Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

# 6. GUNUNG KEMUKUS 1

Bicara soal gunung kemukus tidak lepas dari sosok pangeran Samudro yang melegenda di tanah jawa tentang hubungan cintanya dengan dewi Ontrowulan, sang ibu kandung sendiri.

Ada dua versi cerita tentang pangeran Samudro ini. Pertama versi Majapahit dan versi Mataram. Pada akhir masa runtuhnya Majapahit oleh Mataram yang dipimping raden Fatah. Sebagian pangeran trah Browijoyo V. melarikan diri karena ingin mempertahankan keyakinan hindunya. Mereka mengembara dan akhirnya menetap di desa Pendem, Sumber Lawang, Sragen. Diantaranya adalah pangeran Samudro. Konon merekalah cikal bakal penduduk desa Pendem tersebut.

Kedua, versi Mataram. Konon pangeran Samudro adalah anak pangeran di Pajang pada masa pemerintahan sultan Hadiwijoyo atau Joko Tingkir.

Dikisahkan pangeran Samudro menjalin hubungan asmara dengan dewi Ontrowulan, ibunya sendiri. Suatu ketika sang ayah memergoki pangeran Samudro dan dewi Ontrowulan melakukan hubungan intim. Sang ayah murka. Pangeran Samudra diusir dari rumah.

Pangeran Samudra mengembara tanpa tujuan, hingga akhirnya sampai di desa Pendem. Beberapa waktu berselang dewi Ontrowulan mencari sang anak dan ketemu.

Pada saat mereka berdua ingin melampiaskan kerinduan, masyarakat keburu memergoki. Mereka berdua direjam hingga tewas kemudian dikuburkan dalam satu liang dibukit yang sekarang dikenal dengan gunung kemukus.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir pangeran Samudro berujar bahwa barang siapa yang mau menuntaskan niatnya berhubungan intim seperti yang akan mereka lakukan, segala keinginannya akan dikabulkan.

Mulanya masyarakat menganggap bahwa ujaran pangeran Samudra hanyalah omong kosong belakang. Namun setelah terjadi keajaiban dimakam pangeran Samudro, yaitu munculnya kabut semacam asap berbentuk sesuatu, masyarakat mulai berpikir bahwa pangeran Samudro bukanlah orang sembarangan. Itu merupakan asal usul nama "gunung kemukus" atau gunung yang mengeluarkan asap.

Masyarakat desa Pendem pada saat itu masih kental akan keyakinan pada animisme, dinamisme. Tidak heran bila kemudian makam tersebut dikeramatkan. Entah siapa yang menggagas ritual yang berpedoman pada ujaran pangeran Samudro, yang jelas masyarakat sekitar bahkan sampai diluar wilayah desa mulai berdatangan untuk ziarah dan ada pula yang datang untuk maksud tertentu seperti mencari pesugihan dengan menjalani laku seperti ujaran pangeran Samudro, yaitu melakukan ritual tak senonoh dengan pasangan selain suami atau istri.

Seiring perjalanan waktu, gunung kemukus makin ramai dikunjungi menjadi destinasi wisata religi berbalut maksiat. Melihat gelagat buruk tentang praktik ritual asusila tersebut, pada tahun 1978 pemerintah kabupaten Sragen mengeluarkan perda 15 tahun 1978 tentang pelarangan praktik asusila di komplek pemakaman keramat pangeran Samudro. Akan tetapi perda tersebut seakan hanya pemanis bibir, karena nyatanya di komplek pemakaman tersebut justru semakin ramai dikunjungi peziarah.

Warung remang remang yang menyediakan jasa perempuan untuk ritual makin subur. Bahkan pada tahun 1983 pemerintah kabupaten lewat dinas pariwisata mengambil alih pengelolaan sebagai jargon wisata.

Gaung tentang gunung kemukus dengan keunikan ritualnya bahkan sampai ke manca negara setelah seorang jurnalis Australi menulis jurnal yang bertajuk"travel sex on cubeb mountain".

Memalukan memang, tapi nyatanya animo masyarakat tidak surut. Entah kapan hidayah kan datang untuk menyadarkan mereka.

*Gunung kemukus terletak di desa Pendem, kecamatan Sumberlawang, kabupaten Sragen. Sekitar 30 km sebelah

utara Solo.

"KISAH EKO DI GUNUNG KEMUKUS"

Jogya, jumat pon 1973

Eko dan Utut pulang setengah hari dan laporan pada juragan Bardi kalau sore nanti ada carteran ke gunung kemukus. Mungkin besuk pagi baru pulang. Juragan Bardi mengijinkan dan hanya minta Utut setoran satu hari seperti biasa asal bisa jaga keselamatan.

Utut dan Eko adalah patner kerja sebagai sopir angkutan umum dengan mobil jenis colt T.120.open window belakang, dimana Utut selaku driver dan Eko kernet. Pada hari biasa mereka kerja dari jam enam pagi hingga jam enam petang. Hari ini mereka dapat carteran ke gunung kemukus. Setau mereka berdua, rombongan yang dikepalai mak Umi sekedar ziaraah ke makam pangeran Samudro, mereka tidak tau siapa sebenarnya orang yang dikeramatkan itu, yang penting dapat duit.

Jam empat mereka berangkat lewat jalan Solo. Mak Umi duduk di depan sebagai penunjuk jalan, sedang Eko duduk dibelakang bersama empat orang perempuan dan dua orang lelaki. Eko bertanya tanya kenapa ziarah ke makam malam hari. Sedangkan siang hari aja kadang serem, apalagi malam hari.

Jam enam mobil masuk kota Solo kemudian belok kiri masuk jalan Purwodadi. Tigapuluh menit berselang mobil masuk jalan desa Belawan. Disebuah tempat cukup luas semacam tanah lapang, mobil berhenti. Disitu sudah banyak mobil dan kendaraan roda dua terparkir. Ada sekitar enam buah warung kopi dengan penerangan lampu patromak. Semua orang berjalan menuju arah bukit.

"Kalian tunggu disini aja ya. Subuh kami baru turun." kata mak Umi.

"Ya, mak."

"Nih, buat beli rokok."

Mak Umi dan rombongan berjalan menuju bukit.

"Ngopi dulu yuk." ajak Utut.

"Aku heran, ziarah apa sih malam malam gini." Eko mulai penasaran.

"Ziarah apa kek yang penting kita dibayar."

Saat mereka ngopi, mereka ngobrol kesana kemari.

"Kalian nggak naik, " tanya pemilik warung.

"Nggak mbak, kami hanya mengantar mereka. Kami ini supir angkot yang dibarter mereka, " jawab Urut.

"Emang mereka pada ngapain mbak? " tanya Eko

Pemilik warung menjelaskan kalau mak Umi dan rombongan mungkin ngalap berkah pangeran Samudro minta pesugihan. Ada juga yang punya hajat lain seperti naik jabatan, minta nomor togel, ( saat itu lagi rame ramenya SDSB ). Bila punya hajat seperti itu harus ikut laku ritual.

"Kalau mas mau ikut laku ritual, disini ada kok jasa untuk melayani laku situasi. Satu malam cuma 300 ribu. "

Urut dan Eko saling pandang, mereka berdua tidak tau apa yang dimaksud memiliki warung. Setelah pemilik warung menjelaskan apa yang ia maksud, mereka berdua serentak tertawa.

"Kamu.aja tuh," kata Eko seraya mendorong dodong bahu Utut. Pada saat uang bersamaan, keluar. dua. orang perempuan dari dalam.

Pemilik warung memberi tau dengan isyarat kalau kedua perempuan itu salah satu dari penyedia jasa menemani tidur.

"Sakit kepala, " gumam Utut seraya bangkit membayar kopi mereka.

Mereka berdua kembali ke mobil. Ngobrol kosong sambil klepas klepus merokok kaya lokomotif. Memang begitu adat perokok, kalau dapat rokok gratisan sambung puting ngrokoknya. Tanpa terasa masing masing sudah habis 3 batang rokok kretek. Bibir sampai ndower rasanya. Tiba tiba rasa penasaran Eko muncul lagi.

"Kita liat keatas yuk.Jadi pengen tau ada apa diatas sana. Siapa tau dikasih nomor jitu.." kata Eko.

"Males. Ngantuk. Kamu aja sendiri kesana." ujar Utut.

Didorong rasa penasaran, Eko memberanikan diri kesana. Tapi ditengah jalan berhenti, ya kalau dikasih nomor jitu, kalau dihadang gendruwo gimana. Nyali Eko surut. Tiba tiba ada dua orang naik, Eko mengikuti.

Diatas Eko melihat orang orang antri di pondok mbah Imam Dimejo, juru kunci makam generasi ke tiga. Mereka antri untuk melakukan ritual tahap awal, yaitu mandi kembang telon di sendang trowulan. Ada juga orang orang yang tidak ikut antri, mereka langsung menuju bangsal Sonyoruri dimana makam pangeran Samudro disemayamkan.

Eko tidak berani naik ke bangsal. Ia memperhatikan orang orang yang antri mandi di sendang trowulan karena ada yang mencurigakan disana. Usai mandi, atau menyiram kepala beberapa gayung baik lelaki maupun perempuan mereka menghilang masuk semak semak di sekitar situ sambil membawa tikar pandan kecil yang disewa.

Eko makin penasaran, ritual apa lagi yang mereka lakukan. Ia memutar kekanan ingin melihat dari arah berlawan dari sendang. Baru masuk beberapa langkah kedalam semak semak dibawah pohon besar, Eko melihat beberapa titik dalam semak semak tersebut bergoyang goyang. Eko komat kamit baca doa sekenanya. Perasaan takut dan penasaran bergolak dalam hati dan akhirnya rasa perasaan yang menang. Eko berjingkat jingkat menghampiri salah satu titik dimana semak semak itu bergoyang, dibawah sinar bintang gemintang cukup jelas bila ada babi atau binatang lain. Tapi, apa yang dilihat Eko sungguh diluar dugaan. Darah Eko berdesir, jantung terpacu, tubuh gemetar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel