4. KARIN SANG TEMAN
"Siapa yang meneleponku?" Gumam Aldo melihat layar ponselnya dan beberapa detik hanya terdiam melihat layar ponsel yang memunculkan nama seseorang.
"Apa aku harus menjawabnya? Kalau aku menjawabnya pasti nanti masalahnya akan semakin rumit. Apa yang harus aku lakukan?" Hati Aldo bicara sendiri dengan mata yang tidak beralih dari layar ponsel.
Getar ponsel kemudian berhenti. "Akhirnya berhenti juga," gumam Aldo berniat menyimpan ponsel kembali di atas meja tetapi ponsel kembali bergetar dan memunculkan nama yang sama di atas layar.
Aldo menghela napas. "Sebaiknya aku jawab saja, kalau tidak aku jawab pasti dia akan terus menerus menghubungiku dan menggangguku."
Aldo mengusap layar ponsel untuk menjawab panggilan telepon. "Halo. Karin."
Karin :
"Halo. Kenapa baru kamu angkat teleponku? Darimana saja kamu?!"
Aldo :
"Ada apa?"
Karin :
"Aku hanya ingin menelpon kamu saja."
Aldo :
"Jika tidak ada yang penting, lebih baik aku tutup teleponnya!"
Karin :
"Ada apa denganmu? Kenapa bicaramu ketus sekali?!"
Aldo :
"Aku sedang sibuk! Banyak tugas kuliah"
Karin :
"Padahal aku ingin mengobrol denganmu. Akhir-akhir ini kamu selalu sibuk atau kamu memang sengaja menghindar dariku."
Aldo :
"Aku tidak ada waktu untuk menemani kamu mengobrol. Aku banyak tugas. Teleponnya aku tutup."
Tanpa mendengar jawaban dari Karin, Aldo langsung menutup ponselnya. "Lebih baik seperti ini Karin, jangan mengharap lebih dariku. Kita ini hanya sekedar teman saja, aku tidak punya perasaan lebih padamu," gumam Aldo sambil memandang layar ponsel yang masih menyala.
"Aku harap kamu mengerti. Bukan aku tidak ada waktu tapi karena semakin kamu terlihat menyukaiku maka semakin aku akan menjauhi dirimu. Tetaplah menjadi teman untukku, jangan punya perasaan lebih," gumam Aldo. "Sikapmu itu telah membuat resah hari-hariku belakangan ini dan jika kamu tidak berubah, aku akan semakin menjauh darimu."
Aldo menghela napas lalu menyimpan ponselnya. "Lebih baik aku fokus dengan tugasku yang menumpuk begini. Ini jauh lebih penting daripada memikirkan Karin yang sekarang berpikir aneh tentang diriku."
Aldo kembali melihat layar laptop yang masih menyala, konsentrasinya dia fokuskan semua ke tugas kuliahnya.
Sementara itu, di dalam rumah yang sama tetapi dalam kamar yang berbeda. Nampak Mommy sedang bicara dengan Oma.
"Cynthia, sedang apa cucuku di kamar?" Tanya Oma dengan tangan yang sibuk merajut sebuah baju.
"Tadi waktu aku masuk, Aldo sedang mengerjakan tugas kuliahnya."
"Banyak tugas dia sekarang. Akhir-akhir ini sering sekali dia berada di dalam kamar. Bahkan aku lihat, sekarang jarang Aldo berolahraga," kata Oma dengan tangan yang sibuk merajut.
Cynthia diam beberapa saat lalu duduk mendekati Oma.
"Ada apa?" Tanya Oma yang sepertinya sudah tahu Cynthia akan mengatakan sesuatu. Walaupun Cynthia hanya menantu tetapi Oma sangat menyayangi Cynthia bahkan rasa sayangnya melebihi ke anaknya sendiri, Adrian Kantino Vicenzo.
"Aku melihat Aldo sepertinya sedang ada masalah," jawab Cynthia.
Tangan Oma berhenti merajut, dilihat menantunya yang juga sedang melihatnya. "Apa maksudmu?"
"Tadi aku dari kamar Aldo, kulihat dari matanya sepertinya dia sedang ada masalah."
"Apa kamu tanya padanya, kenapa dia?" Tanya Oma.
"Iya tapi dia bilang tidak ada apa-apa jadi aku tidak banyak bertanya lagi."
Oma melanjutkan lagi merajutnya. "Mungkin karena dia lelah, bukankah tadi kamu bilang dia sedang banyak tugas kuliah."
"Iya tapi sepertinya bukan karena tugas-tugas kuliahnya. Buat Aldo sebanyak apapun tugas kuliahnya, bukan masalah untuknya. Oma tahu sendiri kalau Aldo itu kutu buku."
"Mungkin tugasnya yang sekarang ini begitu banyak. Jangan terlalu berlebihan, rasa khawatir kamu itu nantinya akan mempengaruhi pikiranmu. Kalaupun Aldo memang sedang ada masalah, nanti juga dia akan cerita padamu. Bukankah selama ini, kamu adalah tempat curhatnya?"
"Iya. Apapun masalahnya, Aldo pasti akan cerita padaku," ucap Cynthia melihat tangan Oma yang sibuk merajut.
"Oma sedang merajut baju apa itu?"
"Baju hangat untuk Aldo, sebentar lagi musim dingin jadi Oma membuatkan ini untuknya. Dia pasti senang akan senang memakainya."
Cynthia tersenyum. "Tentu saja Aldo akan senang, dia anak yang baik walau kadang sifat pemarahnya sulit untuk dihilangkan. Moodnya bisa berubah dalam hitungan detik."
"Sifat marahnya itu didapatkan dari Daddy-nya tapi jauh di dalam hatinya, Aldo maupun Adrian sama-sama punya hati malaikat. Mereka sangat peduli dengan orang lain. Yang harus kita lakukan hanya banyak sabar jika menghadapi mereka berdua."
"Iya Oma," jawab Cynthia tersenyum menatap wajah mertuanya. Dirinya sungguh sangat beruntung memiliki mertua, suami dan anak yang sangat menyayanginya.
"Kamu masak apa hari ini untuk makan malam?" Tanya Oma tanpa mengalihkan pandanganya dari tangan yang sedang merajut.
"Kesukaan Aldo dan Daddy-nya," jawab Cynthia.
"Lalu kesukaanku? Kamu tidak membuatkannya untukku?" Tanya Oma.
"Tentu saja aku membuatkannya untuk Oma, bukankah selera kita sama?"
Oma tersenyum. "Jam berapa Adrian pulang dari kantor hari ini?"
"Aku tidak tahu, sepertinya akan pulang malam karena yang aku lihat Adrian sangat sibuk kemarin di ruang kerjanya. Dia tidur sangat larut malam."
"Benarkah?" Tanya Oma.
"Iya, dia ke luar dari ruang kerja dan masuk kamar sudah tengah malam. Entah pekerjaan apa yang membuatnya begitu sibuk."
Oma tidak bicara lagi sehingga tidak lama kemudian Cynthia pamit pergi ke kamarnya.
Adrian Kantino Vincenzo dan Cynthia Kantino Vincenzo merupakan orang tua dari Aldo Kantino Vincenzo. Keluarga yang sangat menjunjung tinggi apa arti nilai dari sebuah keluarga.
Oma sudah selesai merajut baju hangat untuk cucunya, perlahan merapikan semua peralatan dan benang. "Sebaiknya aku lanjutkan lagi nanti, rasanya pinggangku pegal karena dari tadi duduk terus."
Oma bangun dan sedikit merenggangkan ototnya. "Kalau sudah tua begini, rasanya semua tulangku sering merasakan sakit," gumam Oma.
Oma menghela napas kemudian memanggil asisten rumah tangganya. "Bibi! Bibi!!"
Dari arah belakang, terlihat Bibi datang dengan celemek yang terpasang ditubuhnya. "Iya, Nyonya besar."
"Simpan ini Bi dikamarku, ditempat biasa." Tunjuk Oma pada peralatan merajutnya. "Aku mau melihat Aldo sebentar."
"Iya, Nyonya." Bibi segera mengambil peralatan merajut Oma dan langsung pergi.
Oma perlahan berjalan menuju tangga dan menaiki undakan tangga satu demi satu. Walaupun usianya sudah lebih di atas 60 tahun dengan rambut yang didominasi warna putih tapi masih terlihat sangat sehat dan awet muda.
"Aldo!" Teriak Oma begitu sampai di depan pintu kamar cucunya. "Aldo!! Ini Oma."
Pintu kamar terbuka perlahan dan memunculkan wajah Aldo. "Oma, ada apa?"
Oma langsung membuka lebar pintu kamar dan berjalan masuk melewati Aldo yang masih berdiri.
"Tidak biasanya Oma ke sini. Biasanya aku yang ke kamar Oma," ucap Aldo. "Apa ada hal yang penting?"
