BAB 15 - BERSAMA ALDO
“Lo gila ya?! Gue masih pake seragam dan lo ngajak gue malem-malem buat nongkrong di taman? Apa kata orang? Nanti gue dipikir siswi yang gak bener karena belum pulang ke rumah jam segini?” Agatha mengoceh panjang lebar membuat dirinya dan Aldo menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di taman sedangkan Aldo hanya menutup kedua telinganya mendengar suara Agatha yang seperti rel kereta api tanpa ada batasan dengan dada memburu karena emosi Agatha mulai tenang.
“Lo tuh ya berisik banget! Bawel! Gue cuman mau ngajak lo makan doang.” Ucap Aldo akhirnya menarik tangan Agatha menuju salah satu tukang bakso yang ada di pintu masuk taman dan adegan itu membuat Agatha lagi-lagi terdiam melihat reaksi Aldo yang tidak memarahinya balik, Aldo mengajak Agatha makan? Apa maksud Aldo mendekati Agatha, pertanyaan itu menghantui Agatha.
“Bang pesen baksonya dua porsi ya sama es teh manisnya juga dua.” Ucap Aldo tersenyum.
“Siap bang Aldo.” Ucap si abang tukang bakso, sepertinya Aldo sudah lama berlangganan di tempat itu.
Dalam suasana hening antara Aldo dan Agatha masing-masing kembali sibuk menatap lalu lalang orang kesana dan kemari yang di dominasi pasangan muda mudi sampai Aldo tidak tahan akan keheningan yang ada diantara mereka.
“Gue minta maaf bawa lo ke sini tanpa izin.” Ucapnya mengakui ini memang kesalahannya dan dibalas anggukan pelan oleh Agatha yang masih sibuk menghabiskan baksonya.
“Habis ini kalau lo gak keberatan, kita jalan bentar ke dalam taman.” ucap Aldo menawarkan.
“Yauda.” Jawab Agatha singkat.
“Yauda apanya nih?” tanya Aldo menggoda.
“Bodo amat!” ketus Agatha.
Lagi-lagi suasana hening ada di antara mereka, kali ini Agatha yang tidak tahan dengan suasana yang sudah tercipta.
“Kaki lo udah sembuh?” Tanya Agatha mengingat beberapa hari yang lalu Aldo berjalan dengan terseok.
“Udah kok, cuman masih nyeri kalau jalan.” Jawab Aldo menyeruput es teh manisnya.
“Yauda kalau masih sakit kita langsung pulang aja.” Saran Agatha kaget mendapat gelengan cepat dari Aldo.
“Jangan!” Hentaknya dan reaksi Aldo menimbulkan pertanyaan diwajah Agatha.
“Kenapa?”
“Lagian kaki gue udah gapapa, cowok itu gak boleh manja.” Aldo memegahkan diri dan di detik berikutnya.
“Aw..aw..!!!!” pekikan Aldo mengagetkan pembeli lainnya.
“Cowok gak boleh manja kan? Di injek kok teriak?” tawa Agatha pecah didetik itu juga, dia sangat tertawa lepas melihat muka Aldo, ia teramat bahagia bahkan ia sampai lupa kapan ia tertawa selepas ini.
“Dasar cewek galak!” ucap Aldo lagi.
“Eh enak aja lo ngatain gue galak!” Agatha langsung merubah ekspresi wajahnya saat ia dikatakan galak.
“Pantas aja deh anak-anak manggil lo nenek lampir, julukannya pas dan sesuai.” Ucap Aldo meremehkan.
“Lo pilih rumah sakit atau kuburan?” Agatha mengepalkan kedua tangannya menempatkan Aldo pada sebuah pilihan.
“Hmm.. gue pilih buat gak deket-deket sama nenek lampir!” Aldo terkekeh langsung bersiap kabur.
“ALDO!!..” Teriakan Agatha untuk yang kesekian kali membuat mereka menjadi pusat perhatian, Aldo sudah berlari.
“Bang baksonya ngutang dulu...!” teriak Aldo membuat si abang bakso menggeleng-gelengkan kepala melihat dua insan itu saling berkejaran.
Entah berapa lama sudah Agatha mengejar Aldo, ia pun telah lelah bagaimana mungkin Aldo dengan keadaan kaki seperti itu tidak terkejar olehnya mungkin ini karna dia malas mengikuti ekskul renang membuat nafasnya pendek dan mudah lelah.
“Capek ya ngejar cowok ganteng?” suara dari belakang membuat Agatha geram jadi ia segera berbalik bersiap menonjok muka Aldo jika saja satu gerakan singkat tak dilakukan Aldo.
“Buat lo.” Ucapnya memberikan setangkai bunga anggrek putih, Agatha tertegun.
“Romantis ya? Sampe blushing gitu?” goda Aldo membangunkan macan betina.
