Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2 - HUKUMAN

Sekarang semua murid kelas XI IPA 1 sedang mencatat materi tentang “PELUANG” yang diberikan oleh Pak Rama, berbanding dengan Agatha yang sekarang sedang berpikir keras bagaimana caranya mendekati Aldo bagaimana caranya menemukan peluang agar ia bisa mendapatkan hati pujaannya secepat yang ia bisa.

“Mikir keras banget, padahal ini gampang loh.” senggol Ratih teman sebangku Agatha dan di balas senyuman oleh Agatha, sungguh sekarang pikirannya sedang bekerja sangat keras mencari peluang yang ada.

Agatha menoleh ke belakang dan menemukan buku dengan posisi menutupi wajah Aldo tandanya ia sedang tidur nyenyak, dulu Agatha pernah bertanya mengapa anak malas dan tidak berprestasi macam Aldo bisa masuk kelas unggulan tapi tidak ada yang aneh Aldo salah satu cucu dari pemilik sekolahan ini pantas dia diberi hak khusus.

*******

Bel pulang sekolah berbunyi semua anak langsung bersiap merapikan buku tulis, sementara Aldo baru bangun dari mimpinya yang membawa ia ke langit ke tujuh. Ada sesuatu yang membuat seorang Aldo kaget dan menggosok matanya untuk memastikan semua penglihatannya nyata.

“Apaan nih?” tanya Aldo saat melihat buku bersampul coklat dan plastik rapih terpampang di depan matanya.

“Tadi gue liat lo belom nyatet, itu bahan buat besok ulangan.” Ucap Agatha dengan sedikit bergetar.

“Kalau gue ambil nih buku, lo gak bisa belajar?” Aldo yang masih bingung namun berusaha menutupinya.

“Salin sekarang aja, gue tungguin.” Hampir saja Agatha terkena skakmat.

“Lo mau nungguin?” Tanya Aldo menyatukan kedua alisnya dan di balas anggukan oleh Agatha.

“Sejak kapan si angkuh ini sok care sama gue?” Tanya Aldo mengejek.

“Gue ketua kelas.” Ucap Agatha dan Aldo yang langsung mengerti pun tertawa cukup keras.

“Terus? Lo kan emang selalu jadi ketua kelas, tapi baru kali ini lo care lagi sama gue.” Ucap Aldo menatap ke arah Agatha sedangkan yang di tatap berusaha mengalihkan pandangan dan hatinya sedikit tertegun dengan ucapan ‘care lagi sama gue’

“Intinya lo mau atau engga?” Tanya Agatha mulai kehabisan kata.

“Engga.” Ucap Aldo santai sambil menenteng tasnya keluar kelas. Agatha hanya harus menetralkan suasana hatinya juga ekspresi wajahnya.

*******

“Ehem, ada yang cuman berduaan sama adek ipar.” Riska sedang mengeringkan rambutnya sambil skype dengan kedua sahabatnya.

“Apaan sih lo gak asik tau gak, pantes dia cuman punya dua temen.” Ucap Agatha kesal sambil merapikan bukunya.

“Yah lo kebanyakan di ruang OSIS sih, dia tuh punya banyak temen kali mungkin lebih banyak dari lo, Tha.” Ucap Febri santai sambil meneguk sebotol air mineral.

“Terserah deh, intinya gue kapok sama tuh cowok!” Ucap Agatha yakin.

“Kak Alvin?” Riska dan Febri bertanya bersamaan.

“Kenapa sih adiknya Alvin mesti Aldo, kalau adiknya dia Gio sih masih bisa deh gue deketin.” Agatha memasang muka paling jutek, Gio adalah murid yang paling pendiam namun menjadi saingan terberat Agatha di kelas dalam hal pelajaran.

“Justru ini tantangan buat lo, Tha!” Febri mencoba mengambil segi positifnya.

“Caelah si anak basket sok bijak deh.” Riska mulai meledek dan di ikuti tawa Agatha,

‘Terimakasih sahabat membuatku lupa tentang apa yang sedang ku alami.’

*******

“Tumben datang pagi?” Masih sepagi ini dan Agatha sudah langsung tancap gas duduk di samping Aldo yang sedang mendengarkan musik, hari ini ada yang sedikit berbeda karena dalam sejarah seorang Aldo tidak akan datang sebelum bel berbunyi tapi sekarang masih menunjukkan Pk 06.10 dan Aldo sudah duduk manis di kelas ini hal yang langka.

“Kepo banget sih lo!” Aldo dengan muka super jengkel menatap Agatha yang sudah menciut. Aldo sebenarnya sudah cukup peka Agatha mendekatinya dari kemarin dan tentunya ini hal yang tidak baik untuk jantung Aldo, walaupun wajahnya sangar tapi hatinya akan luluh melihat perempuannya berusaha mendapatkan perhatiannya.

