BAB. 1 Janji Suci Pernikahan
“William! Tunggu sebentar, Mommy akan memperbaiki dasimu,” tutur Nyonya Martha Danielson kepada putra tunggalnya. Saat ini mereka sedang berada di ruang tunggu hotel tempat William dan Amelia akan mengikat janji suci pernikahan mereka.
“Iya, Mommy.” jawab William Danielson, lalu membiarkan sang ibu memperbaiki letak dasinya yang sedikit miring.
“Nah … ini baru sudah rapi!” tutur Nyonya Martha sambil tersenyum ke arah sang putra.
“Anak Daddy sungguh tampan!” puji Tuan Amos Danielson.
“Iya dong, Dad. Siapa dulu ibunya?”
“Dan siapa dulu ayahnya!”
“Ha-ha-ha!” Ketiganya pun tertawa bersama dengan penuh kebahagiaan.
“Tak terasa akhirnya, hari ini kamu dan Amelia akan menikah. Mommy dan Daddy akan mendoakan kalian berdua. Semoga pernikahan kalian senantiasa diberikan kedamaian, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Jadilah kepala keluarga yang bijaksana untuk istrimu.” seru sang ayah.
“Thank you support-nya, Dad. Aku akan ingat selalu semua nasihat dari Daddy.” sahut William kepada sang ayah.
“Mommy juga turut mendoakanmu dan Amelia. Semoga kalian bahagia dan diberikan kesehatan yang prima. Mommy dan Daddy menunggu cucu dari kalian. Kamu tahu kan William? Kamu putra tunggal kami. Jadi Mommy mau request tiga orang cucu dari kalian!” sergah Nyonya Martha.
“He-he-he! Banyak amat, Mom? Kenapa tidak sebelas orang saja? Sekalian aku bisa membentuk satu tim sepak bola,” canda William kepada ibunya.
“Kalau kamu sanggup kenapa tidak, William? Mommy dan Daddy akan sangat senang memiliki banyak cucu. Daddy rasa, kamu juga sanggup mewujudkan semuanya. Tenagamu sangat kuat, bukan?” celutuk Tuan Amos.
“Ha-ha-ha. Aku seorang olahragawan, Dad! Tentu saja tenagaku kuat. Tapi sebelumnya aku akan mendiskusikan hal ini kepada Amelia,” ujar William kepada kedua orang tuanya.
“Mommy setuju, kamu memang harus membicarakan hal ini kepadanya. Karena Amelia lah yang hamil selama sembilan bulan.”
“Siap, Mommy!” sahut William.
Pernikahan William Danielson, seorang pengusaha sukses yang tinggal di Jakarta Indonesia dan Amelia Joanna Lewis, kekasihnya adalah sebuah perayaan cinta yang berlangsung di sebuah hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan. Pesta pernikahan ini bukan hanya sekedar pernikahan biasa, melainkan sebuah pernikahan royal wedding yang mewah dan elegan.
Pintu masuk hotel tersebu telah dihiasi dengan bunga-bunga mawar putih dan lili yang berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Karpet merah yang panjang membentang dari pintu masuk hingga ke altar pernikahan, memberikan kesan seolah-olah kita berada di sebuah acara penghargaan Hollywood.
Saat memasuki ruangan utama, mata para tamu undangan llangsung tertuju pada dekorasi yang megah. Langit-langit tinggi hotel tersebut telah dipenuhi dengan lampu kristal yang berkilauan, menciptakan suasana yang glamour dan mewah.
Meja-meja tamu ditata dengan rapi, masing-masing diberi nama dengan tulisan tangan yang indah. Di tengah-tengah ruangan, terdapat sebuah panggung besar dengan latar belakang bunga-bunga putih dan lampu yang berkilauan.
Tamu-tamu yang datang adalah orang-orang terpilih, semuanya merupakan rekan bisnis dan kolega bisnis dari William Danielson selalu CEO dari WD Corp.
Para tamu dan undangan tampak elegan dengan gaun dan jas mewah mereka. Suasana penuh kegembiraan dan harapan, setiap wajah menunjukkan kebahagiaan dan kekaguman atas keindahan dan kemegahan acara ini.
Acara dimulai dengan kedatangan pengantin pria, William Danielson.
“Hadirin sekalian, mari kita kita sambut mempelai pria, yang sangat tampan dan berwibawa … Tuan William Danielson!” seru sang master ceremony dengan suara lantang.
Tuan Muda William Danielson tampak begitu sangat tampan dengan setelan jas hitamnya, rambutnya yang rapi dan senyum lembut di wajahnya. Sang pria mulai berjalan dengan percaya diri menuju altar, menunggu calon istrinya.
Suara musik klasik nan romantis khas wedding party mulai berkumandang di area dalam ballroom hotel megah itu mengiringi langkah William menuju ke depan altar, di mana sang pemuka agama sedang menunggunya.
“Wah … wajah mempelai pria sungguh berseri-seri. Sepertinya sudah tidak sabar melihat sang mempelai wanita. Baiklah … hadirin sekalian tanpa menunggu lama lagi, kita panggilkan mempelai wanita yang sungguh sangat cantik dan rupawan Nona Muda Amelia Joanna Lewis,” ujar sang MC masih dengan suara lantang.
Tak berapa lama kemudian, Amelia Joanna Lewis muncul di pintu masuk. Gadis itu tampak seperti seorang putri dengan gaun pengantin putihnya yang indah, hasil rancangan desainer terkenal. Rambutnya dihiasi dengan mahkota bunga dan kedua tangannya memegang sebuah buket bunga mawar putih. Saat dia berjalan di karpet merah, semua mata tertuju padanya, seolah waktu berhenti sejenak.
Mata Amelia tertuju ke depan altar di mana William, sang calon suami pria yang begitu sangat dicintai olehnya sedang berdiri tegak dengan senyum sumringah di sudut bibirnya.
Tuan Hans Lewis dan istrinya, Nyonya Stella Lewis juga turut bahagia melihat putri kesayangan mereka akhirnya menikah juga dengan pria mapan dari keluarga Danielson.
Setelah sampai di depan Altar, William terlihat meraih tangan calon istrinya Amelia. Keduanya sedang mendengarkan pemuka agama yang sedang memberi wejangan kepada kedua mempelai sebelum mereka mengucapkan janji suci pernikahan.
Kemudian setelah itu, sang pemuka agama memberi aba-aba kepada keduanya untuk saling mengucapkan janji nikah.
“Ananda William silahkan saling berhadap-hadapan dengan Ananda Amelia. Sekarang tiba saatnya bagi kalian untuk mengucapkan janji nikah dimulai dari Anda,” tutur pemuka agama sambil menatap ke arah mempelai pria.
Lalu William pun mulai mengucapkan janji dengan suara tegas dan jelas serta berani,
"Saya, William Danielson, telah memilih engkau, Amelia Joanna Lewis menjadi istri saya yang sah dan satu-satunya. Untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit. Untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai hanya maut yang memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus kepadamu."
Lalu kemudian, tiba giliran mempelai wanita yang akan mengucapkan janji suci pernikahan. Masih dengan posisi saling berhadap-hadapan, Amelia pun menatap William, pria yang telah mencuri hatinya. Lalu dengan lembut sang mempelai wanita pun mulai mengucapkan janji nikah itu, dengan perasaan yang menghangat.
"Saya, Amelia Joanna Lewis telah memilih engkau, William Danielson. Menjadi suami saya yang sah dan satu-satunya. Untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit. Untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai hanya maut yang memisahkan kita, sesuai dengan hukum Tuhan yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus kepadamu."
Lalu pemuka agama dengan lantang angkat bicara,
"Demikian mereka bukan lagi menjadi dua melainkan satu. Jadi ... apa yang yang telah dipersatukan oleh Tuhan, tidak boleh diceraikan oleh manusia."