“Sok romantis!” Agatha menepis bunga dari Aldo, sejujurnya bunga itu adalah kesukaan Agatha dan mamanya bahkan dulu di halaman rumah mereka di dominasi tanaman anggrek putih.
“Jangan gengsi, terima aja!” Aldo mengambil tangan Agatha dan meletakkannya di telapak tangan Agatha.
*******
“Makasih ya.” Agatha berucap singkat saat mereka sudah sampai digerbang rumah Agatha yang bercat cokelat, perkataan Agatha dibalas dengan senyuman termanis oleh Aldo.
“Agatha!” sebuah suara tegas muncul dari arah belakang membuat Agatha menghela nafas panjang.
“Kenapa baru pulang jam segini? Pulang sekolah harusnya langsung pulang!” penegasan itu lagi-lagi membuat Agatha memutar kedua bola matanya jengah.
“Maaf, tadi saya yang ajak Agatha. Kita makan bentar tadi.” Aldo menjelaskan untuk mencairkan suasana panas di antara kakak beradik ini.
“Saya gak minta kamu ikut campur, lain kali kalau kamu bawa anak perempuan orang tolong izin terlebih dahulu.” Gea dengan tegas menatap Aldo, Aldo hanya bisa pasrah memang ini kesalahannya.
“Udahlah kak, jangan batasin aku! Aku tuh udah dewasa. Cukup kakak aja yang kayak burung dalam sangkar! Gak sama aku!” Agatha kesal dengan semua perlakuan kakaknya, ia pun meluapkan emosinya.
“Permisi, saya balik dulu.” Pamit Aldo tidak mau membuat suasana semakin tidak enak, ia pun segera menyalakan mesin motor dan melaju membelah jalanan malam hari.
“Agatha, kamu baru pulang sayang?” tanya oma yang sedang membaca koran.
“Iya oma, dan sambutan dari kak Gea buruk banget.” Ucap Agatha langsung mengecup pipi oma dan berjalan menuju kamarnya.
“Sekarang kerjaan kamu pergi-pergi terus sama cowok yang beda-beda setiap harinya, kakak gak pernah ajarin kamu seperti itu Tha.” Gea frustasi dengan adik bungsunya itu padahal ia tidak tahu seberapa hancur hati Agatha saat ini jika saja Aldo tak datang untuk membuat harinya tidak benar-benar hancur.
Agatha mengepalkan tangannya menunjukan emosi gadis ini akan meledak sebentar lagi. “Kakak gak tau apa-apa! Kakak gak akan pernah tau apa yang Agatha rasain! Jadi Agatha minta jangan pernah ngatain orang kalau kakak gak kenal baik siapa orang itu!” Cerocos Agatha kesal menaikan suaranya dan setelah itu ia berjalan cepat menuju kamarnya.
Gea hanya bisa menghela nafas, ia tak tahu harus bagaimana lagi membuat Agatha seperti dahulu, Agatha yang ceria, lembut, dan tidak egois sungguh ia lelah. “Gea, Oma rasa kamu terlalu cepat dalam berbicara, sadarkah kamu itu dapat membuat luka dihati adikmu semakin lebar?” tanya Oma mengelus pundak Gea, ia tahu keadaan kedua cucunya ini sangat kacau sibuk dengan ego masing-masing ditambah tidak ada peran ibu yang mengerti masalah mereka masing-masing.
“Gea tau oma, berkali-kali kan aku bilang. Aku cuman pengen Agatha aman dari pergaulan gak jelas di luar sana, itu aja.” Gea terlihat lelah dengan hidupnya di umurnya yang menginjak 25 tahun ini rasanya beban yang harus dia pikul semakin besar, di kantor ia dituntut sebagai direktur utama dengan segudang tugas yang membuatnya bahkan tidak bisa menikmati masa mudanya, di rumah tak ada sedikitpun suasana keluarga yang hangat, ia rindu mamanya dulu setiap hari mamanya akan berulang kali berkata untuk mengingatkan sang papa, ia dan Agatha untuk makan bersama, untuk memiliki rasa peduli dan kasih sayang satu sama lain namun sekarang semua terasa berbeda.
Agatha membanting tubuhnya ke kasur tanda ia lelah dengan semua beban hidup yang ada di pundaknya, ia ingin berlari sejauh mungkin sampai tidak ada satu orang pun yang dapat menemukan dirinya.
Smartphone milik Agatha berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk, sejujurnya ia sangat malas membuka ponsel saat ini namun ia takut kalau itu adalah kepentingan OSIS.
From : 081230200079
‘Sorry.’
“Siapa sih malem-malem gini bilang sorry, gak jelas banget deh.” Ucap Agatha kesal langsung membanting ponselnya ke atas kasur, malam ini Agatha tertidur dengan pikiran yang rumit tentang hidupnya.
