BAB. 2 Hari Bahagia William dan Amelia
William dan Amelia, dua jiwa yang telah lama saling mencintai, kini telah berdiri di altar pernikahan, di depan para tamu undangan yang memenuhi ballroom hotel bintang lima yang sungguh mewah. Wajah mereka berdua sungguh memancarkan kebahagiaan yang tak terhingga, seolah-olah keduanya sudah tidak sabar untuk memulai babak baru dalam hidup mereka.
William, dengan setelan jas hitam yang membuatnya tampak tampan dan gagah, berdiri tegap di sisi Amelia. Dia memandang Amelia dengan tatapan penuh cinta dan kekaguman.
Amelia, dengan gaun pengantin putih yang membalut tubuhnya, tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Rambutnya yang dihiasi bunga-bunga kecil, wajahnya yang bercahaya, dan senyumnya yang manis membuat semua orang terpaku.
Sang pemuka agama pun memberikan aba-aba kepada keduanya untuk saling menyematkan cincin di jari manis masing-masing.
“Baiklah, William dan Amelia. Karena Anda berdua telah sah menjadi sepasang suami istri yang baru, sebagai simbol ikatan diantara kalian berdua. Saya persilakan Anda berdua saling Menyematkan cincin pernikahan di jari manis masing-masing,” ucap sang pemuka agama.
Lalu kedua mempelai mulai saling menyematkan cincin kawin bertahta berlian di jari manis masing-masing. Cincin itu bukan hanya sebagai simbol dari ikatan pernikahan mereka, akan tetapi juga sebagai lambang dari cinta dan komitmen yang mereka berikan satu sama lain. Saat cincin itu menyentuh jari manis masing-masing, ruangan itu seolah-olah dipenuhi oleh aura cinta yang sangat kuat.
Setelah saling menautkan cincin di jari manis masing-masing. Amelia dan William lalu menghadap ke arah tamu dan undangan sambil menyatukan kedua jari mereka menunjukkan kepada semua orang yang ada di dalam ruangan itu.
“Selamat menempuh hidup baru untuk kedua mempelai. Mulai saat ini kalian akan dipanggil sebagai Tuan dan Nyonya William Danielson.
Para tamu undangan, yang terdiri dari keluarga dan teman-teman mereka, menyaksikan momen indah ini dengan antusias.
“Selamat Amel!”
“Happy wedding, Amel!” teriak Eve dan Olin bergantian. Keduanya adalah sahabat dari Amelia, sang mempelai wanita.
David dan Adam yang merupakan sahabat dari William, turut bahagia akhirnya cinta sahabat mereka dapat berlabuh di pelaminan.
Kemudian sang MC berkata lagi,
“Tiba saatnya bagi mempelai pria untuk memberikan cium kudus kepada mempelai wanita yang telah sah menjadi istri dari Tuan William.”
“Deg! Jantung Amelia serasa mau copot. Pasalnya sekarang ini adalah kali pertama William, akan menyentuh bibirnya. Mereka yang selama ini berpacaran secara LDR dan sang kekasih yang masih menganut norma-norma kesopanan disaat masih pacaran, dimana William sangat menjaga kesucian dan kehormatan Amelia sampai saatnya hari ini mereka telah resmi menjadi sepasang suami dan istri yang sah.
Mendengar aba-aba dari sang MC membuat William segera bergerak cepat. Sudah lama sang pria ingin mencicipi manisnya bibir Amelia yang begitu ranum bagaikan buah mangga yang matang di pohonnya.
Tanpa menunggu lama, William menatap wajah Amelia yang sedikit takut.
“Sayang, sekarang waktunya aku akan mencium bibirmu. Kita telah sah menjadi pasangan suami istri. Apakah boleh, Cintaku?” bisik William pelan kepada istrinya tersayang.
“I … iya, Willy. Ta … tapi aku sedikit takut,” jujur Amelia dari kesungguhan hatinya.
Namun sepertinya William Danielson tidak menggubris perkataan istrinya. Secara cepat, pria itu segera meraih tengkuk Amelia dan mencium bibir istrinya dengan sangat rakus di depan semua orang yang ada di dalam ballroom hotel megah itu. Sang pria semakin menyesap dalam-dalam rasa manis yang tercipta di rongga mulut istrinya. Pria itu seakan tak peduli teriakan orang-orang yang sedang meneriaki dirinya.
Sementara Amelia hanya bisa pasrah dengan amukan sang suami. Sesekali dia membalas ciuman William. Namun dirinya tetap kalah dengan kekuatan suaminya. William terus saja bereksplorasi di bibir sang istri.
Sang pria baru melepaskan pagutannya saat MC berkata,
“Wah, wah … sepertinya Tuan Muda William sedang melepas dahaganya, ya! Haus banget, Bos?”
“Ha-ha-ha!” Tawa tamu dan undangan memenuhi ruangan megah tersebut.
Bersamaan dengan itu, William mengakhiri ciuman panasnya sambil mengecup kening Amelia yang terlihat tersipu malu-malu sambil menundukkan kepalanya.
“Terima kasih, Cintaku! You are mine, now until forever!” seru William sambil mengecup kening Amelia, istrinya tercinta.
Sementara Amelia sendiri sedang merasakan kebas yang sangat hebat di bibirnya efek dari dahsyatnya ciuman William, suaminya kepadanya.
“Willy! Bibirku jadi bengkak, nih!” tukas Amel pura-pura kesal untuk menutupi kegugupannya.
“He-he-he. Ini baru pemanasan, Sayangku! Acara utamanya akan segera tiba. Kamu benar-benar tidak sabar ya, Sayang?”
“Ih … William! Jangan bikin aku semakin takut, dong!”
“Ha-ha-ha. Tenang, Cintaku. Aku akan melakukannya dengan lembut, kok.” ujar William lagi.
Sang pria bukannya berhenti menggoda istrinya. William malah semakin menggila. Pria itu seperti harimau yang lepas dari kandangnya, buas dengan naluri memangsanya yang sangat kuat.
Orang tua dari kedua mempelai, yang telah mendukung hubungan mereka sejak awal, tampak sangat bahagia dan terharu. Mereka melihat anak-anaknya, yang pernah mereka lihat bermain dan tumbuh, kini telah menjadi suami istri. Para orang tua merasakan kebahagiaan yang tak terukur, seolah-olah semua pengorbanan dan cinta yang mereka berikan selama ini telah terbayar lunas.
“Jeng Martha, akhirnya William dan Amelia bersatu juga dalam satu ikatan pernikahan,” tutur Nyonya Stella kepada besannya.
“Iya, Jeng. Kita patut bersyukur kepada kedua anak-anak kita. Akhirnya cinta mereka yang telah teruji oleh jarak dan waktu akhirnya berlabuh juga hari ini,” sahut Nyonya Martha dengan perasaan yang sangat bahagia.
Tuan Amos dan Tuan Hans yang merupakan sahabat lama juga ikut merasa senang. Akhirnya kedua putra dan putri mereka dapat bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan.
Namun di tengah kemeriahan pesta pernikahan mewah itu. Di sudut salah satu ballroom terlihat seorang pria yang menatap tajam ke arah pelaminan tempat kedua mempelai sedang berada saat ini.
Pria itu bernama Julius, yang merupakan mantan kekasih dari Amelia ketika mereka masih remaja dulu. Namun tingkah Julius yang sering sekali semena-mena kepada Amelia. Bahkan terkadang pria itu menunjukkan sikap manipulatifnya, yang membuat Amel memutuskan hubungannya dengan Julius.
Sampai suatu saat William datang di dalam hidup Amelia, bagaikan seorang pangeran berkuda putih yang muncul dan memberikan warna baru di hidup gadis itu.
“William Danielson! Jangan harap kamu akan bahagia dengan Amel! Aku akan merebut kebahagiaanmu! Tunggu saja pembalasanku!”
Pria itu sedang mengalami badai emosi yang dahsyat saat ini. Bagaimana tidak di depannya saat ini Amelia Joanna Lewis, wanita yang masih saja bertahta di hatinya malah bersanding dengan pria lain tepat di hadapannya.
Julius benar-benar kesal karenanya. Dia tidak rela melihat Amelia dipersunting oleh William yang merupakan pesaing bisnisnya.
P. S.
LDR (Long Distance Relationship)
