Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

"Habis ngebaperin malah ninggalin. Cowok kek gini minta di-Yasinin!"

-Syakilla-

***

Marco masih memasang wajah marahnya. Sudah hampir satu jam ia dan teman-temannya berada di Cafe Lotus langganan mereka, selama itu juga cowok itu tidak berbicara.

"Makin benci lo sama tuh cewek, Co?" komentar Antariksa seraya mengambil posisi duduk di depan Marco.

"Lo udah tahu jawabannya," sahut Marco. Api kebencian yang berkobar untuk Syakilla, semakin hari semakin besar. Jelas karena di setiap kesempatan, mereka selalu bertengkar.

"Kalau lo mau bikin tuh cewek sakit, bukan kayak gini caranya."

Marco menoleh. "Maksud lo?"

"Di dunia ini, cara termudah membunuh seseorang itu deketin, buat jatuh cinta, lalu tinggalin." Venus datang seraya mengedipkan sebelah matanya.

"Lo nyuruh gue deketin itu cewek?" tanya Marco dengan alis terangkat satu. Hey, berada di dekat Syakilla saja rasanya membuat setan-setan di dalam tubuh Marco bergejolak.

"Terkadang kita harus memeluk musuh kita dengan erat, hanya untuk menancapkan pisau lebih dalam." Lagi, Venus tersenyum, "it's a life hack, Bro. You can relate."

Marco nampak menimang, mendekati musuh untuk menang? Ia memang pernah mendengar pepatah, get your friend close and your enemy closer. Apa, ia harus menerapkan pepatah itu, untuk melegakan sebuah dendam yang berada jauh di lubuk hatinya?

"Sebelumnya, gue peringatin sama lo. Ini permainan hati, kalau sudah jatuh, lo akan lupa semua tujuan awal lo di permainan ini." Peringat Antariksa.

Marco berdecak. "Hati gue udah mati."

"Bahkan batu pun bisa pecah hanya karena tetesan air, apalagi hati?"

"If i fall to her, i lose."

***

"Lo mggak papa, Kil?" Feby menatap Syakilla dengan perasaan campur aduk.

"Gue udah capek berurusan sama Marco, Feb. Maunya apa, sih?" Syakilla mendongak dari laptopnya, menatap lelah ke arah Feby. "Gue nggak tahu alasan Marco bisa benci banget sama gue."

Feby menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue juga bingung, semenjak lo masuk sini, dia udah ngibarin bendera perang sama lo."

"Iya, kan?"

"Mungkin, sebelumnya lo bikin masalah sama dia?"

"Perlu digaris bawahi, gue nggak kenal sama sekali sama dia," ujar Syakilla.

"Kali aja kayak di sinetron-sinetron atau di cerita wattpad gitu kan, Kil?" Feby terkekeh, "yang ujung-ujungnya jadi cinta."

"Gotcha!" Syakilla menjentikkan kedua jarinya di depan wajah Feby. Wajahnya kembali menghadap laptop, dengan tangan yang lincah menari di atas keyboard.

"Dapet ide lagi, Kil?" tanya Feby. Tidak heran jika Syakilla selalu membawa laptopnya ke mana-mana, gadis itu selalu menghabiskan waktu kosongnya untuk menulis, selain kegiatan Marching Band atau bermain tenis.

Bahkan sekarang, di saat guru rapat dan murid lain pulang, Feby masih setia menemani Syakilla di kantin sekolah. Kata Syakilla, kantin adalah sumber terbaik untuk mendapat ide.

"Kali ini, gue bakal nulis cerita gue sampai tamat, Feb. Gue dapet ide spektakuler!" Seru Syakilla.

Feby tersenyum seraya menggelengkan kepala. "Yah, gue doain semoga cerita lo yang ini bakal jadi ceritta hitz, diterbitkan dan kalau bisa di-film-in. Bangga dikit jadinya gue."

"Lo tunggu aja." Syakilla tersenyum. Ia menatap layar laptopnya, sudah sekitar tigaratus kata yang berhasil ia ketik di platform membaca & menulis itu.

***

Seperti biasa, Syakilla selalu pulang dengan jemputan dari abang berjaket hijau (read : gojek). Gadis itu harus berjalan sedikit ke depan sekolahnya untuk menemukan konter. Ponsel Syakilla tidak ada kuota, ia lupa membeli. Dan tanpa kuota, Syakilla tidak bisa memesan gojek. Lengkap kan, penderitaan Syakilla?

"Wuis, eneng Cantik. Sendiri aja, nih?" Syakilla terdiam ketika mendengar suara itu berada tepat di belakangnya. Ia menggenggam erat ranselnya, kemudian berjalan cepat.

"Duh si cantik, kok kabur? Sini dong, main dulu sama kita-kita." Preman yang Syakilla yakin berumur kepala tiga itu berusaha berjalan mendampinginya. Sial, preman itu tidak sendirian!

"Cantik-cantik kok tuli," ujar Preman yang satu lagi.

"Ya Allah, apes banget!" ucap Syakilla dalam hati. Konter masih lumayan jauh, jalanan sepi dan preman ini terus mengikutinya.

"Sombong amat!" Tangan Syakilla tiba-tiba tertarik, preman itu menatapnya tajam kali ini.

"Ja-jangan ganggu saya!" Syakilla terbata-bata. "Ya Allah, tolong kirim bala bantuan, dong! Kalau cowok, gue jadiin pacar. Kalau cewek, gue jadiin saudara!" Lanjut Syakilla dalam hatinya.

"Cewek gue tuh, mau lo apain?" Syakilla menoleh, saat telinganya mendengar suara tidak asing.

Ah, kenapa harus Marco?

To be continued

HI! JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

FOLLOW INSTAGRAM @cantikazhr UNTUK INFO UPDATE

BOOM KOMEN YUK GUYS!!!

SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN, YA!!!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel