Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. HADIAH UNTUK NILAI UJIAN

Oma keluar dari kamar Aldo dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. Hatinya merasa lega setelah mengetahui kenapa beberapa hari ini cucu kesayangannya terlihat murung.

"Bibi," panggil Oma begitu melihat asisten rumah tangganya sedang menyapu lantai.

"Iya Nyonya," Bibi langsung menghampiri Oma.

"Bawakan teh hangat ke kamarnya Aldo. Tadi tehnya sudah dingin."

"Baik Nyonya," jawab Bibi.

Oma langsung pergi melanjutkan langkahnya menuju ke kamarnya.

......

Waktu terus berjalan, siang telah berganti menjadi malam. Di dalam sebuah rumah yang terlihat sangat asri dengan berbagai macam bunga yang ditanam di dalam pot terlihat Lili dan keluarganya sedang duduk di taman sambil menikmati udara segar dari harum bunga-bunga yang sedang bermekaran.

"Lili," terdengar suara berat dari laki-laki yang sangat disegani dirumah itu.

"Iya," jawab Lili tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel yang sedang dipegangnya.

"Lihat Papa," ucap suara berat itu. "Simpan dulu ponselmu itu! Atau Papa akan melarangmu untuk menggunakan ponsel."

Dalam hitungan detik, Lili langsung menyembunyikan ponselnya ke belakang tubuhnya takut ponselnya akan diambil. "Ada apa sih?"

"Lili!" Tegur Mama yang duduk disamping Papa. "Yang sopan!"

"Maaf," ucap Lili.

"Kamu sudah mengerjakan tugas Sekolahmu?" Tanya Papa.

"Sudah. Pulang Sekolah aku langsung mengerjakan tugas Sekolahku semuanya," jawab Lili.

"Kapan ujian Sekolahmu?" Tanya Papa menatap wajah anak gadisnya yang tidak jauh berbeda dengan wajahnya.

"Beberapa bulan lagi," jawab Lili. "Memangnya kenapa?"

Papa tersenyum. "Jika nilai ujianmu bagus, Papa akan memberikan hadiah untukmu."

"Benarkah?" Tanya Lili dengan mata yang langsung berbinar.

"Begitu mendengar kata hadiah, langsung saja matamu seperti mau loncat ke luar," celetuk kakaknya yang dari tadi duduk di sudut sofa sambil main game diponselnya.

Lili mencibir melihat ke arah kakaknya. "Berisik!"

"Papa terlalu memanjakannya, hanya karena ujian saja mau memberinya hadiah. Nanti dia belajar bukan karena ingin pintar tapi karena ingin hadiah yang Papa berikan," ucap Galen yang balas mencibir melihat adiknya.

"Berisik! Jangan ikut campur! Ini urusanku dengan Papa, orang luar dilarang ikut bicara!" Ucap Lili ketus.

"Eh,, sembarangan orang luar! Aku ini kakakmu dan juga anak laki-laki Papa dan Mama. Namaku Galen Aegis Abercio, sembarangan kalau bicara!"

"Sttt! Berisik!" Lili menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sebagai tanda menyuruh kakaknya untuk diam.

"Eh,, tidak sopan. Lihat Pa Ma, Lili tidak sopan pada kakaknya. Tidak ada yang mengajarimu seperti itu di rumah ini," ucap Galen.

Lili yang kesal karena kakaknya terus menerus bicara, akhirnya melempar bantal kursi ke arah kakaknya. "Bisa diam tidak?!"

Galen spontan menghindari bantal kursi yang hampir mengenai wajahnya. "Lili!"

Melihat bantal kursi yang berhasil dihindari kakaknya, Lili kembali melayangkan bantal kursi yang ada didekatnya. "Kakak ini selalu menggangguku. Tidak bisa kalau sehari saja tidak menggangguku!"

Galen kembali menghindari serangan bantal kursi yang melayang ke arahnya. "Lihat Pa Ma. Anak gadis kalian sedang mengamuk!"

Tuan Andreas dan Nyonya Agatha hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya yang tidak pernah bisa akur jika mereka sedang berdekatan. Mereka hanya bisa menarik napas, mengumpulkan kesabaran sebelum akhirnya suara berat Papa melerai keduanya.

"Lili! Galen! Hentikan!" Teriak Papa.

Lili langsung menghentikan aksinya. Napasnya naik turun dengan wajah memerah melihat kakaknya, tetapi begitu mendengar suara Papanya yang meminta mereka berhenti, langsung saja Lili menghentikan aksinya sementara Galen yang posisinya sedikit jauh dari mereka bertiga hanya tersenyum meledek melihat adik kesayangannya yang sedang menatap dirinya dengan kesal.

"Kalian ini sudah besar. Kenapa kelakuan kalian ini seperti anak kecil? Selalu saja begitu!" Ucap Papa.

"Duduk Lili," ucap Mama melihat anak gadisnya yang berdiri karena kesal sambil melihat kakaknya.

Galen menjulurkan lidahnya. "Rasain!"

"Galen!" Tegur Papa.

Galen garuk-garuk kepala tidak gatal begitu mendengar Papanya menegur dirinya. "Iya Pa."

"Duduk kalian berdua!" Ucap Papa tegas.

"Sudah tahu kakakmu senang menggodamu, kamu malah melayaninya. Biarkan saja kakakmu itu, semakin kamu kesal semakin senang kakakmu itu menggodamu," kata Mama melihat Lili yang sedang cemberut.

Galen nampak tersenyum melihat Lili yang sedang kesal dengan ujung mata yang melihat ke arahnya.

Papa menghela napas. "Kamu mau mendengar Papa bicara atau tidak?" Tanyanya menatap anak gadisnya.

"Iya, lanjutkan," jawab Lili berusaha menekan rasa kesalnya.

"Papa akan memberimu hadiah jika kamu mendapat nilai yang tinggi diujian akhir nanti. Kamu boleh meminta apapun yang kamu mau," ucap Papa.

"Benarkah?" Tanya Lili dengan mata berbinar.

"Iya, tentu saja. Sejak kapan Papa berbohong pada kalian?" Tanyanya.

Senyum Lili mengembang, pikirannya sudah mengkhayalkan apa kira-kira yang akan diminta dari Papanya.

Galen yang melihat adik tersayangnya nampak sedang mengkhayal, langsung bicara. "Pikirkan ujian Sekolah kamu terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai yang bagus, jangan mengkhayal sudah memimpikan minta hadiah. Nanti begitu nilai ujianmu jelek, kamu nangis."

Lili melihat ke arah kakaknya. "Bisa tidak sih, jangan ikut campur urusanku!"

"Tidak bisa, aku harus ikut campur. Karena kalau nilai ujianmu jelek, nanti aku juga yang repot harus mengurus adik yang bodoh," jawab Galen dengan kedua alis yang sengaja dinaik turunkan.

"Galen!" Tegur Mama.

Galen langsung membalikkan tubuhnya setelah mendengar teguran Mamanya.

Lili tersenyum. "Rasain!"

"Jadi sekarang, kamu belajar yang rajin. Ingat! Kalau kamu mendapatkan nilai yang jelek, tidak ada hadiah apapun dari Papa walau kamu merengek sekalipun," ucap Papa.

"Iya Pa," jawab Lili. "Aku akan belajar yang rajin biar dapat hadiah."

"Bagus! Tapi jangan karena ingin hadiahnya saja kamu jadi rajin belajar," kata Papa tegas.

"Iya Pa," jawab Lili senang.

Papa menarik napas panjang, melihat Mama yang duduk disampingnya. "Ini sudah malam, udara juga sudah semakin dingin. Kita masuk untuk istirahat. Besok kita harus bangun pagi-pagi."

"Iya," jawab Mama tersenyum. "Sebaiknya kita istirahat."

"Kalian berdua masuk kamar. Besok Lili harus Sekolah dan kamu Galen, bukankah besok ada meeting pagi-pagi dikantor?" Tanya Papa.

"Iya, Pa. Aku juga lelah sekali," jawab Galen bangun dari duduknya.

"Kamu juga masuk kamar," ucap Papa melihat anak gadisnya yang masih duduk. "Jangan main ponsel, kamu langsung tidur."

"Iya," Lili bangun dari duduknya sambil mengambil ponsel yang ada disampingnya.

"Ayo Ma!" Ajak Papa bangun dari duduknya.

"Ayo," Mama berjalan mengikuti Papa yang berjalan didepannya meninggalkan Lili dan Galen yang masih berdiri.

"Apa?!" Tanya Lili melihat kakaknya yang sedang tersenyum melihatnya.

"Hadiah! Belajar dulu yang benar, baru memikirkan hadiah," ucap Galen meledek.

"Bukan urusanmu! Pikirkan dirimu sendiri, jangan ikut campur urusanku," jawab Lili sambil berjalan melewati kakaknya.

"Aku yakin, pasti nilai ujianmu akan jelek. Dan saat itu terjadi, aku akan tertawa paling keras," ucap Galen yang kembali menggoda adiknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel