5. ICE CREAM
Mommy tersenyum mendengar pertanyaan Jeng Siska. "Mana ada putraku ini punya pacar, setiap hari hanya kuliah dan belajar. Tian ini jarang bermain atau berkumpul bersama teman-temannya, dia lebih memilih tinggal di rumah daripada harus keluyuran tidak karuan.
"Oh, begitu. Itu malah bagus, anakmu tidak terbawa pergaulan bebas. Sudah jarang anak muda jaman sekarang yang betah berlama-lama tinggal di rumah," puji Jeng Siska. "Kalau ada waktu, mainlah ke rumahku Jeng Elsa, ajak serta putramu ini biar nanti bisa aku kenalkan pada putriku."
Mommy melihat Tian. "Tentu saja, kalau ada waktu kita main ke rumahmu, Jeng Siska. Bukan begitu Tian?"
Tian merasakan firasat tidak enak dengan undangan Tante Siska ke rumahnya, tapi segera ditepisnya praduga yang tiba-tiba muncul di kepalanya. "Iya Mom."
"Baiklah kalau begitu, karena urusanku sudah selesai dan masih ada urusan di tempat lain, saya mau pamit Jeng Siska."
Belum Jeng Siska menjawab, terdengar suara wanita memanggil dari belakang.
"Maaf Jeng Siska, apa bisa kita bicara sebentar?" tanya wanita yang umurnya tidak jauh berbeda dari Jeng Elsa dan Jeng Siska datang mendekat.
"Oh, tentu saja bisa Jeng Dewi," jawab Jeng Siska tersenyum ramah.
Jeng Dewi melihat Jeng Elsa dan Tian. "Oh, rupanya sedang ada tamu, maaf kalau saya mengganggu. Silahkan teruskan saja."
"Tidak apa-apa Jeng, saya mau pulang kok. Urusan saya sudah selesai." Jeng Elsa tersenyum ramah.
Jeng Siska pun memperkenalkan Jeng Dewi pada Jeng Elsa, begitu juga dengan Tian. Setelah selesai semua urusannya, akhirnya Mommy dan Tian pergi ke luar dari Salon Cantika.
"Mom," panggil Tian berjalan di samping.
"Apa?"
"Tadi, Mommy bilang ada urusan di tempat lain. Mommy ada urusan apa lagi?" tanya Tian.
"Mommy mau shopping!" jawab Mommy bersemangat.
"OMG, shopping Mom?!" Tian langsung lemas begitu mendengar Mommy mau shopping, sudah terbayang dalam pikirannya, Mommy pasti bakalan mengajaknya masuk toko satu ke toko lainnya.
"Kenapa?" tanya Mommy melihat putranya jadi tidak bersemangat.
"Aku malas Mom kalau harus menemani belanja. Bagaimana kalau besok saja?" Tian memberi usul.
"No, no and no! Mommy sudah cantik begini, baru ke luar dari salon, masa langsung pulang, rugi dong Mommy. Pokoknya kita shopping, mumpung Daddy juga masih di kantor jadi Mommy bebas shopping."
Tian menghela napas, untuk menyakinkan Mommy nya agar mau pulang rasanya percuma, daripada membuang-buang energi akhirnya Tian mengikuti kemana pun kaki Mommy nya melangkah.
Belum lama berjalan dan membeli apa pun, tiba-tiba Mommy berhenti. "Tian, perut Mommy kok jadi lapar. Sebaiknya kita cari makan."
Di saat dirinya pasrah mengikuti keinginan Mommy nya shopping, akhirnya ada juga keinginan Mommy yang membuatnya bersemangat, dengan cepat segera dijawabnya. "Ide bagus Mom. Aku juga lapar. Kita makan steak ya Mom."
....
Di tempat lain, tapi masih dalam mall yang sama. Arlyn dan Silvi sedang berada di dalam toko sepatu.
"Gila, sepatunya keren-keren!" Mata Silvi berbinar begitu melihat banyaknya sepatu sneakers yang terpajang dalam berbagai macam bentuk, ukuran dan warna.
Arlyn nampak tidak bersemangat. "Cepatlah, kamu cari sepatu yang cocok! Aku mau duduk saja." Arlyn langsung berjalan menuju kursi kosong yang ada di ujung.
"Kamu nggak beli?!"
"Nggak, sepatuku sudah banyak!" jawab Arlyn. "Kalau aku beli sepatu, Nyonya Dewi bisa ceramah dari pagi sampai ketemu pagi lagi."
Silvi langsung melangkah mencari sepatu yang cocok dengannya.
Baru beberapa menit duduk mengistirahatkan kakinya yang pegal, ponsel Arlyn bergetar. "Siapa yang meneleponku?"
Dilayar ponsel hanya tertera nomor yang tidak kenal tanpa nama, Arlyn mengernyitkan keningnya. "Siapa ini yang meneleponku? Malas deh, kalau ada nomor begini yang masuk."
Akhirnya ponsel berhenti bergetar setelah Arlyn membiarkannya cukup lama, tapi tidak lama kemudian sebuah notif pesan masuk.
"What? Budi?!" Arlyn membaca sebuah pesan dari Budi yang minta agar teleponnya diangkat. "Tahu darimana dia nomor ponselku?!"
Arlyn tidak membalasnya, ponsel kembali dimasukkan ke dalam tas, tapi berapa detik kemudian ponselnya bergetar. "Siapa lagi ini yang menelepon?!" Gumam Arlyn kesal.
"Budi lagi, Budi lagi! Mau apa sih ini orang?!" Arlyn menatap layar ponselnya dengan kesal.
Beberapa kali Budi menelepon, sampai akhirnya Arlyn menjawabnya juga.
Arlyn :
"Hallo!"
Budi :
"Hallo Arlyn."
Arlyn :
"Ada apa?"
Budi :
"Apa aku mengganggu?"
Arlyn menjawab dengan kesal :
"Ada apa?! Aku sedang sibuk!"
Budi :
"Oh, kamu sedang sibuk. Baiklah, nanti saja aku telepon lagi."
Sambungan telepon langsung terputus. "Nggak jelas banget si Budi ini." Arlyn kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Menit ke menit telah berlalu, tapi Silvi masih belum menemukan sepatu yang cocok, akhirnya Arlyn memutuskan ke luar toko mencari sesuatu yang mungkin saja ada yang menarik hatinya.
Langkah Arlyn terhenti ketika melihat toko roti dan es cream. "Ada es cream! Kebetulan sekali, aku ingin makan es cream!"
Dengan wajah berseri, Arlyn langsung masuk ke dalam toko dan segera memesan berbagai macam varian es cream dengan porsi jumbo.
Tidak lama kemudian, matanya melebar ketika satu mangkuk penuh es cream dengan berbagai macam topping sudah di depan matanya. "Wah, mantap surantap ini mah!"
Di luar toko es cream tempat Arlyn sedang makan es cream porsi jumbonya, Mommy sedang berdiri, nampak ragu antara masuk atau tidak.
"Kenapa Mom?" tanya Tian heran melihat Mommy nampak aneh.
"Kamu mau es cream?" tanya Mommy.
Tian melihat toko es cream yang ada di depannya. "Mommy mau es cream?"
"Iya, tapi perut Mommy masih kenyang," jawab Mommy.
"Ya sudah jangan beli."
"Tapi Mommy pengen es cream," ucap Mommy.
"Bagaimana sih Mommy ini, kayak bocah saja." Omel Tian langsung masuk ke dalam toko. "Bikin orang bingung!"
Mommy masuk mengikuti putranya dari belakang.
"Mommy mau es cream rasa apa?" tanya Tian setelah melihat beberapa macam varian es cream yang tersedia.
"Rasa vanilla coklat saja," jawab Mommy melihat sekeliling ruangan mencari meja kosong.
Tian memesan es cream dua porsi biasa dengan rasa yang sama, vanilla coklat.
"Kita duduk di sana," tunjuk Mommy dengan matanya pada meja yang ada di sudut.
Tian melangkah mengikuti Mommy nya dari belakang.
Dari jarak dua meter tempat Tian dan Mommy duduk, Arlyn sedang asik menghabiskan es cream rasa varian porsi jumbonya tanpa menghiraukan keadaan di sekelilingnya. Bagi Arlyn, hanya es cream yang terpenting, yang lain mah lewat.
Mommy duduk dengan santainya di depan Tian, pandangannya berhenti pada gadis berambut panjang berponi yang begitu menikmati es creamnya tanpa menghiraukan apa pun sehingga tanpa sadar Mommy tersenyum. "Cantik sekali gadis itu."
