Pertemuan Kedua Kalinya
Kalimat ini berputar-putar dikepala Joana. Sebenarnya, jika Joana ingat kembali. Leon adalah seorang pria yang tampan, dengan tinggi tubuh sekitar seratus tujuh puluh delapan sentimeter, berkulit putih, berkumis tipis juga ada brewok tipis menghiasi wajahnya dan alis tebal yang menambah keseksiannya, Aaah!
'Mungkin dia benar, aku memang harus mulai berfikir untuk berkencan dengannya,' ucap Joana sambil menutupi wajahnya perlahan karena malu
***
Keesokan harinya...
Joana bangun pukul tujuh pagi, lalu mandi dan dilanjutkan dengan sarapan pagi.
"Selamat pagi nona Joana," sapa Bik Sora sambil tersenyum.
"Selamat pagi bik," sahut Joana sambil menikmati sarapannya, tanpa menengok kepada bik Sora .
"Nona, tadi pagi tukang bunga datang kemari. Dan mengantar bunga ini," ucap bik Sora.
Joana melihat siapa nama pengirimnya.
'Ahh! Ini dari Leon? Bagaimana dia bisa tahu alamat rumahku?' pikir Joana sambil tersenyum malu.
Sesaat kemudian tiba-tiba handphone Joana bergetar, sebuah pesan masuk.
"Selamat pagi bunga cantikku," sapa Leon lewat pesan singkat.
"Selamat pagi juga Leon," balas Joana.
"Kau suka bunganya?" tanya Leon.
"Yaa Aku menyukainya, tapi kuharap ini adalah bunga bank hahaha," canda Joana.
"Jangankan, hanya bunga bank. Segala asetku adalah milikmu, bahkan diriku pun siap ku abdikan untukmu, asal kau mau menjadi pendampingku," balas Leon membuat Joana salah tingkah.
'Astaga! Pria ini... Dia membuat otakku membeku!' pekik Joana.
Joana hanya membacanya tanpa membalasnya lagi.
Setelah itu Joana langsung bersiap pergi ke perusahaan Big Grup, untuk menyelesaikan beberapa berkas yang menantinya sejak beberapa hari lalu.
***
"Selamat pagi nona Joana..." sapa para pegawai berjejer menyambut Joana dengan kepala tertunduk.
"Ya selamat pagi, kembalilah pada pekerjaan kalian. Oh ya, jika ada keluhan silahkan ke ruanganku," titah Joana dengan dingin.
Para pegawai Joana memahami jika Joana memang seseorang yang tidak hanya terlihat cantik, anggun, dan mempesona, namun juga dingin. Tapi sangat baik dan pengertian pada pegawai.
*Ruangan Ceo Joana Freya.
"Jihan, segera datang ke ruanganku dan bawa semua berkas yang perlu aku tanda tangani," titah Joana lewat sambungan telepon.
"Baik, nona Joana," sahut Jihan.
**
"Permisi," ucap Jihan.
"Masuk..." sahut Joana.
"Nona, ini ada sembilan berkas yang perlu anda tanda tangani, dan yang ini satu ini pengajuan kerjasama dari perusahaan Richavax Inc," ucap Jihan dengan hati-hati.
"Perusahaan Richavax Inc? Mengapa aku baru mendengarnya?" tanya Joana keheranan.
"Itu adalah perusahaan yang dipimpin oleh Ceo tuan Leon Elwidson. Yang bekerja di bidang farmasi dan bioteknologi," terangnya.
"Leon? Ah, dia rupanya. Biarkan saja itu dulu, aku akan menghubungi Leon secara langsung," sahut Joana.
"Apa saya perlu mengatur pertemuan anda dengan perusahaan Richavax Inc terlebih dahulu nona Joana?" tanya Jihan dengan penuh perhatian.
"Ah, tidak perlu. Biar aku yang mengurusnya sendiri," sahut Joana.
"Baik nona Joana, mungkin ada hal lain yang bisa saya lakukan, untuk anda?" tawar Jihan.
"Cukup! Kau bawa saja berkas berkas ini, dan kembalilah pada pekerjaanmu," terang Joana.
Jihan pun pergi.
'Ahh, mungkin ini cara Leon mendekatiku. Hahaha, tapi... Bagaimana jika dia bicara mengacau seperti di pesan tadi pagi?" Joana mulai kebingungan lagi.
Handphone Joana kembali berbunyi, sebuah panggilan masuk.
"Halo, Leon..."
"Bagaimana? Apakah hari ini kita bisa bertemu dan membicarakan Bisnis?" tanya Leon.
"Boleh, kita bertemu di gerai makanan kemarin tempat kita bertemu," ucap Joana
Tiba-tiba telfon langsung mati.
"Cih! Sangat sopan sekali tuan El ini," gerutuku Joana.
Joana langsung pergi keluar kantor menuju restoran FJ, tempat mereka bertemu kemarin. Joana tidak menyangka jika Leon sudah berada di meja nomor dua puluh dua, persis di tempat yang sama meja mereka kemarin bertemu.
"Maaf, sepertinya aku terlambat," ucap Joana.
"Oh, tidak cantik. Aku memang sudah ada disini bahkan sebelum aku menelfon mu," ucap Joana.
"Hahaha, niat sekali ya kamu," puji Joana.
"Yaa, aku tidak ingin wanitaku menunggu lagi," ucap Leon membuat Joana membeku, tidak tahu apa yang harus dia katakan.
"Lalu bagaimana? Seingatku di telepon, kau mengatakan jika akan membahas tentang bisnis?" tanya Joana.
"Sebenarnya aku ingin mengatakan hal yang lebih penting dari sebuah bisnis," ucap Leon dengan wajah serius.
Joana memandang nanar pada Leon mencoba memahami apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya.
"Joana, sebenarnya sejak pertama aku bertemu denganmu. Aku sudah menyukaimu, dan jujur kau membuatku ingin mengenalmu lebih dekat, atau lebih baik aku langsung saja melamar mu?" ucap Leon dengan ekspresi wajah yang bersungguh-sungguh.
'Hah, apa? Ini gila, bisnis belum berjalan. Dia sudah melamar ku,' gerutu Joana merutuki sikap Leon.
Leon sepertinya memahami maksud tatapan Joana atas permintaannya.
"Baiklah, bagaimana jika aku membantu perusahaan milikmu sampai ke kancah internasional?" tawar Leon.
Terlihat senyuman di bibir Joana, tanda dia setuju.
"Aku berjanji kita akan melebarkan perusahaanmu sampai ke kancah international. Namun dengan syarat, kau akan menerima lamaranku, bagaimana?" tanya Leon.
Joana setuju, karena dia pikir jika itu mungkin lebih baik.
"Ya, baiklah aku juga ingin melihat seberapa perjuanganmu memperjuangkan aku," ucap Joana.
"Menarik! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku," sahut Leon.
Joana tersenyum ringan mendengar apa yang Leon katakan.
Setelah pertemuan itu Leon segera mengantar Joana pulang.
***
Setelah hari itu, Joana setiap hari bertemu dengan Leon. Leon, dia sungguh mati-matian berusaha, mencari cara agar produk dari perusahaan Big bisa masuk dan bersaing di dunia internasional.
Saat siang hari Joana biasa kembali ke kantor untuk makan siang dan mengecek keadaan Perusahaan. Tapi entah mengapa hari itu Leon tidak menemaninya, karena biasanya dimana ada Joana, disitu ada Leon.
Joana berjalan menuju lift, di sebelah kanan lift ada pintu menuju jalan darurat. Hari itu tanpa sengaja Joana mendengar desahan dan lenguhan panas seorang wanita dan seorang pria, tapi sayangnya Joana tidak cukup peduli saat itu. Joana berpikir jika saat itu dia hanya salah dengar.
Dan beberapa hari kemudian akhirnya, produk dari perusahaan Big Grup lulus uji kelayakan dan Joana mulai bisa mengekspor produknya ke berbagai negara. Joana merasa senang, dia memeluk Leon.
Joana sungguh terkesima dengan cara Leon yang terus bekerja keras, sampai pada akhirnya Joana merasa jika dirinya mulai jatuh hati pada Leon.
Sejak pertemuan pertama mereka, setiap hari Leon mengirim bunga ke rumah Joana, siang harinya mereka bertemu. Hingga di ujung hari mereka masih bersama untuk makan malam dan pulang setelah memastikan Joana pulang dengan selamat.
"Apa kau lelah Joana? Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Leon.
"Ada apa Leon? Tentu saja aku mau mendengarkanmu," sahut Joana.
"Baiklah ayo berhenti ke suatu tempat," ajak Leon.
Leon mengajak Joana pergi ke suatu tempat di samping tebing, dia menutup mata Joana lalu kemudian menuntun Joana menuruni bukit, perlahan.