‘Jangan terlalu PD, Aldo’ ucapnya dalam hati sedangkan di hati yang lain sedang menahan ledakan emosi, dia mendapatkan sikap ketus dari seorang bad boy sungguh ini penghinaan tapi ia mengingat muka Alvin setiap melihat Aldo, sabar Agatha.

“Gue kan tanya doang, biar kita lebih akrab gitu.” Agatha mencoba lebih nyaman saat berbicara dengan Aldo walaupun sekarang kegondokan menguasai relung hatinya.

“Lo pergi aja deh, ganggu!” Mata Aldo menatap sinis ke arah lawan bicaranya tapi, hati Agatha tak gentar ia mencoba membuat mukanya seperti tembok lalu terdengar dengusan dan kemudian Aldo berdiri bersiap ingin pergi.

“Jangan pergi dulu dong.” Agatha berusaha menahannya dengan tidak memberikan Aldo akses keluar sekarang keluarlah sifat asli Agatha yaitu keras kepala tetapi, Aldo tidak mau kalah ia berusaha melewati pertahanan Agatha mereka sempat saling dorong-dorongan sampai Aldo hampir terjatuh menimpa Agatha untung tangannya sempat menopang tubuhnya, sedangkan gadis dihadapannya ini hanya memejamkan mata, mengapa mereka bisa sedekat ini

“Kalian ini masih pagi sudah pacaran, ikut saya ke ruang guru.” Pak Satya guru killer yang tingkat disiplinnya di atas rata-rata melihat kejadian tak sengaja Agatha dan Aldo yang berujung bencana.

Agatha dan Aldo berjalan berdampingan dan didepan mereka ada Pak Satya yang sedang melihat ke sekeliling kelas siapa tahu ada kejanggalan yang terjadi di pagi hari, ini baru pertama kali seorang yang sangat teladan seperti Agatha berjalan menuju ruang guru karena ketakutan teramat karna hukuman biasanya dia akan dengan percaya diri menuju ruang guru untuk mendengarkan tentang deretan prestasinya saat ia sedang tertunduk ia melihat sebuah bayangan tak asing yang ada di sampingnya seseorang yang tak ingin melihatnya saat ini.

“KAK ALVIN!” suara Agatha memang cukup keras tapi untunglah tidak ada siapa-siapa dan lebih beruntungnya lagi orang yang disebutkannya tadi memakai headset.

“Lebay lo!” Ketus Aldo yang memang mendengar jelas kekagetan Agatha, kemudian berjalan memasuki ruang guru lebih dulu.

“Coba jelaskan mengapa kalian berduaan di kelas dan ada adegan sinetron yang saya tonton tadi?” Tanya Pak Satya dengan mata bak elang yang melihat mangsa, awalnya Agatha dan Aldo hanya diam saja tapi Agatha tidak ingin namanya dicap jelek jadilah ia.

“Jadi gini pak..” Baru Agatha ingin menjelaskan kejadian yang sesungguhnya.

“Tumben kamu masuk ruang guru? Agatha dapet prestasi apalagi Pak?” Tanya Bu Nina yang memang selalu menemani Agatha saat lomba.

“Dia kena kasus bu sama Aldo, ini saya lagi mau tangani.” Bu Nina seperti syok dan tak percaya perubahan air mukanya sangat nampak, tapi ia guru terbaik yang Agatha punya jadi ia tak mau memperkeruh suasana, ia tersenyum. “Selesaikan nak.” Ucap Bu Nina lalu pergi.

“Jadi gini pak, Agatha mau ajarin saya materi ulangan nah saya nya gak mau tapi, dia berusaha ngebujuk saya makanya tadi saya hampir jatuh ke atas Agatha gara-gara ada bapak saya gak jadi menang banyak deh.” Aldo menjelaskan dengan muka paling santai seperti tidak berbuat kesalahan itu yang membuat Agatha kaget dan pusing tiba-tiba kepalanya pening ia tidak menyangka akan jawaban Aldo yang diluar logika.

“Kamu ini makin ngelunjak aja, sekarang saya tau Agatha gak salah kamu boleh kembali ke kelas dan kamu Aldo sapu lapangan sampai bersih, ingat saya tidak mau ada satu sampah yang tertinggal.” Kali ini mata Pak Satya lebih menajam ke arah Aldo.

“Iya pak, jadi OB lagi deh saya.” Aldo langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan guru, kembali ini membuat Agatha membuka kedua mulutnya juga melebarkan mata ia kaget dengan sikap bad boy Aldo yang ia lihat dengan mata kepala sendiri. “Saya permisi Pak.” Ucap Agatha menetralkan perasaannya.

Agatha sedang memperhatikan Aldo, ia sedang menyapu halaman padahal ini sudah jam istirahat. “Aldo kenapa lagi tuh?” Tanya Febri di samping Agatha, sekarang mereka sedang memperhatikan Aldo dari koridor lantai dua sekolah.

“Gara-gara gue.” Agatha terdengar lesu.

“Serius lo? Lo apain dia?” Tanya Riska yang kaget.

“Dia ngebelain gue, semacam ngorbanin dirinya gitu.” Agatha tidak melepaskan padangannya dari Aldo.

“Ceritain yang jelas dong Tha, jangan sepotong-potong.” Riska geram dengan temannya satu ini.

“Tadi pagi gue ajak dia ngobrol nah dia mau menghindar dari gue ya gue coba halangin malah dia hampir mau jatuh diatas gue pas itu Pak Satya lagi patroli pagi.” Agatha menjelaskan dan diakhiri dengusan panjang.

“Gue sama Aldo di bawa ke ruang guru, dia bilang dia yang salah intinya gitu deh.” Agatha masih tidak melepaskan matanya dari Aldo yang tengah mengelap dahinya.

“Dan lo sekarang masih diem aja? Disini?” tanya Febri yang memperhatikan sahabatnya seperti tidak ada gairah hidup.

“Terus gue mesti gimana?” Tanya Agatha membalikan badan.

“Ini kesempatan lo, lo minta maaf dan kasih perhatian ke dia gue yakin dia luluh deh.” Ucap Riska yang di dukung anggukan kepala Febri.

“Sekarang nih? Ah males gue dia tuh sok jutek.” Agatha mulai patah semangat dalam menjalankan misi mendapatkan Alvin tapi, saat ia melihat ke tangga ada sosok penyemangat hidupnya yang seperti menaikan moodnya 100% ya itu Kak Alvin yang sedang membaca buku pelajaran ia menuju ke lantai tiga mengapa semakin hari wajahnya sangat tampan, mata Agatha berbinar seperti menemukan titik terang.

“Gue ke lapangan sekarang ya.” Agatha memantapkan hatinya dan dengan semangat melangkah turun ke bawah.

“Dia kesambet?” Tanya Febri dan di balas Riska dengan mengangkat kedua bahu.

Agatha sudah membawa handuk berwarna pink juga sebotol air mineral dingin serta keberanian yang sedang ia kumpulkan di tiap langkah, ia memantapkan langkahnya untuk kembali mencoba mendekati ketakutannya sendiri.

“Sorry ya gara-gara gue lo jadi gini dan gu-..“ Agatha sedang mencoba tidak menatap mata Aldo agar keberanian yang sudah ia kumpulkan itu tidak terbuang sia-sia.

“Lo bawel banget sih, pergi deh!” Aldo berbicara di bawah teriknya sinar matahari.

“Gak, gue gak akan pergi sebelum lo maafin gue dan terima ini.” Agatha memberikan semua yang ia bawa.

“Pertama ya gue gak ngerasa lo ngelakuin hal salah dan yang kedua gue punya duit bisa beli semua itu sendiri, oke? Urusan kita selesai, lo boleh pergi.” Aldo membalikan tubuh Agatha tapi memang dasarnya Agatha keras kepala jadilah ia membalik badannya menghadap Aldo membuat pria di depannya mendengus panjang dan memijat dahi.

“Gue masih banyak kerjaan, jangan buat gue tambah ribet dengan kehadiran lo.” Aldo kesal.

“Gue cuman mau minta maaf dan kasih ini aja.” Agatha memelas.

“Pertama gue cowok maco gak suka tuh warna pink dan yang kedua lo mau gue sakit ya lagi panas-panas gini gue di kasih minuman dingin?” Aldo sangat ketus dan lawan bicaranya hanya menunduk, hanya dia yang membuat Agatha tak berani menatap seseorang dengan rasa percaya diri.

“Yauda kalau gitu gue bantuin lo aja deh, ngerjain ini semua.” Ucap Agatha menaruh semuanya bawaanya dipinggir lapangan, Aldo kaget di tengah teriknya matahari seorang Agatha mau membantunya baik kalau begitu mari kita lihat.

“Boleh juga ide lo, gue tunggu di pinggir ya dan inget lo cuman ada waktu 7 menit sebelum bel masuk.” Aldo menyeringai jahil, ia sangat tau celah untuk mengerjai Agatha dan sekarang tepat pada sasaran.

Muka Agatha sudah memerah menandakan kekesalan teramat.“Kan dia yang dihukum kok gue yang ngerjain? Astaga gue udah gak kuat deh pake rencana ini mending gue deketin Kak Alvin langsung.” Agatha dengan gerakan cepat sambil memberikan suara kekesalan hatinya yang teramat pada Aldo.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel