Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. DILEMA

Aldo memegang pipinya sambil meringis. "Oma, kenapa menepuk pipiku?"

"Bukannya menjawab, ditanya malah diam dan bengong saja."

"Karin memang tidak berterus terang menyukaiku tetapi aku tahu kalau dia menyukaiku," ucap Aldo.

"Darimana kamu mengetahuinya?" Tanya Oma.

"Dari caranya bicara padaku dan cara dia memperlakukan aku bahkan dia pernah salah bicara padaku," jawab Aldo. "Tidak seperti biasanya dia begitu."

Oma tersenyum. "Mungkin itu hanya perasaanmu saja."

"Tidak Oma," ucap Aldo pelan sambil garuk-garuk kepala tidak gatal.

"Katakan yang sebenarnya," ucap Oma. "Kamu terlalu berbelit-belit."

"Karin memang mengatakan padaku kalau dia menyukaiku Oma," ucap Aldo yang pada akhirnya bicara terus terang.

"Kapan?" Tanya Oma.

"Minggu lalu," jawab Aldo.

"Jadi itu yang akhir-akhir ini membuatmu jadi murung?" Tanya Oma.

"Murung? Aku tidak murung hanya menyibukkan diriku saja."

"Kamu tidak merasa dirimu murung tapi orang yang dirumah ini yang merasakan perubahan dirimu jadi berbeda," ucap Oma yang kembali tangannya membelai rambut Aldo.

"Padahal aku berharap Karin jangan punya perasaan lebih padaku. Aku hanya menganggapnya sebagai teman saja. Sekarang setelah tahu perasaannya padaku seperti itu, aku jadi merasa tidak enak hati, merasa canggung dan jadi serba salah. Kalau aku terlalu baik padanya, nanti dia anggap aku juga menyukainya tapi jika aku menjauh darinya, nanti dia anggap aku tidak menghargainya. Serba salah posisiku sekarang," ucap Aldo bicara panjang lebar.

"Oma pikir kamu menyukainya karena yang Oma lihat, kalian ini begitu dekat."

"Sama sekali aku tidak punya rasa apa-apa padanya, hanya sebatas teman saja, tidak lebih dan tidak kurang," jawab Aldo. "Menurut Oma, apa yang harus aku lakukan?"

"Hati memang tidak bisa dipaksakan, jika hatimu pada Karin seperti itu bicaralah baik-baik padanya. Tapi ingat, jangan menyinggung perasaanya karena biar bagaimanapun Karin ini adalah teman yang selama ini selalu ada untukmu."

"Itu yang membuat aku jadi bingung harus bagaimana menghadapinya. Jika aku merubah sikapku, nanti Karin akan tersinggung tapi jika aku tetap dengan sikapku yang sama memperlakukan dia, aku takut nantinya dia jadi salah menilaiku kalau aku menyukainya juga. Aku harus bagaimana Oma?"

"Apa kamu sudah bicara padanya kalau kamu tidak menyukainya?" Tanya Oma.

"Belum tapi dengan perubahan sikapku padanya mungkin dia sudah tahu tapi aku tidak tahu juga, apa dia mengerti atau tidak," jawab Aldo.

"Saran Oma, bicaralah padanya jika kamu hanya menganggapnya sebagai teman saja. Itu juga maksudnya agar dia tidak berharap padamu. Biarlah sakit hati sekaligus daripada nantinya mengharap yang tidak pasti jika kamu memang tidak menyukainya."

"Tidak Oma, aku tidak menyukainya. Cukup bagiku, dia kuanggap sebagai teman saja," jawab Aldo. "Apa dia tidak akan tersinggung?"

"Mungkin saja dia akan tersinggung bahkan dia akan sakit hati tapi itu jalan satu-satunya agar dia mengerti. Tapi Oma yakin, dia pasti akan mengerti. Dan pertemanan kalian akan seperti semula. Kamu juga tidak akan bingung lagi."

Aldo kembali bangun, duduk disamping Oma. "Mudah-mudahan dia mengerti dan tidak menyimpan rasa sakit hati padaku apalagi sampai dendam."

"Tergantung dari cara kamu bicara padanya, makanya tadi Oma bilang bicarakan dengan baik-baik karena ini menyangkut dengan perasaan yang sangat peka."

"Iya Oma," ucap Aldo pelan.

"Lalu kamu sendiri, apa di kampus tidak ada satupun yang kamu sukai? Begitu banyak gadis cantik, masa untuk mendapatkan satupun kamu tidak bisa? Atau kamu yang tidak menarik di mata para gadis itu?" Tanya Oma tertawa kecil.

"Tidak mungkin aku tidak menarik di mata para gadis, ganteng begini cucunya Oma. Akunya saja yang tidak tertarik dengan mereka semua, tidak ada satupun yang menarik hatiku."

"Tidak ada satupun yang menarik hatimu? Jangan kamu bilang kalau kamu ini tidak normal! Masa begitu banyak gadis cantik tidak ada yang menarik buarmu!" Ucap Oma mencubit pangkal lengan Aldo.

"Aaa!! Sakit Oma!" Teriak Aldo meringis mengusap kulitnya yang sakit akibat cubitan Oma. "Lagipula, aku ini masih normal bahkan sangat normal."

"Bagus kalau kamu masih menyukai wanita. Apa perlu Oma carikan seorang gadis untukmu?" Tanya Oma tersenyum dengan mata yang melebar.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau. Kenapa jadi melebar kemana-mana?!" Gerutu Aldo. "Aku tidak mau berurusan dengan makhluk yang namanya wanita. Mereka itu sangat merepotkan."

"Siapa bilang merepotkan? Justru kamu akan merasa senang karena ada yang menemani dan memperhatikan. Tidak seperti kamu sekarang, lihatlah setiap hari terkurung di dalam kamar. Temanmu hanya Karina dan kamar ini. Sungguh sangat tidak berwarna hidupmu. CK,, ck,, ck,," Oma menggoda Aldo.

"Aku nyaman dengan hidupku ini, tidak ada yang menggangguku," jawab Aldo. "Wanita hanya akan merepotkan saja, aku sangat yakin dengan hal itu."

"Itu karena kamu belum merasakan sentuhan seorang wanita. Aku ini berbeda sekali dengan Opamu yang sangat senang sekali bila melihat wanita-wanita cantik. Oma jadi tambah curiga, kamu ini normal atau tidak?"

"Oma apaan sih! Jangan ngaco deh!!" Aldo merengut kesal.

Oma tertawa kecil, berusaha untuk membuat Aldo melupakan masalahnya. "Itu buktinya, kamu tidak mau direpotkan wanita."

Wajah Aldo masih merengut. "Oma tidak mengerti. Saat ini, aku masih ingin seperti ini."

"Baiklah. Tapi kalau Oma mencarikan kamu seorang gadis, mau tidak?" Tanya Oma dengan mata yang berbinar menatap wajah cucunya yang sedang merengut. "Biar hidupmu tidak membosankan seperti ini."

Aldo melihat Oma. "Maksudnya apa ini? Oma mau menjodohkan aku?"

"Kurang lebih seperti itu, nanti Oma akan mencarikan gadis yang cantik dan baik untukmu," jawab Oma senang.

"Tidak! Tidak! Oma bicaranya semakin melantur kemana-mana. Aku tidak mau, lagipula aku juga masih mampu mencari wanita untuk diriku sendiri. Jangan aneh-aneh deh Oma!"

"Karin, kamu tidak mau. Terus sekarang kamu juga tidak punya kekasih jadi Oma ingin mencarikan kamu seorang gadis," kata Oma memaksa.

"Tidak mau! Biar aku cari sendiri. Sekarang Oma lebih baik jaga kesehatan saja, tidak usah memikirkan banyak hal apalagi mencarikan seorang gadis untukku. Nanti Oma jadi banyak pikiran dan akhirnya jatuh sakit." Aldo mengalihkan pembicaraan.

"Jangan bawa-bawa kesehatan Oma! Kamu pikir Oma ini orang tua yang penyakitan. Lihatlah! Oma ini masih kuat, untuk panjat pohon juga, Oma masih kuat," jawab Oma tidak mau kalah.

"Iya, aku percaya Oma masih kuat untuk naik pohon tapi pohon toge," ucap Aldo yang diakhiri dengan tawa berderai. "Ha-ha-ha-ha."

Oma pura-pura merengut, niatnya untuk menghibur dan mengajak cucu kesayangannya bicara dari hati ke hati ternyata berhasil.

"Awas kamu ya, meledek Oma!" Tangan Oma langsung menyerbu pinggang Aldo dengan cubitan demi cubitan sehingga tawa yang tadi berderai berubah menjadi teriakan.

"Ampun Oma! Ampun!" Teriak Aldo mencoba menghindari serangan tangan Oma.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel