2. LILI ERCILIA ALEGRA
Pagi yang sangat indah, sang Surya dengan cahaya keemasannya telah muncul diufuk Timur untuk menerangi alam jagat raya. Udara pagi yang segar disambut ceria oleh burung-burung yang berkicau di antara daun-daun yang bergoyang diterpa angin pagi yang sepoi-sepoi.
"Lili! Apa kamu sudah bangun sayang?" Terdengar teriakan seorang wanita dari luar pintu kamar. "Lili!!"
Tidak ada jawaban, sepi. Di dalam kamar sendiri, terlihat seorang gadis muda dengan paras cantik masih tertidur dengan nyenyaknya di dalam selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Lili! Bangun!!" Teriak dari luar pintu kamar. "Ini sudah siang, nanti kamu terlambat pergi ke Sekolah! Sampai kapan kamu mau tidur seperti itu?!!"
Gadis yang berada di dalam selimut terlihat menggerakkan tubuhnya. "Berisik sekali," ucapnya di dalam hati dengan mata yang masih tertutup rapat.
Pintu kamar terdengar diketuk beberapa kali. "Lili!! Bangun atau Mama dobrak pintu kamarmu ini!"
Lili perlahan membuka matanya. "Mama ini sangat berisik," gumamnya pelan dengan suara serak ciri khas orang bangun tidur.
"Lili!!" Terdengar suara Mamanya memanggil kembali. "Cepat bangun!!"
"Jam berapa sekarang?" Gumamnya sendiri tanpa melakukan pergerakkan apapun.
"Lili, sudah bangun atau belum?!" Tanya Mamanya dari luar kamar.
Mau tidak mau, Lili menjawab panggilan Mamanya. "Aku sudah bangun Ma!!" Teriaknya dengan suara serak.
"Ini sudah siang, cepat mandi! Nanti kamu kesiangan berangkat ke Sekolah dan tidak sempat sarapan," Teriak Mamanya. "Kita semua menunggumu di ruang makan!"
"Iya Ma!" Jawab Lili sambil menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan segera turun dari tempat tidur.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Lili untuk mempersiapkan dirinya. Setelah melihat penampilannya rapi dicermin, Lili segera ke luar dari kamar kesayangannya untuk menyambut harinya yang entah akan bernasib baik atau bernasib buruk.
Diruang makan terlihat Mamanya tersenyum melihat anak kesayangannya datang dengan tas Sekolah dipunggung. "Cepatlah sarapan! Kamu ini selalu kebiasaan bangun kesiangan, sudah tahu Sekolahnya masuk pagi selalu tidak bisa untuk bangun pagi."
"Iya! Memang begitulah ciri-ciri orang pemalas. Anak gadis seperti itu, sulit untuk mendapatkan jodoh. Tidak ada laki-laki yang mau dengan seorang pemalas!" Ucap seorang pria muda dengan paras mirip Lili sedang duduk disamping Mamanya dengan senyum meledek terlihat diwajahnya.
"Bukan urusanmu!" Jawab Lili dengan ketus. "Daripada sibuk memikirkan kelakuanku dan jodohku, lebih baik urus dirimu sendiri. Kakak juga sudah tua masih belum punya pacar, itu tandanya kakak tidak laku!" Jawab Lili dengan tangan menarik kursi untuknya duduk.
"Eh, sembarangan! Aku bukannya tidak laku tapi aku seleksi dalam memilih pasangan! Kamu yang tidak laku!" Jawab kakaknya.
"Seleksi apanya?! Memang kenyataanya tidak laku! Kalau aku berbeda, masa depanku masih sangat panjang. Aku masih muda! Kalau kakak sudah tua!!" Ucap Lili mencibir.
"Kamu ini ---," kalimat kakaknya menggantung setelah terdengar dehaman suara laki-laki yang terdengar berat.
"Hm, hmm!"
"Apa tidak bisa kalian berdua ini kalau bertemu tidak bertengkar?! Setiap bertemu pasti ada saja yang kalian ributkan!" Ucap Mamanya menatap wajah kedua anaknya.
"Dia yang mulai duluan!" Jawab Lili melihat kakaknya.
"Kamu yang mulai!" Jawab kakaknya tidak mau kalah dengan menatap tajam wajah adiknya.
"Kakak! Bukan aku!!"
"Kamu!!"
"Lili Ercilia Alegra! Galen Aegis Abercio! Apa yang kalian ributkan?!" Tanya suara berat dari ujung meja makan.
Dalam sekejap mendadak hilang suara yang tadi ribut, keduanya langsung diam seribu bahasa setelah mendengar suara laki-laki yang sangat disegani di rumah.
Mama menghela napas. "Kalian ini seperti anak kecil. Setelah mendengar suara Papa kalian, baru bisa berhenti."
"Apa yang kalian berdua ributkan?!" Tanya laki-laki yang cukup umur dengan sebagian uban mendominasi rambutnya tetapi masih terlihat gagah menatap tajam kedua wajah anaknya yang sedang menunduk.
"Tidak ada," jawab Galen pelan.
"Kalau tidak ada lalu kenapa kalian ribut?!" Tanyanya lagi.
"Sudah Papa, kita sarapan saja. Ini sudah siang, nanti kalian terlambat," ucap Mama mengalihkan suasana yang sedikit tegang dengan mengusap tangan Papa yang ada disampingnya.
Papa tidak bicara lagi lalu melihat istri tercintanya. Wajah yang selalu bisa menenangkan dirinya dalam keadaan marah atau sekesal apapun hatinya.
"Papa mau sarapan dengan apa? Nasi goreng atau roti bakar" Tanya Mama lembut.
"Apa saja," jawab Papa. "Kalian berdua cepatlah sarapan kalau tidak ingin terlambat!" Ucap Papa melihat kedua anaknya yang masih diam.
"Iya, cepatlah sarapan," sambung Mama sambil mengambil nasi goreng untuk suaminya.
Tanpa membuang waktu, Lili segera mengambil roti bakar begitupun dengan Galen. Meskipun keduanya tidak bersuara dan sedang menikmati sarapannya tetapi pandangan mereka masih terlihat saling mengejek.
Mama hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua anaknya, sementara Papa sudah sibuk menikmati nasi goreng buatan istri tercintanya.
Begitulah kegiatan rutin setiap pagi di rumah seorang pengusaha sukses yang merajai dalam segala bidang, mulai dari ekspor impor rempah-rempah sampai merambah ke dunia properti.
Tuan Andreas Ozzi Lisandro, suami dari Nyonya Agatha Ozzi Lisandro merupakan seorang pengusaha yang bertangan dingin. Semua lawan bisnisnya selalu dibuat tidak berkutik jika dirinya sudah terjun langsung dalam dunia bisnis.
Di bawah naungan perusahaan raksasa yang dipimpinnya, PT. Sky Gold Star serta dukungan dari anak laki-lakinya yang juga tangan kanannya, Galen Aegis Abercio perusahaan SGS mengembangkan sayapnya lebar-lebar ke segala penjuru, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Galen," panggil Ayah melihat anak laki-lakinya yang sudah selesai sarapan.
"Iya Pa," jawabnya.
"Kamu sudah selesaikan semua masalah dengan perusahaan asing yang kemarin komplain dengan perusahaan kita?" Tanya Papa.
"Sudah Pa, aku sendiri yang terjun langsung bertemu dengan Presdir perusahaan itu," jawab Galen.
"Bagus! Kamu sebagai wakil Papa harus selalu bisa menyelesaikan dari setiap masalah di perusahaan kita. Papa percayakan semuanya padamu tapi jika ada yang tidak bisa kamu selesaikan segera beri tahu Papa."
"Iya Pa," jawab Galen langsung berdiri dari duduknya lalu merapikan jas dan dasinya.
"Kamu mau berangkat sekarang?" Tanya Mama melihat anak laki-lakinya.
"Iya Ma. Ada meeting pagi ini di kantor," jawab Galen.
"Kamu mau ikut dengan kakakmu atau pergi sendiri?" Tanya Mama melihat anak gadisnya yang masih sibuk minum susu.
"Aku buru-buru Ma, tidak bisa mengantar Lili ke Sekolah," ucap Galen.
Lili yang sudah selesai minum susunya langsung menjawab. "Lagipula, siapa yang mau ikut denganmu?! Aku mau pergi sendiri ke Sekolah."
"Kamu ikut Papa saja," ucap Papa tersenyum.
"Iya, aku ikut Papa," jawab Lili.
"Kalau begitu aku pergi!" Galen langsung mencium pipi Mama dan pergi meninggalkan mereka bertiga dengan terburu-buru.
"Lili, kamu sudah selesai sarapannya?" Tanya Papa.
"Sudah Pa," jawab Lili.
Papa langsung bangun dari duduknya. "Kita pergi sekarang, nanti kamu terlambat masuk kelas."
Lili segera membersihkan bibirnya dengan tisu dan pergi mengikuti Papa yang sudah berjalan terlebih dahulu didampingi Mama.
Di depan rumah, terlihat sopir pribadi mereka telah menunggu disamping mobil yang telah siap untuk mereka pakai. Begitu melihat majikannya datang, sopir dengan cepat segera membukakan pintu.
