Siapa Tahu Kita Berjodoh
Joana melanjutkan hari ini sambil menunggu waktu makan siang untuk mengunjungi beberapa anak perusahaannya, dan memeriksa apakah ada kesulitan diantara pegawainya. Sebenarnya seorang CEO tinggal menyelesaikan pekerjaan di kantor dan bisa saja menunjuk seseorang untuk melakukan hal seperti ini. Tapi bagi Joana, ini terlalu menyenangkan dan rugi untuk di lewatkan.
Suara handphone Joana berdering.
"Ya, Jihan..." jawab Joana.
"Nona, aku sudah mendapatkan informasi mengenai tuan Leon. Aku akan segera mengirimnya lewat email anda," sahut Jihan.
"Baguslah, terimakasih."
Lalu Joana mematikan telfonnya dan kemudian segera Joana memeriksa emailnya.
'Leon Lee, pengusaha muda usia dua puluh lima tahun. Memiliki beberapa perusahaan di Malaysia dan Australia. Perusahaannya berjalan di bidang farmasi dan bioteknologi, lahir di Amsterdam, tanggal sekian dan bla..bla..blaa...' ucap Joana sambil membaca sekilas biodata diri Leon.
'Benar saja perusahaan kami tak pernah bertemu, ternyata bidang kami berbeda,' gumam Joana sambil mengangkat sebelah alisnya.
Tak lama kemudian, alarm makan siang berbunyi.
"Ah! Sudah waktunya ternyata. Mmh, jika dipikir lagi. Dia membuatku tertarik dan ingin mengenalnya lebih dekat,' pikir Joana.
'Terlebih lagi jika perusahaanku juga dapat berkembang hingga luar negri,' pikiran Joana menerawang jauh menembus masa depan untuk kemajuan perusahaannya.
Joana segera berangkat menuju restoran FJ, restoran FJ adalah salah satu restoran besar yang di penuhi gerai emas kebanggaan milik Joana.
Joana mengirim pesan pada Leon, bahwa dirinya sudah berada di restoran dan berada di meja nomor dua puluh dua, tak lama kemudian dari belakang Nara, setangkai bunga mawar menyapanya.
"Selamat siang, nona Joana," sapa Leon pertama kali sambil perlahan sambil menarik tangan Joana dan menciumnya.
"Ahh! Kau manis sekali..." pekik Joana sambil tersenyum.
"Senang bisa bertemu denganmu, disaat tenang seperti ini," ucapnya memulai pembicaraan.
'Apakah dia sedang menyindirku?' tanya Joana dalam hati.
"Ya, aku juga senang bertemu denganmu, tuan Leon."
"Ah! Jangan terlalu formal padaku, panggil saja Leon, dan apakah kau sudah memesan makanan cantik?" tanya Leon sambil tersenyum menyeringai menggoda.
"Tentu saja belum tuan, anda baru sampai mana mungkin aku sudah memesan. Aku 'kan tidak tahu selera anda," sahut Joana.
"Seleraku? Tentu saja kau yang cantik," jawabnya menggoda Joana.
Wajah Joana memerah, malu dan tak mengerti apa yang dia maksudkan.
"Ahh baiklah cantik, mari kita pesan sesuatu. Entah mengapa perasaanku berkata, untuk bertemu denganku siang ini. Kau bahkan belum sarapan, tadi pagi," Leon mendadak jadi peramal.
"Ah, bagaimana kau bisa memiliki rasa percaya diri seperti itu tuan Leon," tanya Joana sedikit keheranan.
"Ah, sudahlah mari kita memesan sesuatu, aku tidak ingin kau menahan lapar terlalu lama. Itu buruk untuk kesehatan tubuhmu," sahut Leon.
'Ah, dia menyebalkan. Tapi memang tak ada yang salah dari kata-katanya. Hahaha," ucap Joana sambil menahan tawanya dalam hati.
Setelah memilih beberapa makanan, tak lama kemudian pesanan datang, dan merekapun segera menyantapnya. Lalu meneruskan perbincangan mereka.
"Bagaimana cantik, apakah kau menikmati makan siangmu?" tanya Leon masih dengan senyum menggoda.
"Mmmh, tentu saja. Ini adalah salah satu produk makanan best seller di perusahaan kami Big Grup," terang Joana.
"Ah, begitu! Ternyata kau secara tidak langsung memperkenalkanku dengan produk makanan dari perusahaanmu yaa, tapi aku akui. Ini memang lezat," pujinya Leon.
