Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 2 Revelations

BAB 2: REVELATIONS

ADEGAN 1: RUANG KELUARGA ZHANG – MALAM HARI

Ruangan keluarga yang mewah terasa bagai dunia lain bagi Sella. Sofa kulit Italia hitam, perapian marmer yang menyala, lukisan-lukisan abstrak mahal di dinding—semuanya bersuara tentang kehidupan yang tak pernah dia kenal. Sella terduduk lemas di sofa, tangannya masih gemetar memegang foto lama pemberian Mike.

SELLA (suara parau, tak percaya)

"Ayah...?? Tapi... ibu selalu bilang Ayah meninggal dalam kecelakaan mobil 15 tahun lalu... (mata berkaca) Ibu bahkan menunjukkan kuburanmu..."

Mike berlutut di depannya, tangan yang berotot tapi halus menggenggam erat foto lama yang sama. Matanya yang tajam tadi kini berkaca-kaca.

MIKE (suara berat penuh penyesalan)

"Aku meninggalkan kalian untuk melindungimu, Sel. (menatap dalam mata Sella) Dulu… organisasiku terlibat perdagangan senjata illegal bersama internasional. Aku bukan ayah yang bisa kau banggakan.”

*FLASHBACK – 16 TAHUN LALU:*

RUMAH KECIL DI PENGGILINGAN – MALAM

Mike muda (40an) dengan tattoo naga menutupi lengan kirinya, memegang pistol yang disarungkan. Istrinya, ELENA (30an), yang hamil besar Lydia, menangis tersedu-sedu di lantai.

ELENA (dalam flashback, memegangi perutnya)

“Mike… jangan tinggalkan kami… kami butuh kamu…”

MIKE (dalam flashback, wajah berkerut sakit)

“Aku harus pergi, Sayang! (memandangi Sella kecil yang tidur di sofa) Jika mereka tahu tentang kalian… nyawa kalian terancam! Organisasi baru tahu identitas asliku…”

ELENA (berdiri susah payah)

“Kita bisa lari bersama! Ke luar negeri! Ke mana saja!”

MIKE (memeluk istrinya erat)

“Mereka punya jaringan di mana-mana, Lena. Aku… aku lebih baik mereka mengira aku mati. (mengeluarkan dompet tebal) Ini untuk kalian… cukup untuk beberapa tahun…”

KEMBALI KE RUANG KELUARA ZHANG- MASA SEKARANG

SELLA (bangkit mendadak, wajah memerah marah)

"Jadi Ayah biarkan Ibu berjuang sendirian? (suara meninggi) Ibu meninggal karena kanker Rahim stage 4, tidak ada biaya berobat! Dia konon jual ginjalnya untuk biaya sekolahku!"

MIKE (menunduk, bahu bergetar hebat)

"Setiap bulan aku kirim uang ke rekening tabungan ibu. Tapi... (napas tersedu) Ibu... dia kembalikan semua transferku. Dia lebih memilih hidup susah daripada terima uang haram dari mantan penjahat."

Hery dan Fred saling pandang, bingung dengan drama keluarga yang tiba-tuba ini. Fred masih berdiri dekat pintu, waspada.

HERY (berbisik pada Fred)

"Wih, plot twist level Hollywood nih... ayahnya hot tapi ternyata daddy issues berat."

FRED (mendorong Hery, kesal)

"Diem.., orang lagi moment haru. Serius broo..."

HERY (tak bisa diam, mendekati Mike)

"Om... Om boleh foto bareng kaga? Buat story Instagram. (sok akrab) Caption-nya: 'Ketemu mertua ternyata bos mafia, hihihiii…!'"

MIKE (mengangkat wajah penuh heran)

"Mertua?"

SELLA (muka merah padam)

"HERY! DIEEEM! Ini bukan main-main!"

ADEGAN 2: FLASHBACK IBU SELLA - TAMBAHAN EMOSI

Sella teringat flashback ibunya yang sedang sakit parah...

*FLASHBACK - 8 TAHUN LALU:*

KAMAR RAWAT INAP - SIANG

IBU SELLA (Elena) terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajah pucat tapi masih tersenyum. Sella kecil (16 tahun) memegang tangannya erat.

ELENA (suara lemah)

"Marsella... suatu hari nanti ayahmu akan datang. (batuk-batuk) Maafkan ibu yang tak bisa cerita sebenarnya..."

SELLA KECIL (mata berkaca)

"Tapi kata teman-teman, ayahku penjahat, Bu... dia ninggalin kita..."

ELENA (tersenyum lemah, menatap foto Mike di dompet)

"Dia... pahlawan yang terpaksa jadi penjahat. (memegang hati Sella) Ingat Nak, terkadang yang terlihat buruk di luar... (suara semakin lemah) ...punya kebaikan terpendam di dalam."

KEMBALI KE RUANG KELUARGA ZHANG- SEKARANG

Sella menatap Mike dengan mata berkaca, konflik batin terlihat jelas di wajahnya. Dia ingin marah, tapi ingatan kata-kata ibunya membuatnya ragu.

SELLA (suara lunak)

"Ibu... sampai akhir tetap membela Ayah. Dia bilang Ayah punya hati baik..."

MIKE (menangis terisak)

"Elena... dia selalu terlalu baik untukku..."

ADEGAN 3: KEDATANGAN BADAI

Pintu ruang keluarga tiba-tiba terbanting keras. HANS (28) masuk dengan sepuluh orang bersenjata lengkap. Senyum sinisnya membuat ruangan hangat tiba-tiba terasa dingin.

HANS (bertepuk tangan slow, sarkastik)

"Family reunion yang menyentuh sekali. (mendekati Mike) Tapi Old Man, waktumu sudah habis. Deadline 24 jam sudah lewat 3 jam yang lalu."

MIKE (berdiri tegak, wibawanya kembali dalam sekejap)

"Hans... anak muda. Kekerasan tidak akan membawamu pada kedamaian yang kau cari."

HANS (tertawa pahit)

"Kau jadi lemah, Mike. (berjalan mondar-mandir) Dulu mereka sebut kau 'Naga Merah'—takut akan namanya saja sudah membuat orang gemetar. Sekarang..? (berhenti, menatap tajam) Kau jadi 'Naga Ompong' atau... pengkhotbah berjalanan."

Hans mengangkat pistolnya, mengarah tepat ke dada Mike. Tapi Mike bergerak lebih cepat dari yang disangka—dengan lincah mendorong Sella ke belakangnya.

DOORRR! Suara tembakan menggema di ruangan tertutup. Bahu Mike terkena tembakan, darah mulai merembes melalui robe-sutranya.

MIKE (kesakitan tapi suara tetap tegas)

"Lari..! Lewat pintu belakang! Aku yang tangani ini..!"

FRED (mendorong Hery ke arah koridor)

"Lari, Bodoh! Jangan lihat belakang!"

HERY (panik)

"Mana Pintu Belakangnya? Ada yang punya Google Maps? Huu repot daaah..."

Salah satu penjaga pribadi Mike yang setia memberi isyarat ke arah koridor belakang. Karena situasi kacau, terpaksa Hery yang menyetir mobil Civic Fred, sementara Fred dan Sella duduk di belakang dengan Mike yang terluka.

ADEGAN 4: PELARIAN BERDARAH

Di dalam mobil yang melaju kencang menembus kegelapan, Sella menggenggam erat foto lama pemberian Mike. Air matanya menetes membasahi kertas foto yang sudah menguning.

HERY (sambil menyetir ngebut, mata sesekali melihat kaca spion)

"Dia... dia beneran ayahmu? Selama ini? (melihat Sella di kaca spion) Tapi kan dulu ibumu bilang...??"

SELLA (tersedu-sedu, memeluk foto)

"Ibu... ibu selalu bilang ayah kami pahlawan... (suara terisak) pahlawan yang gugur dalam tugas... Ternyata... (menatap Mike yang pucat) dia pahlawan yang memilih gugur dari kehidupan kami..."

HERY (melaju melewati tikungan tajam)

"Lah katanya udah Mokat.. alias Mati. Kaya Pahlawan Revolusi. Gimana sih ceritanya jadi begini?"

SELLA (membesarkan diri)

"Iya makanya ibuku bilang dia Pahlawan, Ry... karena dia 'mati' untuk melindungi kami... Oon ih lagi sedih gini..."

HERY (suara menjadi lembut)

"Sel... kamu okay? Tadi... tadi berat banget ya menerima kenyataan itu?"

SELLA (menatap kosong ke jendela)

"Sepuluh tahun, Ry. Sepuluh tahun aku percaya dia mati. Setiap hari aku ziarah ke kuburan kosong... setiap tahun aku kirim doa untuk arwah yang ternyata masih hidup..."

HERY (memegang tangan Sella sebentar dari kursi depan)

"Tapi kamu lihat kan, dia masih sayang sama kamu. Foto itu... (menunjuk foto di tangan Sella) disimpannya selama 15 tahun. Itu bukti dia masih peduli."

FRED (diam sesaat, memandangi luka di tangannya sendiri)

"Om Mike dan ayahku... dulu partner. Sampai suatu malam 20 tahun lalu... (suara rendah) ayahku tidak pulang. Polisi bilang kecelakaan... tapi aku tahu ada yang tidak beres."

Mobil melintas di bawah lampu jalan yang berpendar-pendar, bayangan mereka terlihat rapuh dalam kegelapan malam.

HERY (memecah keheningan)

"Ooh pantes kalian saling kenal... sekarang kemana kita? GPS rusak nih... tau abis kuotanya kali nih.."

FRED (melihat jalan yang familiar)

"Gudang tua aja... ikuti jalan ini terus... sampai ujung mentok lalu belok kanan. Aku ingat dulu pernah diajak kesana waktu kecil..."

Hery tiba-tiba melihat tetesan darah dari tangan Fred.

HERY (kaget)

"Oke deh... eh, kenapa tanganmu? Dari tadi ada darah..."

FRED (tersenyum kecut)

"Ah, luka ringan... tadi ke dorong jendela kaca waktu kabur... ternyata pecah dan nyelip serpihannya..."

SELLA (langsung mengambil tisu dan P3K kecil dari tas)

"Sini... (memegang tangan kiri Fred yang luka) nah, pake ini dulu aku bersihin... jangan sampai infeksi."

Fred sedikit kaget dengan perhatian Sella, tapi membiarkan dirinya dirawat. Hery melihat dari kaca spion, tersenyum kecil.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel