Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bella tersipu

"Apa yang kalian pikirkan adalah benar," Komisaris Burhan mengangguk, dan melihat tiga pemuda didepannya selama beberapa waktu.

Cukup lama menyaksikan tiga pemuda yang hampir kembali kencing di celananya itu, komisaris Burhan melanjutkan, "Dia kembali untuk mencari siapa yang membunuh kedua orang tua dan adiknya."

"Dia kembali untuk membalas dendam, dan kalian harus tahu juga. Dia adalah satu-satunya manusia di negeri ini yang memiliki izin khusus untuk membunuh siapapun yang ingin dia bunuh."

"Sekalipun itu aku, dia bebas melakukannya. Bahkan jika dia membunuh seluruh petugas di kantor polisi, kasus besar semacam ini hanya akan menguap begitu saja."

"Kalian bisa berpikir sendiri, bagaimana orang dengan kekuatan semacam itu saat bertindak dan marah mencari pembunuh keluarganya."

"Glek...."

Lagi dan lagi, setelah komisaris selesai berbicara, suara menelan ludah tiga kali berturut-turut kembali terdengar dari ketiganya.

Pada saat ini, tiga petugas polisi muda, yang hanya berpangkat inspektur tingkat kedua, pangkat yang lebih rendah daripada Arinda itu hanya bisa merasakan ketakutan dan perasaan merinding saat mendengar semua kisah Rendy.

Tidak bisa dibayangkan, bagaimana pria muda yang masih seumuran mereka bisa memiliki reputasi semacam itu.

Komisaris sedikit mencibir saat menyaksikan reaksi tiga amatir di depannya.

Tapi dia juga tidak terang-terangan mengejek, dan berkata, "Seharusnya informasi semacam hanya pangkat Komisaris Polisi yang bisa membicarakannya, tapi tidak masalah saat kalian mendengarnya."

"Karena bagaimanapun kalian juga telah melihatnya, dan memang mengajak kalian kemari juga untuk memberikan kalian pengalaman."

"Tapi pak, berita ini sangat besar. Jika sampai diketahui oleh orang lain... Maka...." Anton, salah satu dari tiga polisi yang tampak tinggi besar, dan perawakan sangat masih tidak bisa menahan tubuhnya gemetar.

Setelah semua, meskipun Anton biasanya mendominasi dari teman-temannya, cerita Rendy ini masih diluar imajinasinya.

Sayangnya komisaris Burhan tidak peduli, dan bahkan menyeringai. "Jika pembicaraan ini sampai keluar, aku pastikan hidup kalian tidak akan bisa hidup tenang selama bertahun-tahun. Karena--"

"Bos...."

"Sudah cukup bos...."

"Jangan membuat kami semakin ketakutan...."

Tiga polisi muda itu segera memotong pembicaraan komisaris Burhan, dan merasa tidak ingin mendengar tentang Rendy lagi.

Tidak ada lagi rasa penasaran atau pikiran untuk membahas tentang Rendy lagi, karena identitas yang komisaris Burhan bicarakan terlalu mengerikan.

Tidak akan ada masalah jika pembicaraan ini tetap disini, tapi jika sampai keluar, dan Rendy mendengarnya, siapa yang bisa menjamin nasib mereka?

Siapa yang bisa menjamin kehidupan mereka ditangan Dewa yang memiliki surat resmi untuk membunuh itu?

"Hehehe...."

Hanya saja, komisaris Burhan tidak peduli dan bahkan menyeringai saat melihat tiga orang yang biasanya suka membuat masalah, dan tak kenal takut ini gemetar ketakutan layaknya kucing yang kedinginan.

Dari sini, bisa disimpulkan bahwa komisaris Burhan memang memiliki rencana untuk membawa ketiganya menemui Rendy.

Selain untuk membuat mereka ketiganya melihat dunia yang lebih luas, itu juga untuk memberikan beberapa pelajaran.

Tapi komisaris Burhan tidak berlarut-larut, dan ekspresinya kembali serius saat memikirkan Arinda yang harus menemui Rendy besok pagi.

"Ingat. Pembicaraan hari jangan sampai keluar sedikitpun. Jika tidak, aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun pada kalian."

Ekspresi komisaris Burhan sangat serius, dan sekali lagi mengingatkan, "Satu hal lagi, jangan biarkan Arinda tahu tentang apa dan kenapa aku menutup kasus di kantor polisi. Apakah kalian faham!"

"Siap pak!"

Ketiganya segera mengangguk dan dengan sikap hormat berjanji.

Komisaris Burhan mengangguk ringan, lalu melihat kearah dimana kamar Rendy berada, dan bergumam, "Pergi."

....

Lantai empat Hotel Mawar no 45.

Bella dan Rendy tidak tahu apa yang komisaris Burhan dan bawahannya bicarakan.

Pada saat ini, Bella yang telah menutup pintu berjalan kembali ke arah Rendy dengan senyum yang tidak bisa hilang di wajahnya, dan berhenti di depan pria pujaannya.

"Tuan, apa yang harus Bebek lakukan selanjutnya?"

"Hari sudah malam. Sebaiknya kamu segera mandi dan bersiap-siap untuk tidur." Jawab Rendy tanpa melihat, dan membuatnya tidak tahu respon aneh yang Bella berikan.

"Tepuk!"

Bella tiba-tiba menepuk kedua tangannya, dan melompat seperti baru saja mendapatkan jackpot setelah mendengar jawaban Rendy.

"Benar! Sebelum melakukannya, aku harus membersihkan diri dulu dan bersiap-siap!"

Seperti gadis kecil yang mendapatkan permennya, Bella yang telah memiliki kedua matanya berbinar segera berlari ke kamar, dan bersiap-siap untuk mandi.

Di kamar mandi yang sebelumnya digunakan oleh Rendy, Bella sebenarnya ingin mandi dengan hati-hati dan membersihkan tubuhnya dengan sangat bersih.

Tapi saat mengingat apa yang akan selanjutnya terjadi, dia hanya mandi kurang dari 10 menit, yang sebenarnya sangat cepat bagi seorang wanita, dan buru-buru keluar.

Berhenti di depan lemari pakaian, Bella yang masih basah dengan hanya handuk membalut tubuhnya tiba-tiba berhenti dan bergumam, "Ini adalah hari spesial. Kira-kira, apa yang harus pakai hari ini?"

"Apakah aku harus menggunakan pakaian yang tertutup, atau..."

"Aah.... Tidak!" Bella menepuk kedua pipinya yang mulai memerah dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak! Sebaiknya aku memakai pakaian yang lebih tertutup, agar tidak dianggap sebagai wanita murahan, kan?"

"Tapi... jika selanjutnya hanya akan dibuka, untuk apa memakai penutup? Bukankah lebih bagus jika hanya memakai pakaian dalam saja, kan? Agar lebih simpel?"

"Tapi, jika aku memakai pakaian yang simpel seperti itu, bagaimana dengan kesan romantis di malam pertama?"

"Apakah aku harus memakai pakaian yang tertutup? Atau bahkan baju pengantin?"

"Ahh.... Ini sangat membingungkan!"

"Aku sangat gugup! Bagaimana ini?! Apa yang harus aku kenakan?"

"Oooh... Tunggu sebentar. Daripada memikirkannya tentang pakaian, kenapa aku tidak terlebih dahulu menghias kamar ini?"

"Yah! Benar! Sebaiknya aku membereskan semuanya lebih dulu, dan membuat Tuan terkejut saat memasuki kamar."

"Disaat Tuan terkejut, dan merasakan suprise yang aku berikan, Tuan pasti tidak akan memperdulikan pakaian apa yang aku kenakan."

"Tapi, apakah memang harus tidak memakai pakaian?"

"Oooohhh.... Kenapa ini ternyata lebih sulit dan membingungkan daripada tampil di depan kamera...."

Kebingungan dengan pemikirannya sendiri, Bella sampai tidak menyadari tubuhnya sendirian, dan lupa bahwa handuk yang melilit tubuhnya telah jatuh.

Tapi dia tidak memikirkannya sama sekali, dan bolak balik berjalan di depan lemari dengan ekpresi tidak menentu.

Kadang tersenyum, kadang sedih, kadang takut, kadang gugup, kadang tersipu, semua ekpresi manusia yang biasanya Bella perankan sebagai pemain bintang film muncul di wajahnya.

Jika ada seorang pria dikamar saat ini dan melihat Bella membuat ekpresi berubah-ubah dan masih tanpa pakaian sedikitpun, mungkin pria itu akan segera menjadi gila.

Sayangnya, satu-satunya pria yang ada dalam satu tempat dengan Bella tidak berniat untuk melihat atau menghampirinya sama sekali.

Pada saat ini, Rendy terlihat sedang sibuk mencari sesuatu di dapur dan tidak sedikitpun berniat untuk menemui Bella.

"Garam... Cuka... Gula..." Rendy tampak bergumam sendiri saat melihat apa yang ada di tangannya.

"Ini sudah cukup. Meskipun ini tidak terlalu besar efeknya, ledakannya sudah cukup untuk membuat satu sampai tiga orang tuli."

Mendapatkan apa yang Rendy cari, dia segera kembali ke ruang tamu, dan mulai bergadang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel