Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. MENGALIHKAN DUNIA

Pertanyaan Silvi yang simple membuat Arlyn kembali gugup, baru beberapa menit yang lalu dirinya telah berhasil menenangkan diri, sekarang gugup kembali menyerang.

"Arlyn!" panggil Silvi, menoleh sebentar melihat Arlyn kemudian melihat Tian lagi. "Lihat Arlyn! Itu cowok yang tadi menolongmu bukan?!"

Arlyn segera memalingkan wajah ketika tiba-tiba Tian melihat ke arahnya. "Ya Tuhan, si Silvi ini malah bikin rusuh. Aku jadi malu!" Hati Arlyn bicara sendiri.

"Arlyna! Lihat sebentar cowok itu!" Silvi menggoyangkan pergelangan tangan Arlyn yang ada di atas meja tanpa mengalihkan pandangannya dari Tian. "Ya ampun, ternyata cowok itu ganteng banget. OMG!"

"Ssst, jangan norak deh!" bisik Arlyn kesal. "Nanti mereka berdua bisa mendengar. Jangan bikin malu! Kayak nggak pernah lihat cowok saja!"

"Melihat cowok aku sering! Setiap hari aku melihat cowok. Tapi, kalau melihat cowok ganteng, aku jarang! Apalagi yang gantengnya seperti cowok itu. He-he," jawab Silvi diakhiri dengan terkekeh.

"Norak!" gerutu Arlyn, diam-diam melirik Tian yang sedang menunduk menikmati es cream nya.

"By the way, busway! Cowok itu, cowok yang menolong kamu bukan?!" Silvi mengulang lagi pertanyaannya karena penasaran.

Arlyn terselamatkan dari pertanyaan Silvi, ketika seorang pelayan wanita datang membawakan es cream.

"Terima kasih." Arlyn mewakilkan Silvi melihat pelayan.

"Kelihatanya enak nih." Silvi mulai mengaduk es cream rasa strawberry nya.

"Memang enak," jawab Arlyn.

Silvi baru tersadar ketika melihat mangkuk es cream Arlyn berukuran besar. "OMG, kamu pesan es cream porsi jumbo?! Semuanya, kamu habiskan sendiri?!"

"He-he. Iya!"

"Ck, ck, ck. Kerasukan setan es cream kamu mah." Silvi geleng-geleng kepala.

"Cerewet! Cepat habiskan es creamnya, bentar lagi nyokapku selesai nyalon."

Baru Arlyn selesai bicara, ponselnya di atas meja kembali bergetar. "Panjang umur Nyonya Dewi."

"Siapa?" tanya Silvi.

"Nyokap!"

Arlyn :

"Hallo, Ma."

Mama :

"Hallo sayang. Kamu di mana?"

Arlyn :

"Di toko es cream lantai 4. Ada apa Ma?"

Mama :

"Mama sudah selesai nyalon. Kamu jangan kemana-mana ya! Tunggu Mama di sana!"

Arlyn :

"Ok Ma."

Sambungan terputus, Arlyn menaruh kembali ponselnya di atas meja. "Nyonya Dewi sudah selesai nyalon. Sebentar lagi ke sini."

"Oh," ucap Silvi singkat dengan mulut penuh es cream.

Di meja lain, Tian dan Mommy masih menikmati es creamnya. Diam-diam, Tian selalu mencuri pandang melihat Arlyn. Wajah imut dengan mata indahnya. Perlahan tapi pasti, wajah itu telah mengalihkan dunia seorang Bastian Pisceso.

"Tian."

"Ya Mom?" jawab Tian cepat, hampir saja ketahuan, dirinya sedang melihat gadis itu.

"Setelah dari sini, kita shopping ya," ajak Mommy.

"Jujur, aku malas Mom. Apa tidak bisa, Mommy shopping nya besok ditemani Pak Joko?"

"Yaelah, kamu ini. Sudah ditraktir steak sama es cream, masih tidak mau!" Mommy merengut.

Melihat Mommy nya merengut, akhirnya Tian setuju. "Iya deh! Setelah ini, kita shopping. Tapi, jangan lama-lama! Aku banyak tugas kuliah."

Mommy langsung tersenyum lebar. "Nah, begitu dong!"

Dari meja Arlyn terdengar suara wanita yang baru saja datang. "Ada Silvi di sini?!"

Silvi langsung berdiri begitu melihat siapa yang datang. "Iya, Tante."

"Mama sudah selesai nyalon?" tanya Arlyn menarik kursi di sampingnya untuk Mama duduk.

"Sudah. Mama cuma merapikan rambut dan creambath."

"Mama mau es cream?" tanya Arlyn. "Biar aku pesankan."

"Mau dong. Rasa vanilla coklat," jawab Mama.

"Ok!" Arlyn meninggalkan Mama dan Silvi yang langsung terjadi obrolan-obrolan manja.

Dari sudut matanya, Tian melihat Arlyn pergi. "Mau ke mana gadis mata indah itu?" gumamnya tanpa sadar.

"Apa?" tanya Mommy.

"Apa? Aku tidak bicara apa-apa," sanggah Tian cepat-cepat memalingkan wajah, jangan sampai Mommy tahu kalau dirinya sedang memperhatikan gadis itu.

Bukan Mommy Elsa namanya, kalau tidak jeli melihat tingkah putranya yang mendadak aneh. "Berarti yang menggumam barusan itu suara apa?"

"Tidak tahu. Mommy salah dengar kali."

"Tidak! Mommy tidak salah dengar. Apa yang menggumam itu suara setan?!" Mommy kembali iseng menggoda putranya.

"Jangan aneh-aneh deh Mom. Mana ada suara setan!" jawab Tian, paling takut dengan hal yang berbau-bau horor.

"He-he-he." Mommy terkekeh lalu melihat ke arah meja gadis berponi. "Bukankah itu Jeng Dewi?"

"Apa Mom?" tanya Tian.

"Kamu lihat itu!" tunjuk Mommy dengan matanya. "Itu Jeng Dewi yang tadi di salon bukan?"

Tian diam, mengingat-ingat. "Iya, betul Mom. Itu Tante Dewi yang tadi ada di salon Tante Siska."

"Apa hubungannya Jeng Dewi dengan gadis cantik itu?" Mommy jadi penasaran.

"Mana aku tahu! Kenapa tanya sama aku?" jawab Tian menghabiskan es creamnya yang tinggal satu sendok.

Mommy tiba-tiba tersenyum lebar. "Kesempatan! Kesempatan!"

"Apa sih Mommy ini?! Selalu bikin heboh. Jangan macam-macam!" Tian sangat mengenal sekali Mommynya.

Dari meja Arlyn, Mama Dewi juga melihat Mommy Tian. "Itu seperti Jeng Elsa!"

"Apa Ma?!" tanya Arlyn.

"Tunggu sebentar! Ada teman Mama di sana!" Mama langsung berdiri hendak menghampiri Mommy Tian, tapi Mommy Tian sudah datang terlebih dahulu.

"Hallo Jeng," sapa Mommy Tian.

"Hai." Mama langsung menyambut Jeng Elsa dengan cipika cipiki. "Kita bertemu lagi di sini."

"Iya, rupanya kita berjodoh." jawab Jeng Elsa. "Sudah selesai dari salonnya?"

"Sudah, aku hanya merapikan rambut dan creambath saja. Maklumlah kalau sudah tua, rambut perlu perawatan ektra."

"Sama. Kalau kita tidak rajin merawat diri, nanti kalah eksis dengan anak muda. He-he." jawab Jeng Elsa kemudian melihat Arlyn dan Silvi.

"Ah, Jeng Elsa bisa saja! He-he." Mama ikut terkekeh.

"O, ya. Siapa kedua gadis cantik ini?" tanya Mommy mulai masuk ke tujuan inti.

Arlyn dan Silvi langsung berdiri memberi salam, tersenyum manis.

"Ini putriku satu-satunya, Arlyna Virgolin." Mama mengenalkan Arlyn. "Dan yang ini teman kampusnya, Silvi."

"Oh, Arlyna." Mommy tersenyum, menatap dalam wajah Arlyn. "Virgolin, zodiakmu Virgo?"

"Iya Tante?" jawab Arlyn sopan.

"Wah, sama dengan Tante dong. Tante juga zodiaknya Virgo, ternyata kita bernaung di bawah zodiak yang sama."

"Iya Tante," jawab Arlyn tersenyum.

"Ngomong-ngomong, apa kita mau berdiri saja?!" tanya Mama. "Ayo, silahkan duduk Jeng!"

"Iya, iya terima kasih, tapi saya dengan putraku," jawab Mommy melihat ke arah meja Tian yang sedang duduk sendiri.

Nyonya Dewi, Arlyn dan Silvi melihat ke arah Tian. Tatapan Arlyn dan Tian kembali beradu pandang sehingga menimbulkan getaran yang aneh di hati keduanya.

"Kita gabung saja, duduk di sini! Ajak putramu ke sini, kita mengobrol di sini!" ajak Mama dengan antusias.

Mommy tersenyum lebar, dalam hati langsung berteriak. "Yes! Misiku berhasil."

"Ayo, Jeng Elsa. Ajak putramu bergabung," pinta Nyonya Dewi yang berhasil membuat jantung Arlyn jadi tidak karuan.

"Aduh Mama. Kenapa malah mengundang mereka berdua bergabung? Tidak tahu apa, jantung putrimu ini, dari tadi selalu berdetak dengan cepat?! Ya Tuhan, aku bisa terkena serangan jantung." Hati Arlyn merengek sendiri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel