Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Perlombaan Balap Motor

Bab 2 Perlombaan Balap Motor

Mata Alleta membulat sempurna, bagaimana bisa pria yang ada di sampingnya ini meminta agar menikah dengan dirinya. Alleta menggelengkan kepalanya sementara Fathan terus memohon dengan menggenggam erat tangannya.

"Kamu sudah gila!" bentak Alleta.

"Coba pikirkan baik-baik. Kalau kita menikah kamu bisa kuliah. Dan kita sama-sama bebas," jawab Fathan meyakinkan Alleta.

"Sekalinya aku tidak mau, ya tidak mau! Jangan paksa aku untuk mengikuti ide gilang itu, Fathan," jawab Alleta tegas.

Alleta tetap tidak mau, menikah muda itu bukan pilihan yang tepat. Apalagi sebelumnya mereka belum pernah menjalin hubungan apa-apa. Fathan terus meyakinkan Alleta, bahkan ia sampai mengatakan bahwa jika mereka menikah maka Alleta akan mendapatkan hidup yang nyaman dan bisa berkuliah tanpa harus memikirkan biaya lagi.

Alleta berpikir sejenak, ia menatap Fathan dalam-dalam. Menetapkan hatinya dan melihat kesungguhan yang tersorot di bola mata Fathan. Sementara itu sejak tadi, Farhan sudah memegang bahu Alleta dengan erat.

"Lalu bagaimana jika orang tuamu tidak setuju?" tanya Alleta dengan wajah khawatir.

"Sekarang kamu ikut aku. Kita pergi untuk membicarakan ini dengan mereka, dan mengatakan bahwa kita sudah berpacaran cukup lama."

Kemudian setelah hujan reda, mereka berdua segera pergi menggunakan motor Farhan. Mereka berjalan menerobos hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. Alleta melingkarkan tangannya ke pinggang Fathan.

**

Sampainya di rumah. Fathan dan Alleta langsung turun dan bergegas untuk menemui orang tuanya.

Tok. Tok. Tok.

Fathan mengetuk pintu. Tak lama kemudian pintu itu terbuka, dan di sana sudah berdiri Tanpa dengan wajah gembira melihat kedatangan anaknya.

"Ya ampun, Fathan. Akhirnya kamu kembali, Nak," ucap Tania sambil meraih tangan Fathan.

"Iya, Ma. Oiya perkenalkan ini Alleta, pacar Fathan."

Alleta menundukkan kepalanya dan memberikan salam kepada Tania yang ada di hadapannya. Sementara Tania melihat penampilan Alleta yang masih berseragam sekolah, ia mengedarkan pandangannya dari atas sampai bawah. Pasalnya belum pernah Fathan menyebalkan pasangannya kepada kedua orang tuanya.

"Alleta, Tante," sapa Alleta tak lupa dengan senyum manisnya.

"Ini pacar kamu?" tanya Tanya masih tak percaya.

"Iya, Ma. Dan kami sudah lama berpacaran, rencananya akan menikah."

Mendengar kalimat itu membuat Tanda membulatkan matanya, ia tampak terkejut. Tania sekarang sudah mengerutkan dahinya, dan menelaah setiap perkataan yang dilontarkan oleh Fathan.

"Apa maksud kamu? Tolong jelaskan pada Mama," pinta Tania.

"Fathan akan menikah. Bukankah Mama sendiri yang bilang kalau Fathan boleh melakukan apa saja kalau sudah menikah."

Tiba-tiba.

PLAKKKK

Secara spontan satu tamparan keras mengenai pipi Fathan. Hal itu membuat Alleta terkejut, terlihat di sudut matanya, Tania yang sudah marah akibat perkataan Fathan.

"Pernikahan bukan sebuah permainan, Fathan!" bentak Tania.

Fathan yang masih merintis kesakitan, mengusap pipi dengan telapak tangannya agar rasa sakit sedikit berkurang.

"Aku tidak sedang main-main, Ma."

"Pokoknya Mama tidak akan pernah setuju kamu menikah. Kamu itu masih SMA Fathan, masih kecil dan belum dewasa."

Suasana tegang menyelimuti tempat itu, Alleta sedari tadi diam saja. Ia tak ingin jika sikapnya akan membuat Tania sampai marah. Tak lama kemudian, datanglah Farham menggunakan sebuah mobil. Farhan menatap aneh ke arah teras rumah yang sudah ramai.

Ia turun lalu menghampiri anak dan istirnya itu. Farhan membetulkan tatanan jasnya, sambil menenteng sebuah tas kerja di tangannya.

"Ada apa ini? Kok kumpul di sini?" tanya Farhan penasaran.

"Tanya saja sama anak kamu ini, Pa." jawab Tania memasang wajah ketus.

"Fathan, ada apa ini? Kenapa kalian terlihat tegang begini?"

"Perkenalkan ini Alleta, Pa. Dia calon istri aku."

Pengakuan itu membuat Farhan sedikit terkejut. Karena merasa ada yang aneh, bukannya marah Farhan malah terkekeh geli. Ia menganggap ucapan anaknya itu sebagai lelucon.

"Pa, aku serius," ucap Fathan sekali lagi.

"Hahah, ya kalau kamu mau menikah tidak apa-apa."

"Apa!? Papa ini malah membiarkan anaknya menikah muda," bentak Tania yang tak habis pikir dengan suaminya itu.

"Ma." Fathan menepuk pundak istrinya dan menatapnya dengan teduh. "Fathan sudah dewasa, ia ingin hidup mandiri. Seharusnya kita sebagai orang tua itu merestui bukan malah menghalangi."

Seperti mendapat angin segar, Fathan gembira sekali karena Farhan menyetujuinya. Dan itu berarti sebentar lagi ia akan terbebas dari aturan-aturan yang selama ini menbuat dirinya terkekang. Farhan memberikan pengertian kepada Tania. Mereka sempat terlibat perdebatan, hingga akhirnya suasana yang tadinya memanas secara perlahan mulai mendingin. Farhan lalu memerintahkan agar Fathan dan Alleta masuk ke dalam, karena semua ini harus dibicarakan dengan kepada dingin, dan duduk santai.

Alleta tampak canggung sekali, ia melihat sekeliling. Rumah yang begitu megah, bahkan Alleta belum pernah menyangka bahwa ia akan menjadi salah satu anggota dari keluarga Gibrani. Asisten rumah tangga membawakan minuman untuk mereka. Lalu Farhan bertanya tentang kehidupan Alleta dan keluarganya.

Tania masih memasang wajah tak setuju, ia bahkan beberapa kali mendengus kesal.

"Kita bisa memberikan Fathan usaha," terang Farhan.

"Aku setuju dengan apa yang diusulkan oleh Papa. Memang sudah seharusnya aku hidup mandiri," sahut Fathan.

"Iya memang kamu harus hidup mandiri, tapi tidak sekarang, Fathan." Tania masih tidak terima.

"Ma." Farhan memegangi tangan istirnya itu, "Sudahlah, jangan memperkeruh suasana. Niat Fathan itu baik, jangan halangi dia."

"Tapi, Pa."

Farhan memejamkan kelompok matanya mengisyaratkan agar Tania diam untuk sejenak. Farhan kemudian menanyakan perihal restu dari orang tua Alleta.

"Setelah dari sini, Fathan sama Alleta akan segera meminta restu," tampak Fathan.

"Bagus kalau begitu, sebaiknya sekarang kalian lebih dulu meminta restu. Soal pernikahan dan yang lainnya biar Papa dan Mama yang memikirkan."

Fathan mengembangkan senyum kegembiraan. Setelah sekian lama, akhirnya kebebasan akan segera datang. Fathan dan Alleta pergi ke rumah orang tua Alleta menggunakan motor sport milik Fathan. Sementara Tania sedari tadi sudah memegang kepalanya yang terasa berdenyut. Permintaan anaknya itu membuat kepala sakit.

"Papa kenapa otonom Fathan untuk menikah?" Tania masih saja memprotes suaminya itu.

"Biarkan saja, lagian Fathan sudah besar dan dia berhak menentukan bagaimana masa depannya."

Farhan berlalu pergi ke kamar. Tania memutar bola matanya, ia kemudian mengikuti suaminya masuk ke dalam kamar.

**

Sepanjang perjalanan, Alleta diam saja. Ia masih canggung, dan tentu jantungnya berdegub dengan kencang. Harap-harap cemas, takut kalau Ibu tidak merestui dirinya.

"Aku akan menikah dengan pria ini?" gumam Alleta dalam hati sambil menatap punggung Fathan dengan serius.

Sudut mata Fathan dapat dengan jelas melihat wajah Alleta dari kaca spion motornya. Fathan memperhatikan wajah Alleta yang tampak gusar. Lalu ia memperlambat laju motornya.

"Jangan takut, aku yang akan berbicara dengan Ibumu," ucap Fathan dengan meninggikan suaranya.

Karena hembusan angin mengharusnya Alleta mencondongkan tubuhnya untuk lebih

mendengar apa yang dikatalan oleh Fathan.

"Aku hanya takut saja, ide gilamu membuatku pusing tujuh keliling," sahut Alleta.

Fathan terkekeh geli, "Tidak usah dipikirkan. Yang harus kita lakukan adalah menghadapinya."

Alleta mendengus kesal. Setelah berbicara seperti itu, Fathan kembali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah Alleta. Karena laju motor semakin lama semakin kencang, membuat Alleta seperti sedang mengikuti perlombaan balap motor. Fathan yang tahu akan hal itu, ia langsung meraih tangan Alleta dan ia lingkarkan di pinggangnya. Sontak itu membuat Alleta sedikit terkejut, dan lagi-lagi Fathan berhasil membuat Alleta salah tingkah.

Alleta berpegangan dengan erat, matanya terpejam tidak berani untuk membukanya karena rasa takut. Fathan yang melihat itu hanya tersenyum tipis di bibirnya, tapi tidak bisa terlihat karena ia menggunakan helm fullface.

**

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel