Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3 - PAHLAWAN KESIANGAN

Aldo sedang memperhatikan Agatha yang terlihat bercucuran keringat di bawah matahari dengan muka cemberut dan gerutu kecil yang keluar dari bibir mungilnya, Aldo suka pemandangan ini sinar matahari terik, lapangan sekolah yang menjadi tempat favorite nya untuk menyalurkan hobi, cewek yang dari dulu hingga sekarang selalu membuat senyumnya mengembang, ditambah sekarang cewek itu sedang berkorban untuk membantunya.

“Hai cowok sendirian aja nih?” Okky mencolek dagu Aldo dan diikuti tawa Rangga.

“Idih jijik gue Ky, masih normal gue.” ucap Aldo ngeri menatap sahabatnya ini.

“Lagian lo malah enak-enakan makan bakso, bukannya lo di hukum Pak Satya ya?” Tanya Okky sambil mengambil mangkok bakso Aldo.

“Tuh ada yang mau sok-sok an gantiin gue.” Aldo mengarahkan matanya ke tengah lapangan.

“Wow si cewek judes perfeksionis itu? Gila mamen ada angin apa nih si bad boy kita bisa deket sama musuh bebuyutan?” Tanya Rangga, Aldo sedang berkonsentrasi meminum air mineral Rangga.

“Dia yang minta, gue mah kalau ada rezeki masa ditolak?” ucap Aldo pada akhirnya.

“Gue denger tadi ada adegan hot lu sama Agatha di kelas, wah ngapain lo? Aldo ya udah gede.” Okky menepuk bahu sahabatnya.

“Gak sengaja, gini-gini gue masih waras gak mau ngerusak anak orang apalagi yang modelnya polos begitu.” Aldo menunjuk Agatha yang sedang berjalan mendekatinya.

“Satu menit lagi bel, lo tinggal selesaiin sisanya.” Agatha sudah mandi keringat seragamnya bahkan basah kuyup seperti orang yang diguyur air, keringatnya masih deras membanjiri wajahnya, kulit putihnya sekarang memerah, rambutnya sudah lepek tak karuan, ia langsung berjalan cepat karena takut bel sudah berbunyi.

“Kita juga naik deh, duluan bro.” Ucap Rangga menepuk bahu Aldo.

“Ky, gue minta tolong lo kasih jaket gue ke Agatha sama beliin dia tissue.” Aldo melihat seragam Agatha tembus pandang walaupun ia memakai kaos dalam tapi tetap saja tak enak di pandang oleh Aldo.

“Duitnya mana?” Tanya Okky serius.

“Pake duit lo dulu deh.” Aldo nyengir, dan dibalas dengusan Okky saat mulai jauh jarak mereka.

“Lunas ya, bakso gue lo abisin.” Teriak Aldo kesal karena menyadari baksonya habis.

*******

“Aduh seragam gue basah banget, mana bisa gue ikut ulangan Pak Rama.” Agatha sekarang sedang berada di toilet dan berkaca melihat wajahnya seperti kepiting rebus yang diguyur air.

Diluar toilet cewek terdengar perdebatan dua orang sahabat. “Udah lo aja yang masuk” ucap Okky.

“Kan lo yang di suruh Aldo kenapa jadi gue?” ucap Rangga mendorong Okky.

“Yah kan kita sohib.” Okky kembali mendorong Rangga.

“Udah lo aja ah.” Rangga sekarang mendorong Okky hanya lebih kencang dan akhirnya mereka masuk bersama dan terjatuh di samping Agatha, itu membuat Agatha kaget sekaligus panik jadi ia berteriak kencang.

“AAA..!!!!!” Teriaknya.

“Ehh lo jangan teriak, bisa di amuk Pak Satya kita.” Rangga langsung menutup mulut Agatha.

“Lo berdua ngapain? Mau ngintipin cewek ya?” Agatha langsung menuduh dengan mata tajam serta mulut pedas.

“Astaga Tha, dosa lo fitnah anak baik dan ganteng kayak kita.” Ucap Okky sedih.

“Buruan woy, nanti kita gak bisa ikut ulangan.” Rangga mengingatkan.

“Oh iya, nih buat lo dari Aldo.” Setelah itu Okky pergi begitu saja bersama Rangga.

“Dari Aldo?” tanyanya.

*******

“Kamu tau kan peraturan di kelas saya? Tidak boleh ada yang terlambat! Sekarang saya lihat kamu mulai tidak taat aturan padahal kamu ini Ketua OSIS, bagaimana anak buah benar jika pemimpinnya saja melanggar aturan sudah gitu pake jaket lagi?” Baru saja Agatha terlambat sekian detik tapi sudah kena semprot panjang kali lebar.

“Maaf pak, saya mohon kali ini maafkan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi.” Agatha menunduk sedih bahkan ia ingin menangis.

“Dia lagi sakit pak makanya pake jaket.” Ucap sebuah suara dari belakang.

“Kamu ini anak nakal ikut-ikutan saja, dari mana kamu?!” Tanya Pak Rama menyelidik.

“Maaf pak saya lancang, saya habis dihukum Pak Satya dan Agatha memang sakit, dia tadinya mau izin pulang tapi, karna mengingat ulangan dia tidak jadi coba di pertimbangkan pak.” Aldo dengan berani dan percaya diri membela Agatha membuat satu kelas terperangah kaget.

“Baik kalau begitu, saya kasih kesempatan setelah pulang sekolah temui saya di ruang guru kamu akan ikut ulangan susulan dan Aldo saya hargai keberanian kamu membela yang benar kamu boleh ikut ulangan saya nanti bersama Agatha.” Keputusan Pak Rama membuat hati Agatha lega, memang Pak Rama sangat menghargai murid yang mengutamakan pelajaran khususnya ulangan bila hanya sakit sedikit, ia paling tidak suka murid yang alasannya sakit agar bisa menunda ulangan.

“Sekarang kalian keluar, saya akan mulai ulangan.” Pak Rama mengambil tumpukan kertas ulangan.

“Baik pak, terimakasih.” ucap Aldo berjalan keluar dari kelas di ikuti Agatha yang masih menunduk setelah mengucapkan terimakasih pada Pak Rama.

“Thanks ya Do.” Hanya kalimat pendek ini yang bisa Agatha sampaikan, ia sedang di landa kecemasan juga kelegaan sekaligus masalahnya ini menyangkut nilai dan prestasinya serta jabatan penting yang ia emban. Agatha sekarang bingung karna Aldo hanya diam saja menutup matanya sambil duduk bersandar ditembok, jauh didalam lubuk hatinya ia ingin memarahi Aldo karena kalau tadi ia tidak membantu Aldo mungkin sekarang ia ada di dalam kelas dan mengerjakan ulangan matematika dengan baik tanpa harus berkeringat dan telat pulang sekolah.

“Emang salah gue ngebiarin lo bantuin gue.” Aldo masih dengan mata terpejam, Agatha bingung dengan perilaku Aldo yang tiba-tiba menjadi baik dan mengaku bersalah akhirnya Agatha memutuskan untuk duduk di samping Aldo bersandar pada tembok dibelakang mereka saat ini suasana sekolah sangat sepi jauh dari kata keramaian karena pastinya ini jam pelajaran tidak ada satupun anak yang lewat di koridor membuat perasaan Agatha lebih tenang, selama 10 menit berlangsung Agatha diam saja memperhatikan koridor dengan melihat ke kiri dan kanan sambil sesekali mencuri pandang pada Aldo.

“Masih 1 jam lagi dan kalau lo kayak gitu terus pala lo sengklek mau?” Tanya Aldo kesal menyadari Agatha melakukan hal yang menurutnya tidak berguna.

“Abisnya lo diem aja sih, ngobrol kek, curhat-curhatan kek.” Agatha kesal, ia tidak suka sepi ia suka keramaian dan omongannya hanya dibalas senyuman kecil oleh Aldo sudut bibirnya terangkat.

“Gue gak mau ngobrol sama lo.” Aldo kembali kepada wajah datarnya, Agatha kesal mengapa setiap kali bersamanya Aldo hanya diam saja dan irit bicara tapi berbeda ketika ia bersama yang lain.

Aldo mengeluarkan headset dan memakaikannya di telinganya dan yang satunya lagi. “Nih pake.” Aldo membuat Agatha yang tadinya melamun terlonjak kaget tapi akhirnya ia mengerti jadilah ia mendengarkan lagu yang di putar oleh hp Aldo, Agatha sangat menikmati lagu ini walaupun ia tidak pernah mendengarnya ini kelihatan seperti lagu-lagu klasik yang bercerita tentang cinta dan pengorbanan.

Aldo yang memang sangat suka tidur sekarang hanya beberapa menit mendengar lagu ini langsung tertidur nyenyak di pundak Agatha, awalnya Agatha risih terlebih saat merasakah aroma maskulin dari jaket Aldo dan aroma shampo pria pada rambut Aldo, ia tidak pernah sedekat ini dengan cowok dan pastinya ia berharap cowok pertamanya itu Alvin mengapa sekarang Aldo? Tapi, ia pikir ini awal yang baik untuknya lebih dekat dengan Aldo setelah itu ia akan semakin dekat dengan tujuan utamanya yaitu Alvin. Saat Agatha mulai nyaman dengan semua suasana yang baru baginya sesuatu yang tidak ia inginkan datang.

“Kok kalian di sini? Bukannya masih jam pelajaran ya?”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel