adam melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota,di sampingnya kini duduk gadis kecil cantiknya.
"Papi,Siena seneng deh papi pulang cepet hari ini."
"Iya sayang,Siena mau apa hari ini hmmm?Akan papi turutin.”
"Beneran pi?" Tanya Siena tak percaya.
"Iya dong..." Jawab Adam yakin.
"Wah..asyik..mmmm..."Siena memegang dagunya memikirkan apa yang ia inginkan sekarang,"Bagaimana kalau kita ke mall pi?Siena mau main timezone,mau beli sepatu baru,mau beli tas,baju,boneka sama mau beli crayon.Pokoknya Siena mau belanja..."
"Wah,sepertinya ada yang mau merampok papi nih."
“Iih papi jadi mau pelit nih sama Siena?" Siena mengerucutkan bibirnya,tangannya ia lipat di depan dadanya dengan gaya angkuh.
"Tidak sayang,kan uang papi punya princess semua."
"Nah itu papi tahu,ingat ya pi kalau di kantor memang papi bosnya,tapi di sini Siena bos nya."
Adam semakin gemas dengan polah putri kecilnya ini.Tak lama kemudian merekapun sampai di mall tujuan mereka.Dengan semangat Siena menarik tangan Adam.
"Ayo papi cepetan,papi yang cepet dong jalannya! "
"Sabar sayang...jangan lari..."
Mata Siena sangat berbinar kala mendapati stan eskrim di depannya,"Papi..Siena mau eskrim itu yang tiga rasa ya pi..."
"Kita makan dulu baru beli eskrim.."Ujar Adam.
"Papi Siena maunya sekarang.." Rajuk Siena
"No princess..makan dulu atau no ice cream..see di sana ada kfc kesukaanmu..."
Siena melirik ke arah yang papi Adam tunjukan,"Oke..kita makan dulu tapi janji setelah itu eskrim..oke.."
"Siap tuan putri..." Ujar Adam menyetujuinya.
Mereka berdua lalu jalan bergandegan menuju restoran cepat saji itu.
"Sini pi..duduknya di sini aja..tuh dari sini kelihatan eskrim tadi.."
"Ya..terserah kamu..papi ambil pesanan dulu..."
Adam meninggalkan Siena duduk sendiri di kursinya.Sementara Siena terus menatap ke arah keluar untuk melihat stan eskrim.Pandangan gadis kecil itu tiba-tiba murung kala dirinya melihat di sana
ada pemandangan yang sangat ia impikan.
Seorang anak yang seumuran dengan dirinya sedang tertawa di samping papa dan mamanya.Siena
juga ingin seperti itu.Tapi entah karena apa papinya tak pernah mau membahas perihal
maminya.Bahkan fotonya pun Siena tak pernah melihat.Siena hanya tahu,jika banyak yang mengatakan kalau Siena hanya memiliki mata dan hidung yang mirip dengan papinya.Banyak yang mengatakan mungkin siena mirip maminya.
Tiba-tiba Siena membulatkan matanya kala melihat sesuatu yang membuatnya penasaran.Siena
turun dari duduknya dan segera berlari keluar dari restoran fast food itu melupakan bahwa Adam
tengah mengantri makanan untuknya.
Adam kembali ke meja dengan membawa nampan berisi pesanan putri kesayangannya.Adam kaget
karena meja itu kosong.Adam mengedarkan pandangannya ke penjuru restoran namun
nihil.Putrinya tak terlihat,Adam mulai panik dan bertanya pada siapa saja.
*
*
Siena terus mengikuti seseorang yang membuatnya penasaran,tanpa ia sadari bahwa ia sudah
terlalu jauh.Siena mempercepat langkahnya kala seseorang itu masuk ke dalam sebuah toko
sepatu.Siena terus memperhatikan orang itu yang terlihat sedang memilah sepasang sepatu.
Tanpa sadar Siena makin dekat hingga tangan mungilnya menyentuh bahu seseorang itu yang
tengah duduk untuk mencoba sepatu.
"Hallo..."Lirih Siena ragu-ragu.
"Ada yang bisa tante bantu cantik?" Tanya seseorang itu sambil mengerutkan keningnya bingung.
Siena masih memandang lekat wajah wanita yang ia sentuh bahunya tadi.
"Di mana papa mamamu hem?Tanya wanita itu lagi namun Siena masih terdiam membuat wanita itu semakin kebingungan melihat respon gadis kecil di depannya.
"Sayang..kamu kenapa?Di mana papa mama kamu?"
Siena tersadar saat wanita itu menepuk pelan pipinya.Tanpa kata Siena langsung memeluk wanita
itu.
"Hei sayang..kamu kenapa?"Tanya wanita itu mulai khawatir.Wanita itu membiarkan Siena
memeluknya beberapa saat.Kemudian ia mengusap rambut Siena.
"Kamu kenapa sayang? " Tanyanya lembut.
Siena menggeleng dalam pelukan wanita itu," Tidak kok Siena cuma pengin peluk aja,rasanya sangat
hangat dan nyaman sekali."Setelah beberapa saat Siena melepas pelukannya.
"Jadi kenapa adik cantik tiba-tiba peluk tante?" Tanya wanita itu penasaran.
"Tidak tahu..hanya ingin saja..”
Siena mengambil satu tangan wanita itu dan menggenggamnya,"Oh ya tante kenal papi Siena
tidak?"
Wanita itu bingung lalu menggeleng.
Sementara Siena nampak menunduk kecewa beberapa saat,lalu Siena nampak melihat ke sekitar
hingga ia melihat sepasang sepatu kecil dengan hiasan bunga di bagian depannya.Siena segera
berlari mengambilnya," Tante..Siena mau ini..tante bisa tidak belikan dulu..nanti papi Siena bakal
ganti kok uangnya."
Wanita itu mendekat dan melihat sepatu,"Wah cantik sekali sepatunya.." Wanita itu melihat harga
dari sepatu tampak mengerutkan keningnya.Ia berfikir sejenak lalu melihat ke arah Siena yang
terlihat memohon.
"Ya tante..nanti papi bakal ganti kok..pasti nanti papi ke sini kok..”
Meski ragu wanita itu mengangguk dan memanggil pelayan untuk memberikan nomor yang sesuai
dengan ukuran kaki Siena..kemudian membayarnya dengan uang tunai.
"Terimakasih tante..tante baik banget.." Ucap Siena senang.
"Sama-sama sayang.." Wanita itu mengusap poni Siena.
"Kita tunggu papi di depan toko yuk tante..biar papi cepet nemuin Siena.."
Wanita itu mengangguk namun tiba-tiba ia mendapat telp dan membuatnya bergegas pergi.Sebelum
pergi wanita itu menitipkan Siena pada pelayan di toko sepatu itu.
*
*
Adam panik,ia menelpon orang-orangnya untuk mencari Siena.Adam menyesal akan keputusannya
perihal tak mau di kawal jika ia bersama putrinya.Beberapa saat kemudian Adam mendapat telp dari
Alex jika Siena sudah di temukan.Kemudian Adam bergegas menuju tempat di mana putrinya
berada.
Setelah melihat dari jauh Siena berada dalam gendongan Alex,Adam berlari menghampirinya dan
Adam langsung mengambil alih Siena dari gendongan Alex, memeluknya dan mengecupi wajah putri
kesayangannya,"Kemana saja kamu hem?Papi khawatir.."
"Maaf papi..Siena tadi.."
"Ini apa? " Tanya Adam pada paper bag berisi dus sepatu milik Siena.
"Sepatu pi..tadi di belikan tante cantik.."
Setelah di pastikan semuanya aman,
merekapun bergegas pulang,Adam berfikir sepertinya dia harus memakai cara seperti mengawal Sifa
adiknya.Adam tak mau kejadian yang sama terulang lagi karena kecerobohannya.