"Terimakasih, senang jika anda menikmatinya tuan Leon," balas Joana.
"Ah, iya mengenai semalam. Aku belum memperkenalkan diriku dengan benar, perkenalkan nama ku Leon Edwilson, atau kau bisa memanggil ku Rich, panggilan sayang dari ibuku," ucap Leon.
Entah apa yang Leon bicarakan, Joana tidak mengerti.
"Baiklah Leon, aku juga akan memperkenalkan diriku dengan benar. Namaku Joana Freya, kau bisa memanggilku Joana. Tidak perlu cantik, itu berlebihan," ucap Joana memperkenalkan dirinya dengan sedikit protes.
"Ah! Iya baiklah Joana, tentang semalam. Sebenarnya aku cukup terkejut ketika ada wanita yang mengklaim mobilku adalah milikmu, tapi begitu aku melihat betapa cantiknya wanita itu aku jadi tidak tega, dan bahkan aku ingin mengantarmu pulang, tapi... Sayangnya pelayan itu melarang ku, mungkin karena takut aku akan melakukan hal yang buruk padam. Hahaha," ucap Leon sedikit terdengar menakutkan untuk Joana.
"Ah iya! Itu pelayan Mark, dia sangat baik dan memperlakukanku dengan begitu manis," sahut Joana.
"Apa kau menyukainya?" tanya Leon.
"Hah? Pertanyaan macam apa itu?" ucap Joana sambil memicingkan matanya.
"Kata-katamu mulai ngelantur ya, baiklah segera selesaikan berapa kerugianmu, yang harus ku bayar," jawab Joana sedikit ketus.
"Tolonglah Joana yang cantik, jangan marah. Aku hanya bercanda, dan soal mobil kurasa tidak perlu. Karena kita akan sering bertemu setelah ini," ucap Leon, ketika Joana mulai terlihat tidak nyaman.
"Mengapa kita harus sering bertemu? Jika ini sudah selesai?" tanya Joana keheranan dengan ucapan Leon.
"Ya… Karena kudengar perusahaan mu berjalan di bidang kuliner," ucap Leon.
"Ya benar, memang kenapa?" tanya Joana lagi.
"Aku memiliki beberapa kolega dan teman di berbagai negara, seperti Malaysia, Singapore, Australia,dan Holland. Apakah kamu tidak tertarik untuk mengembangkan perusahaan mu hingga ke mancanegara?" tawar Leon pada Joana.
'Astaga! Aku lupa, jika Leon mempunyai itu semua, hahaha… Ya! Dia benar sepertinya kami harus sering bertemu, hihihi,' ucap Joana dalam hati.
"Ekhm, tentu saja Leon, asal kau tidak keberatan membantuku," jawab Joana terang-terangan.
"Haha, mungkin kita harus mulai berkencan. Siapa tahu kita berjodoh," Leon pun terang-terangan mengatakan hal seperti itu.
"Mungkin kita bisa membahas itu pada pertemuan kita selanjutnya Leon," sahut Joana sedikit malu-malu.
"Baiklah Joana yang cantik, sepertinya, bertemu denganmu membuatku lupa akan waktu. Rasanya ini seperti baru satu jam yang lalu kita bertemu," ucap Leon.
Leon melirik jam di tangannya.
"Namun ternyata sekarang sudah pukul lima atau memang jam ku yang rusak ya?" tanya Leon dengan ekspresi keheranan.
"Astaga kau benar Leon. Hahahaha," tawa Joana pecah.
Akhirnya mereka tertawa bersama, dan merasa keheranan karena tak ada satu dari mereka yang menyadari bahwa makan siang sudah belalu berjam-jam yang lalu.
Akhirnya, Joana pamit untuk pulang, dan Leon pun meminta Joana untuk mengabarinya jika Joana memiliki waktu senggang.
"Pergilah dulu kedalam mobil," ucap Leon sambil kembali menarik tangan Joana dan menciumnya lagi.
"Bye Leon, senang bertemu denganmu," sahut Joana.
Joana tersenyum manis sambil melangkah masuk kedalam mobil dan segera pergi.
***
Joana sampai di rumah dan segera menyegarkan tubuhnya dengan rendaman bunga mawar merah yang sudah disiapkan Bik Sora, aroma wanginya membuat Joana merasa rileks dan mengingat apa yang dia lalui hari ini.
"Mungkin kita harus mulai berkencan, siapa tahu kita berjodoh."
