Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

"Setiap manusia itu, berhak mendapat kesempatan, kan?"

***

Syakilla menutup kedua mulutnya saat melihat langsung Marco menghajar kedua preman itu. Gadis itu semakin terkejut, manakala melihat dua orang preman itu tumbang. Hanya karena seorang anak SMA.

"Ngapain lo di sini?" tanya Marco. Cowok itu baru selesai menghajar dua preman, dan sekarang ia berjalan ke arah Syakilla seakan tidak terjadi apa-apa.

"Gu-gue mau beli kuota," jawab Syakilla dengan gugup. Bukan takut berhadapan dengan Marco, ia tidak pernah melihat perkelahian secara langsung. Sehingga sekarang lututnya lemas.

Marco menoleh ke arah lain, cowok itu menghela napas kasar. Berada di dekat Syakilla tanpa melibatkan emosi, benar-benar sulit. Rasanya Marco gatal untuk berkata kasar, atau mencari masalah dengan gadis itu.

Namun, saat ini ia tidak bisa. Ia harus mengikuti ucapan Venus.

"Siniin nomor lo," ujar Marco. Lagi-lagi membuat Syakilla terkejut. Belum redam degub jantungnya karena tadi bertemu preman, sekarang ditambah dengan Marco yang tiba-tiba meminta nomornya.

Ini ... bukan karena ucapan Syakilla tadi, kan?

"Buat apa?" tanya Syakilla, berusaha menyembunyikan nada gugupnya.

"Lo beli pulsa di gue aja."

"Emang lo jualan pulsa?"

"Enggak."

Syakilla mengernyitkan dahinya. "Lah, terus?"

"Sekarang jualan. Siniin nomor lo," desak Marco.

Syakilla akhirnya menyebutkan dua belas angka nomornya. Setelah itu, hening karena Marco sedang berkutat dengan ponselnya. Beberapa detik kemudian, ponsel Syakilla berbunyi.

"Tuh pasti sms dari operator, pulsanya udah masuk." Komentar Marco saat mendengar dering ponsel Syakilla.

"Eh, iya?" Syakilla mengecek ponselnya, benar itu pesan dari operator. "Jadi, gue bayar berapa?"

Marco nampak menimang-nimang. Cowok itu menatap Syakilla sebentar. "Setelah gue pikir, ternyata gue banyak duit. Jadi anggap aja itu sumbangan."

"Hah?" Syakilla mengernyitkan dahi. "Nggak, gue nggak mau. Lo kira gue kaum dhuafa?"

"Sumbangan itu diperuntukan bagi orang yang membutuhkan. Lo butuh pulsa, gue kasih pulsa. Defenisi nyumbang, kan?" ujar Marco. Syakilla terdiam, benar juga.

"Diem kan lo? Berarti gue bener." Marco membalikan tubuhnya, hendak mengambil motornya yang ia tinggal beberap meter dari posisinya sekarang.

"Eh, tapi gue nggak mau nerima sumbangan dari lo!" Teriak Syakilla. Marco seakan menulikan telinganya, cowok itu terus berjalan menuju motornya dan akhirnya pergi.

"Songong banget." Hardik Syakilla. Gadis itu membuka ponselnya, dan matanya melotot seketika saat melihat jumlah pulsa yang Marco kirimkan.

"Dia beneran kelebihan duit?" gumam Syakilla bingung.

***

Hari ini adalah hari sabtu. Hari bebas untuk murid SMA Komet, karena di hari ini tidak ada pelajaran. Jika sekolah lain meliburkan muridnya di hari sabtu, berbeda dengan SMA Komet yang menjadikan hari ini adalah hari kreasi.

Seluruh siswa wajib berlatih eskul, atau membuat pensi kecil. Intinya, tidak ada pelajaran hari sabtu.

Hari ini, menjadi hari yang penting untuk Syakilla dan anggota marching band yang lain. Karena ini adalah hari terakhir mereka latihan dan besok akan menghadapi lomba nasional yang telah mereka persiapkan sejak 6 bulan lalu.

Syakilla menebar senyum seraya memutar dan mengarahkan batonnya, memimpin anggota Marching band untuk memainkan musik.

Banyak yang menonton, dan banyak juga yang memuji Syakilla. Gadis itu cantik, baik dan berprestasi. Sungguh membingungkan mengapa Marco sangat membencinya, padahal Syakilla mendekati kata sempurna.

Penampilan yang berlangsung lima belas menit itu usai. Diakhiri dengan riuh tepuk tangan dari para penonton, senang melihat penampilan eskul paling keren di sekolah mereka. Setelahnya, para penonton beralih untuk menonton futsal.

"Keren banget, Kil!" ujar Febi seraya mengangkat dua jempolnya ke arah Syakilla.

"Lo juga keren." Syakilla balas tersenyum, gadis itu merangkul Febi. "Besok hari besar kita."

"Semangat!" Febi mengangkat gumpalan tangannya.

"Eh, katanya Marco sama Calvin berantem lagi!"

Syakilla dan Febi saling pandang. Beberapa siswi terlihat berlari ke arah kantin, seperti yang mereka dengar, pasti tujuan para siswi itu ingin menonton perkelahian.

"Pantesan hari ini anak-anak basket nggak muncul buat ngerecokin kita, ternyata kaptennya lagi berantem." Bisik Febi pada Syakilla.

"Liat yuk, Feb." Ajak Syakilla. Meskipun Marco sudah sering bertengkar dengan Calvin, tetap saja mereka penasaran. Yah, selain Syakilla, Marco juga bermusuhan dengan Calvin si Kapten Futsal.

Febi mengangguk. Kedua gadis itu berjalan menuju kantin. Ternyata, suasana di kantin juga sudah ramai akibat banyak yang menonton perkelahian itu tanpa ada yang berani memisahkan.

Syakilla tidak sengaja melihat para sahabat Marco, yaitu Venus, Antariksa, Awan dan Bima. Keempat cowok itu hanya berdiri, tanpa bergerak untuk memisahkan sahabat mereka.

"Feb, kenapa setiap Marco berantem, anak-anak President nggak pernah bantuin?" bisik Syakilla pada Febi.

"Dulu, pernah mereka bantu pisahin. Yang ada malah mereka yang dihajar sama Marco, jadi sekarang mereka nggak pernah mau ikut-ikutan kalau Marco lagi berantem kayak gitu." Jawab Febi, Syakilla mengangguk paham.

Syakilla meringis melihat Marco dan Calvin yang sama-sama kuat. Tidak seperti kemarin, musuh Marco nampak mudah. Calvin lebih kuat dari dua orang preman kemarin.

"Gue denger, Bokapnya Marco dulunya ketua Geng terkenal gitu. Nggak heran sih, kalau Marco suka berantem," bisik Febi.

"Ya Ampun, kalian lagi, kalian lagi!" Bu Dakna, guru BK SMA Komet datang seraya membawa penggaris besar.

Tanpa ragu, Bu Dakna langsung mengangkat penggaris kayu andalannya. Memukulkan benda itu ke Marco dan juga Calvin, untuk menghentikan pertengkaran mereka.

"Ibu pukul ya, kalian kalau nggak berhenti!" Wanita itu memukuli Marco dan Calvin, sampai keduanya berhenti.

"Ikut saya ke ruang BK!" Titah Bu Dakna.

Marco dan Calvin berjalan di belakang Bu Dakna, mengikuti wanita itu ke ruang BK. Saat melewati kerumunan penonton, Marco tidak sengaja melihat Syakilla yang sedang memperhatikannya.

"Marco ngeliatin lo kayak punya utang gitu, Kil." Feby menyikut Syakilla.

"Eh?" Syakilla menoleh ke arah Febi, "gue emang punya utang sama dia."

•NEFARIOUS•

HI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

FOLLOW INSTAGRAM @cantikazhr UNTUK INFO UPDATE

BOOM KOMEN YUK GUYS!!!

SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN, YA!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel