Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Patah Hati Pertama

Setelah sampai, Leon melepaskan tangannya dan mempersilahkan Joana membuka penutup mata perlahan, setelah membuka penutup matanya seketika Joana terkesima melihat langit yang di tunjukan oleh Leonn, langit terlihat indah dipenuhi dengan gemerlap bintang.

Tubuh Joana serasa dibelai lembut oleh angin sepoi-sepoi.

"Joana..." panggil Leon membuyarkan lamunan Joana.

Leon menggenggam erat kedua tangan Joana.

"Joana, di bawah gemerlap langit yang indah ini, aku ingin melamarmu. Hiduplah bahagia bersamaku, hari ini, esok dan kelak dimasa depan. Aku sungguh mencintai mu," ucap Leon penuh ketulusan membuat Joana merasa menjadi gadis paling beruntung malam itu.

Tak ada alasan lagi untuk Joana menolak lamaran Leon, lagi pula Joana pun, mulai merasakan bahwa dirinya juga jatuh hati pada Leon.

"Leon, Aku sebenarnya masih belum begitu yakin dengan perasaanku, tapi bukan berarti aku menolakmu," ucap Joana.

"Jadi? Apa kau menolakmu?" tanya Leon dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak, bukan begitu. Aku mau menikah denganmu, tapi kumohon. Jagalah hatiku karena aku mudah sekali patah hati," jelas Joana.

"Karena aku sangat mencintaimu, aku tak akan pernah menyakiti hatimu," sahut Leon meyakinkan Joana, sambil memasangkan sebuah cincin ke jari Joana.

Beberapa saat kemudian dalam suasana yang mendukung ini akhirnya Leon memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya pada wajah Joana, perlahan tapi pasti mereka pun saling menautkan bibir mereka, Joana merasakan jika Leon benar-benar mencintainya.

***

Hingga suatu pagi buta, Leon mengirimkan sebuah pesan pada Joana, bahwa hari itu Leon tidak bisa menjemput Joana. Karena dia harus segera pergi ke kantor, ada berkas penting yang harus segera dia cari, Joana berpikir jika itu adalah suatu pekerjaan yang sangat mendesak dan harus dia lakukan di kantor.

Jadi, Joana sebagai calon istrinya berinisiatif untuk membawa sesuatu untuk Leon. Diam-diam, Joana datang ke kantor bermaksud untuk membawa sarapan untuk Leon buatannya sendiri.

Begitu sampai di Richavax Inc, seperti biasanya. Joana langsung masuk ke dalam kantor, dengan pelan-pelan bahkan nyaris tak bersuara sedikitpun.

Joana akhirnya sampai di depan ruangan Leon, Joana bermaksud mengetuk pintu sebelum masuk. Namun pintu seperti ada yang mendorong dari dalam, diikuti desahan-desahan panas.

Jantung Joana berdegub kencang, badanya perlahan terasa gemetaran, keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Joana berusaha memberanikan diri untuk membuka pintu dengan tubuh yang masih gemetaran. Setelah berusaha akhirnya pintu berhasil dibuka.

Ternyata, di balik pintu yang tidak sepenuhnya terbuka itu Joana melihat pakaian wanita dan setelan jas, berhamburan di lantai. Joana menelan ludah sulit.

'Ya Tuhan, apa ini?' ucap Joana pedih.

Setelah itu Joana mulai melebarkan pandangannya, melihat ke arah sebelah kiri ruangan. Dimana disana Joana bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri Leon dengan seorang wanita yang Joana ketahui adalah seorang bawahannya di kantor, mereka sedang bergumul, berciuman panas, lalu mereka berteriak nikmat bersama, tanpa ada yang menyadari kehadiran Joana.

Beberapa saat berselang secara tak sengaja Leon melihat ke arah pintu dan sontak saja langsung menemukan Joana yang berdiri di pintu ruangannya.

Wajah Leon langsung pucat seperti vampir.

"Astaga, Joana! I-ini, ini tidak seperti yang kamu pikirkan!" teriak Leon saat pertama kali melihat Joana.

Sayangnya, Joana sudah tidak perduli dan pergi, terus berjalan menuju tempat parkir, namun sebelum Joana pergi, Joana sempat melepas cincin lamaran dari Leon dan melemparkan ke arahnya, Joana segera pergi berlari, sedang Leon masih sibuk menjelaskan dan berpakaian.

Beberapa pegawai kantor sudah mulai berdatangan, mereka semua melihat Joana, yang berlarian menuju tempat parkir. Lalu segera masuk dalam mobil. Hati Joana terasa pedih, kepalanya terasa membeku. Joana tidak bisa berpikir dengan jernih, bayangan mereka berdua masih hangat di ingatan joana.

Tak lama kemudian disusul oleh Leon, yang kemudian mengetuk kaca mobil tanpa Joana sadari kedatangannya.

"Joana, maaf kan aku. Aku tahu aku salah tolong biarkan aku..."

Belum sempat Leon menyelesaikan ucapannya Joana sudah segera pergi mengendarai mobilnya dengan kencang.

"Sial! Bagaimana bisa seperti ini," ucap Leon merutuki dirinya sendiri, mata Leon berkaca-kaca. Dia menahan air matanya, sambil memegang cincin yang di lemparkan oleh Joana tadi.

Sampainya Joana di rumah, dia langsung di sambut bik Sora. Bik Sora melihat mata Joana yang berlinangan air mata.

"Nona Joana, apa yang terjadi padamu? Mengapa kau menangis? Dan tampak sangat berantakan, apa perlu bibik panggil dokter?" tanya bik Sora dengan wajah panik.

"Ya, sebaiknya kau panggil dokter bik, aku sepertinya membutuhkan bantuannya," ucap Joana.

Lalu bik Sora menelfon Dokter Ari namun, ternyata dokter Ari sedang berlibur ke Bangkok. Tapi dokter Ari mengatakan bahwa dia akan mengutus seorang dokter pengganti untuk datang dan melihat keadaaan Joana.

"Nona Joana, badanmu panas sekali. Bersabarlah sebentar, sebentar lagi dokter akan datang. Biar bibik kompres dulu," Bik Sora semakin panik melihat Joana yang tidak merespon pertanyaannya.

Berkali-kali panggilan telepon masuk, namun karena Joana sudah menduganya jadi Joana dengan sengaja membuat handphonenya dalam mode silent jadi Joana tidak perlu menggubrisnya karena tak ada yang akan menyadarinya.

Ting... Teng.. Ting.. Teng...

Bik Sora langsung lari ke depan segera membuka pintu.

"Selamat siang, perkenalkan saya dokter Yuan Nanda. Saya kemari karena di utus oleh Ayah saya dokter Ari," ucapnya memperkenalkan diri dengan sopan.

Bik Sora terdiam menatap dokter Yuan ini, matanya bahkan seperti enggan untuk berkedip.

"Ya Tuhan, Dokter Ari sungguh di berkati. Lihat anda putranya begitu tampan dan ternyata juga seorang dokter, ini sempurna. Oh ya perkenalkan saya Bik sora, panggil saja Bik Sora," ucap bik Sora melihat ketampanan putra dokter Ari.

"Hehe, bisa saja bik Sora ini, bisakah aku melihatnya sekarang?" tanya dokter Yuan.

"Astaga iya, mari dia ada di kamarnya. Badannya panas, dia tidak merespon ucapanku dokter..." ucap bik Sora sambil membuka pintu kamar Joana.

"Ini dia dokter, silahkan anda periksa," ucap bik Sora.

"Sebentar ya, biar aku memeriksa suhu badannya terlebih dahulu," ucapnya sambil memeriksa keadaan Joana.

Dokter Yuan adalah seorang dokter yang tampan dan terkenal dengan tingkat konsentrasinya yang tinggi, meskipun banyak gadis mendekatinya selama ini, tidak ada yang bisa mencuri hatinya namun berbeda dengan Joana. Bahkan saat Joana memejamkan mata pun dokter Yuan bisa merasakan ketertarikannya pada Joana.

Dalam hati dokter Yuan, sebenarnya kaget dan kagum, dengan kecantikan gadis yang sedang menjadi pasiennya itu.

'Astaga wanita ini sungguh... Aku bahkan rasanya ingin terus menatap wajahnya, aku rasa bagaimana pun caranya aku harus bertemu lagi dengannya," ucap dokter Yuan bertekad dalam hati.

"Baiklah, sepertinya kita harus melakukan observasi dan jika dalam waktu sejam dia tidak bangun, maka aku akan membawanya pergi ke rumah sakit," ucap dokter Yuan.

Sebenarnya ini adalah salah satu cara agar bisa mengulur waktu dokter Yuan, agar dia bisa berada di tempat yang sama dengan Joana dalam waktu yang cukup lama.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel