Pustaka
Bahasa Indonesia

About The Past

32.0K · Tamat
Libra girl
31
Bab
4.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

"Tahu cara paling mudah membunuh seseorang? Dekati, buat jatuh cinta, lalu tinggalkan." Pernah membayangkan cowok paling keren di seluruh penjuru sekolah tiba-tiba saja membenci kalian? Bukan kebencian yang biasa karena cowok itu selalu saja membuat masalah sehingga membuatmu berbalik membencinya.Itulah yang dirasakan Syakilla saat Marco tiba-tiba saja membencinya tanpa alasan bahkan di hari pertama ia menginjakkan kaki di SMA Komet. Hal semakin aneh, saat dua tahun saling membenci, Marco tiba-tiba merubah sikapnya kepada Syakilla. Marco tiba-tiba saja mendekati Syakilla!Niat Marco adalah membuat Syakilla jatuh cinta, lalu meninggalkannya agar menimbulkan sakit hati mendalam. Namun, bagaimana jika Syakilla yang membalikkan keadaan? Hingga Marco terjebak dalam permainannya sendiri."I'll break your heart, so you dont break mine."

RomansaTeenfictionCinta Pada Pandangan PertamaSweetMenyedihkanBaper

Prolog

"Jangan terlalu benci, awas jatuh cinta."

***

"Ini tuh lapangan basket, buat latihan basket. Bukan buat marching band!" Cowok dengan name tag Venus Alexander itu mengedarkan pandangannya kepada lima belas orang anggota Marcing Band di hadapannya.

"Tau, hoby banget latihan di sini. Jelas-jelas ini lapangan punya anak basket." Tambah Awan, sahabat Venus.

Geram, seorang gadis yang dikenal sebagai Mayoret SMA Komet itu melangkah maju. Masih memegang erat baton yang menandakan bahwa ia adalah pemimpin club marching band itu.

"Santai aja, nggak usah ngegas!" Aruna Marsyakilla menatap lawannya dengan tajam.

"Lo semua tiap minggu ngambil lapangan kita, gimana kita mau santai? Waktu yang tadinya kepake buat pemanasan malah kebuang sia-sia buat debat sama kalian, nggak guna!" Venus, mereka semua mengenalnya sebagai most wanted SMA Komet yang kedua. Iya, kedua. Karena yang pertama ....

"Kenapa lagi?" Suara itu membuat mereka semua menoleh.

"Biasa, Co. Anak MB ngambil lapangan kita," adu Venus.

... adalah Nicholas Marcosamy.

Marco menatap Syakilla datar, cowok itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Lo, lagi."

Syakilla memutar kedua bola matanya malas, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya menatap tajam ke arah Marco. "Apa?"

"Suruh temen-temen lo pindah tempat, tim gue mau latihan."

"Kenapa nggak kalian aja yang pindah?"

Marco tertawa sinis, begitupun dengan anggota tim basket yang lainnya. "Ngelawak lo?"

"Nggak, gue serius." Syakilla menatap seluruh cowok itu bergantian, sampai matanya berhenti pada cowok di hadapannya. "Kalian itu club paling menjijikkan, tahu? Sok berkuasa, sok menindas. Memang tim basket pernah juara apa?"

Menohok! Ucapan Syakilla benar-benar seperti bensin yang disiram ke atas bara api. Tidak hanya Marco, si Kapten Basket, melainkan sebelas anggotanya turut merasakan hawa panas. Ingin mengolah Syakilla menjadi perkedel.

"Lo bilang club basket paling menjijikkan? Terus club lo apa? Sampah?" Marco bersuara rendah.

"Maaf, nggak ada sampah yang menghasilkan prestasi kayak kami." Syakilla berbangga diri. Memang benar, tim Marching Band SMA Komet adalah eskul yang paling terkenal. Karena mereka telah menjuarai berbagai lomba tingkat nasional.

"Lo membanggakan tim lo, padahal kerjaan lo cuman muter tongkat." Marco tertawa remeh.

"Cuman, lo bilang?" Syakilla mengepalkan tangannya.

"Marah?" Marco menarik senyumnya ke samping, "jaga mulut lo, kalau nggak mau nerima kritikan balik."

"Lo!" Syakilla menunjuk wajah Marco.

Marco menepis tangan Syakilla dengan kasar. "Silakan lo bawa teman-teman lo pergi, lapangan basket mau gue pake."

"Nggak bisa!" Kekeuh Syakilla, tidak ada tempat latihan lain yang bagus selain Lapangan Basket.

"Terserah." Marco mengangkat bahunya. "Yang jelas, gue nggak mau ngalah."

"Gue aduin lo sama Bu Retno!"

"Nggak mempan." Marco terkekeh, "lo lupa, sekolah ini punya siapa?"

Marco menepuk dadanya dengan bangga. "Punya keluarga gue. Gue berkuasa di sini."

"Killa, udah." Feby, salah satu anggota marcing band sekaligus sahabat Syakilla datang seraya memegang bahu Syakilla. "Kita ngalah aja, Marco nggak bisa dilawan."

"Nggak bisa gitu dong, Feb! Kita-"

"La, kita bisa latihan di aula, sekarang. Daripada kita buang-buang waktu di sini," bisik Feby.

Syakilla meredam emosinya, gadis itu menghela napas. Kemudian menatap tajam ke arah Marco yang sudah memasang senyum kemenangan. Sungguh, Syakilla tidak rela kalah dari makhluk astral itu!

"Hush, jauh-jauh." Marco membuat gesture mengusir.

"Akhirnya, pergi juga." Komentar Venus, "tuh cewek belagu banget."

"Tau, cewek beasiswa aja banyak gaya." Marco terkekeh.

Syakilla yang berjalan belum jauh, dapat mendengar ucapan Marco. Gadis itu menghentikan langkahnya, kemudian segera berbalik dan kembali menghampiri Marco.

"Apa lo bilang?" tanya Syakilla, gadis itu menatap Marco tajam.

"Cewek beasiswa." Sahut Marco dengan wajah angkuhnya, "apa? Mau marah? Emang bener, lo cewek beasiswa."

"Terus, kenapa? Kenapa kalau gue dapet beasiswa? Kenapa nada bicara lo ngerendahin gitu?" protes Syakilla tidak terima.

"Suka-suka gue, lah. Mulut-mulut gue."

"Gue heran, kenapa ada manusia nggak punya hati kaya lo!"

Marco menatap gadis di hadapannya ini dengan malas. Sebenarnya, bukan pertama kali Marco dan Syakilla bertengkar. Namun, baru kali ini yang paling parah.

"Gue heran." Marco mendekatkan dirinya ke arah Syakilla, sangat dekat hingga wajah mereka hanya berjarak sekitar sepuluh senti meter. "Kenapa, cewek kayak lo, harus dapet beasiswa di sekolah ini."

"Nggak pantes." Lanjut Marco, dengan tatapan tajam penuh kebencian.

Setelahnya, cowok itu pergi. Meninggalkan teman-temannya di lapangan basket, dan juga anggota Marcing Band yang menyaksikan pertengkarannya.

Ah, iya. Jangan lupakan Syakilla, dengan hatinya yang hancur.

*NEFARIOUS*

Sama seperti Clade dan Scelus. Nefarious berarti, jahat.

Next?

Mari kita coba peruntungan di sini.

1000 vote 1000 komen untuk next!

Pasti bisa