Pustaka
Bahasa Indonesia

Zia is Mine

217.0K · Tamat
Nellamuni
169
Bab
31.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Warning 21++ Areas !!! (Konten hanya untuk usia Dewasa) Sezia Alderia harus menangggung akibat atas sikap konyolnya empat tahun lalu, ketika ia menulis perjanjian akan tidur dan melepaskan keperawanannya kepada seorang laki-laki yang baru di temui nya di diskotik, dan perjanjian itu berlaku ketika nanti di malam ulang tahunnya ke dua puluh dua tahun. Ia pikir Hal itu hanya kejadian yang tidak berarti apa-apa, tapi ia salah setelah empat tahun, kembali ia dipertemukan dengan lelaki yang memegang kertas perjanjiannya dan menagihnya untuk tidur tepat di malam ulang tahunnya. Lalu bagaimana Sezia menghadapai konsekuensi dari sikap cerobohnya itu?

One-night StandPresdirCinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikRomansaBillionaireSweetPernikahanIstriDewasa

Chapter 1

Dentuman suara musik terdengar memekakkan telinga.

Seorang gadis berjalan sempoyongan lalu memeluk seorang lelaki tinggi itu dengan erat. Wajahnya tersenyum sumringah saat melihat wajah lelaki ini sangat tampan dalam penglihatannya.

“Tuan, Aku akan bercinta denganmu “ Gumamnya dengan tubuh yang terus bergerak tidak seimbang.

Tawanya semakin menjadi, ia pegang wajah tampan dengan rahang kokoh yang membuat lelaki ini tampak semakin sempurna.

“Aku akan memberikan keperawananku padamu, jadi jangan berani berpacaran dengan wanita lain. Hahahah, Aku akan memberikan keperawanan ku saat aku berulang tahun ke dua puluh dua tahun” Racaunya.

Tubuhnya terus lunglai karena pengaruh alkohol yang baru pertama kali ia teguk seumur hidupnya.

Dipanggil nya bartender itu, untuk meminta kertas dan juga bolpoin.

Lelaki ini terus merengkuh tubuhnya, lalu ia peluk dengan erat agar tidak terhuyung jatuh ke belakang. Gadis cantik dengan rambut bergelombang panjang yang sudah tampak berantakan ini menuliskan janji nya diatas kertas putih itu.

“Sezia Alderia, berjanji akan memberikan keperawanannya tepat di saat malam ulang tahun ke dua puluh dua tahun, dengan lelaki yang memegang kertas ini. Dan akan menjadi pengantinnya dengan patuh tanpa bantahan, @sezia_ald @sezia_deria tertanda Sezia Alderia, mahasiswi bisnis Oxtoon University” Tulisnya dengan pelan, kacau, tapi tetap bisa di baca dengan jelas.

“Siapa namamu Tuan?” Tanya nya sebelum memberikan tulisan tangannya di kertas ini.

Suara laki-laki ini berdengung di telinganya, lalu dicantumkannya nama yang baru saja ia dengar di atas kertas dengan goresan bolpoin yang tampak berantakan di kertas ini.

Dengan tubuh yang terus sempoyongan, Ia berikan kertas putih ini kepada lelaki tampan yang ada di depannya.

Spontan ia buka mulutnya untuk melumat bibir tebal nan kenyal yang membuatnya terus ketagihan.

“Tuan, Bibir mu kenyal sekali, aku ingin menciumu terus” Racaunya.

Ia ciumi terus bibir ini, lalu lelaki tampan ini membalas ciuman panas gadis ini dengan bergairah dan agresif.

*

*

*

*

*

*

KRING ~

KRING ~

KRING ~

Suara jam weaker di atas nakas terus berdering, mengganggu tidur lelapnya. Tubuhnya terperanjat, langsung duduk di ranjang berukuran kecil nya. Diusap wajahnya, lalu terdengar menggerutu.

“Zia, kenapa juga kamu menuliskan semua akun media sosial mu, bodoh !!!” Racau nya, di atas ranjang sembari mencengkeram rambut panjangnya yang sedikit bergelombang.

Sezia Alderia, mahasiswi yang baru saja akan melaksanakan wisuda hari ini, ia berhasil mendapatkan gelar sarjana bisnis, dan akan mulai menghadapi kehidupan baru sebagai wanita dewasa.

Sejak beberapa bulan lalu, ia kembali mengingat kejadian yang sudah terlewat hampir empat tahun lalu itu, dimana saat ia bersama sahabat baiknya Steffy sewaktu pertama kali ke diskotik ketika merayakan kelulusan masuk ke universitas yang menjadi tujuan mereka sejak dulu.

Kejadian itu terus wara-wiri di dalam mimpinya, hingga membuatnya selalu terbangun di tengah malam ataupun bangun terlambat.

“Please, Tuhan aku mohon Tuan itu sudah membuang kertas sialan itu” Doa nya setiap pagi saat baru saja membuka matanya.

“Amin..” Gumamnya.

TOK..TOK..TOK..

Suara pintu di ketuk dari luar, siapa lagi kalau bukan Nenek satu-satunya yang hidup dengannya sejak ia masih menginjak usia tujuh tahun setelah kematian kedua orang tuanya hingga sekarang.

“Zia, bangun. Nanti telat ke acara wisudah nya” Teriak Nenek dari balik pintu itu.

“Iya Nek, Zia siap-siap dulu” Sahutnya dengan berteriak.

Dengan cepat ia bangkit dari ranjang, lalu ia langkahkan kakinya menuju ke kamar mandi kecil yang ada di kamar nya.

*

Di dalam kamar mandi, sembari duduk di atas Closet. ia terus mengobrol di panggilan video dengan Steffy yang sedang berendam dengan nyamannya di kamar mandi besar nan mewahnya di dalam Bathub besar putih itu.

Tawa Steffy tidak terkendali, ia terus terkekeh mendengar cerita sahabat baiknya itu.

“Jadi, masih mimpi tentang Tuan itu?” Celetuknya .

“Jangan tertawa, Steff. Itu semua karena ajakan mu, aku sampai di hukum nenek selama sebulan harus makan pare” Gerutunya.

Steffy kembali tertawa terbahak-bahak, ia berdiri kemudian menunjukkan kedua payudaranya yang baru saja ia tatto saat pergi New York minggu lalu.

“Kau gila Steff, bagaimana kalau Om dan Tante tahu?!” Celetuk Zia.

“Kalau kamu diam, maka akan aman” Jawabnya santai.

“Ya sudah aku mau mandi dulu” ucap Zia sebelum memutuskan panggilan video ini.

Ia kembali fokus mandi, lalu bersiap untuk pergi ke acara wisuda yang akan ia hadiri bersama dengan Nenek nya.

*

TAK ~

TAK ~

Kakinya melangkah dengan cepat menuruni anak tangga itu, spontan kedua tangannya merentang untuk memeluk tubuh nenek dengan erat.

“Selamat pagi Nyonya Laura “ Gumamnya, bibirnya mengecup pipi Nenek lalu bokongnya pun duduk di kursi makan ini.

“Sudah siapkan pidato?” Tanya Nenek sembari memberikan segelas susu untuk cucu kesayangan dan satu-satunya ini.

“Sudah, Zia nanti mau ucapin terimakasih buat Nenek dan Steffy” Jawabnya santai sembari menggigiti roti gandum dengan selai strawberry.

“Itu saja ?” Tanya Nenek.

Zia mengangguk, lalu telapak tangan kanannya mengambil gelas tinggi di hadapannya, kemudian ia teguk susu hangat yang ada di dalamnya dengan perlahan. Setelah selesai, jemari lentiknya menyeka bibirnya, lalu menyibak senyum.

“Zi, kamu hampir empat tahun mendapatkan beasiswa dari Oxtoon Company Grup, harusnya ucapkan terimakasih kepada perusahaan itu” Ucap Nenek.

“Tapi Zia heran, kenapa Zia bisa dapat beasiwa itu, padahal IPK Zia hanya berkisar 3,6” Celetuknya

“Bukannya bersyukur, malah bertanya seperti itu” Ucap Nenek, sembari menggelengkan kepalanya.

“Tapi, Nek. Sari yang paling berprestasi di kampus kami saja selalu gagal mendapatkan beasiswa itu. Apa karena aku lebih cantik ya?” Tanyanya sembari terkekeh.

Nenek Laura menggelengkan kepalanya, lalu ia menyesap teh hijau kesukaanya perlahan.

*

Zia mengemudikan mobil Vw kodok merahnya, ia bersama Nenek nya menyusuri kota Jakarta dengan hati-hati.

Jalanan ini tampak ramai, tapi lancar sehingga tidak terjadi kemacetan seperti biasanya. Ia terus memegang setir, dengan kedua bola mata yang terus memperhatikan di setiap sisi jalan protokol ini.

“Kapan mulai kerja, Zia?” Tanya Nenek.

Zia memutar setir di tangannya, lalu melewati jalanan menuju kampus nya.

“Tiga hari lagi Nek” jawab Zia.

“Cepat juga ya” Jawab Nenek.

Zia tersenyum, lalu ia injak pedal gas. Ia kemudikan mobil warisan dari sang kakek yang sudah meninggal sepuluh tahun lalu dengan kecepatan di atas empat puluh kilometer perjam.

*

Mobil pun tiba, lalu memasuki gerbang kampus dengan fokus menggunakan bahasa internasional itu. Zia mencari tempat parkir, lalu ia parkirkan mobil ini di deretan mobil mewah yang berjajar rapi.

“Ayo Nek..” Ucap Zia

Mereka lalu keluar, dengan sigap Zia menggandeng tangan sang nenek lalu mengajak masuk ke dalam aula tempat acara akan di langsungnya.

*

“Zia...!!” Teriak Steffy yang sudah merias wajahnya dengan begitu sempurna.

“Ini apa? Kenapa lipstik mu tidak on sama sekali” Gerutu Steffy.

Diambil lipstik merah terang nya di dalam tas mahalnya, lalu ia poleskan di bibir Zia.

Nenek hanya tersenyum, melihat kedua sahabat yang sudah bersahabat sejak menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama ini.

“Pagi Nenek, Nyonya Laura selalu cantik” Puji Steffy dengan tingkah genitnya.

Zia menggelengkan kepalanya, lalu mereka mencari tempat duduk untuk di duduki. Sedangkan kedua orang tua Steffy, dan juga Nenek Zia duduk di barisan khusus para keluarga.

Semua peserta wisuda menempati tempat duduk masing-masing, karena acara akan di mulai sebentar lagi.

“Selamat pagi, Terimakasih sudah hadir dalam prosesi wisuda para mahasiswa Oxtoon University” Ucap pembawa cara lelaki itu.

Semua bertepuk tangan, "Prok..Prok..Prok.."

TAP~

TAP~

TAP~

Terdengar langkah kaki memasuki gedung berkapasitas lebih dari seribu orang ini.

Semua menoleh ke belakang, lalu tertegun saat melihat sosok lelaki tampan dengan tubuh tegapnya, tengah menggunakan kacamata hitam, dan jas berwarna Navy yang membuat lelaki itu terlihat sangat sempurna . Lelaki itu diikuti rektor kampus beserta dua orang laki-laki lainnya dengan pakaian formal.

Zia terlihat menatap dengan serius kedatangan lelaki yang baru saja ia lihat itu, sedangkan Steffy tampak sumringah melihat lelaki tampan yang bahkan lebih tampan dari para aktor hollywood idolanya.

Lelaki ini menghentikan langkahnya sejenak tepat di sebelah kursi yang tengah Zia duduki, ia menyeringai lalu kembali berjalan.

“Apa ? Kenapa dia menyeringai ?” Gumam Zia tampak heran.

Lelaki itu lalu duduk di kursi kehormatan, lalu ia lepaskan kaca mata hitamnya hingga membuat para hadirin semakin terpesona.

“Gila ganteng nya..” Gumam beberapa perempuan yang ada di sisi kanan dan kiri tempat Zia duduk.

Zia hanya menggelengkan kepalanya, lalu ia perhatikan kembali pembawa acara itu berbicara.

“Baiklah kami persilahkan dengan hormat pemilik dari kampus tercinta kita, Tuan Aaron Ryan Oxtoon” Ucap lelaki berjas hitam itu.

Lelaki itu berdiri tegap, lalu melangkahkan kaki nya mendekati podium.

“Selamat pagi, Saya Aaron Ryan Oxtoon menyambut para calon alumni kampus swasta terbaik ini” Ucapnya dengan suara bariton.

Zia mengernyitkan keningnya saat mendengar suara bariton laki-laki itu, berat dan renyah seperti seseorang yang selalu ia dengar dalam mimpi buruknya.

Bola matanya membulat, lalu ia mulutnya terbuka lebar.

“Lelaki itu..!!” Celetuknya.