Pustaka
Bahasa Indonesia

YOU AND ME, ONE HEART ONE BODY

64.0K · Tamat
lyns_marlyn
63
Bab
833
View
9.0
Rating

Ringkasan

Terkejut? Ya! Tentu saja terkejut! Jika pada saat membuka mata, ada tangan besar yang ditumbuhi bulu-bulu halus sedang memeluk erat pinggang rampingnya dari belakang. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul sempurna, gadis cantik berkulit putih itu langsung terbangun untuk melihat wajah orang yang sedang memeluknya. "Siapa kamu!" Teriaknya dengan suara serak bercampur kaget menatap wajah pria yang masih menutup matanya. "Siapa kamu! Apa yang kamu lakukan di sini!" "Berisik!" Hanya kata itu yang ke luar dari bibir pria dengan wajah blasteran, hidung mancung dan beralis tebal, tapi dengan mata yang masih tertutup sempurna. "Who are you? Why are you in my room and on top of my bed?" Jika kamu berada diposisi gadis cantik itu, apa yang akan kamu lakukan? Marah? Menangis? Atau menghajarnya? Queenie Maida Aether harus berurusan dengan Cedric Cleon Brayden, pria bertangan dingin yang terbiasa hidup dalam dunia kegelapan. Akankah Queenie bisa lepas dari Cedric? Atau justru sebaliknya? Queenie akan semakin terperangkap, jatuh, masuk ke dalam kisah hidupnya seorang Cedric yang terbiasa bergumul dengan dunia yang penuh dengan bayangan. Cinta tidak pernah salah dalam menentukan pilihan. Tapi terkadang, cinta juga hadir pada saat waktu dan tempat yang kurang tepat. Note : Bijaklah dalam membaca (18+). Terdapat adegan dewasa dan kekerasan. Novel ini murni dari hasil imajinasi author sendiri tanpa bermaksud untuk menyinggung pihak atau unsur manapun.

PresdirCinta Pada Pandangan PertamapembunuhanMenantuWanita CantikTuan MudaRomansaPernikahanKeluargaDewasa

1. PENCARIAN

Terdengar suara derap langkah kaki menggema dilorong-lorong gelap yang masih digenangi sisa-sisa air hujan dibeberapa tempat.

Tubuh mereka yang tinggi dengan setelan jas hitam dan tangan yang memegang senjata api pendek serta wajah yang tidak bersahabat, mengedarkan pandanganya melihat ke segala arah.

"Berpencar!" Teriak seorang pria yang berdiri paling depan dengan wajah brewoknya serta rambut yang dikuncir, memberikan perintah pada beberapa orang yang ada dibelakangnya.

Tanpa harus diperintah dua kali, semua orang menyebar dengan masing-masing memegang senjata api pendek di tangan dengan mata yang ditajamkan mengedarkan pandangan ke sekeliling lorong yang terlihat gelap dan pengap.

"Cari sampai dapat! Atau nyawa kalian yang akan menjadi taruhannya!" Teriak pria brewok itu lagi dengan mata merah menyala.

"Siap Bos!"

"Damn it! I will kill you! Even down to the ant hole, I will find you!" Teriaknya lagi dengan memegang erat senjata api pendek ditangannya.

Sementara itu dari jarak beberapa meter, terlihat seorang pria tinggi yang nampak kelelahan dengan wajah yang telah dipenuhi lebam dan darah kering dari lubang hidungnya, sedang bersembunyi dibalik dinding yang catnya telah terkelupas.

Napasnya naik turun dengan tangan kiri memegang tangan kanannya yang terlihat berdarah di setiap ruas jari tangannya. Sesekali matanya melihat ke arah di mana dia tadi berlari untuk menghindar dari kejaran orang-orang yang ingin membunuhnya.

"Aku harus bisa menyelamatkan diri dari si brengsek Chris. Pengkhianat! Bajingan! Brengsek! Akan aku laporkan kau pada Bos besar. Dasar licik, bermuka dua!" Gumamnya mengumpat dengan kemarahan yang ditahan.

Perlahan dia berdiri sambil meringis menahan sakit ditangannya, berusaha ke luar dari tempat persembunyiannya. "Aku harus segera pergi dari sini. Si Chris membawa anak buahnya banyak sekali. Jangan sampai aku tertangkap oleh mereka. Tidak akan aku biarkan si pengkhianat Chris menikam sahabatku dari belakang."

Belum sempat pria yang bersembunyi dari kejaran anak buah Chris pergi, samar-samar terdengar suara derap langkah kaki beberapa orang datang dan semakin jelas terdengar.

"Brengsek! Sialan! Mereka datang." Dengan cepat pria itu berjongkok kembali untuk bersembunyi. Rasa sakit di tangannya yang patah sudah tidak dihiraukannya lagi.

Suara langkah sepatu semakin jelas terdengar dan menampilkan tiga orang pria tinggi dengan pakaian hitam-hitam serta memegang senjata api di tangannya melihat ke segala arah.

"Orang itu seperti hilang ditelan bumi. Padahal aku sangat yakin, orang itu terluka parah. Ditambah dengan tangan kanannya yang patah, tapi dia berhasil meloloskan diri," ucap pria berkulit hitam dan rambut panjang sebahu.

"Betul apa katamu, bahkan aku ikut menyiksanya sampai hidungnya berdarah. Tapi orang itu masih bisa meloloskan diri," jawab pria yang tubuhnya terlihat lebih pendek dari kedua temannya.

"Orang itu bisa kabur, itu juga kesalahan kita karena terlalu lalai," jawab pria satunya lagi dengan pandangan menatap tajam ke tempat yang gelap.

Napas pria yang sedang bersembunyi seakan mau berhenti setelah mengintip dari celah kecil, ketika melihat ketiga pria yang sedang mengejarnya tiba-tiba menghentikan langkahnya tepat berada di depan tempat persembunyiannya. Dengan cepat tubuh yang sedang bersembunyi, semakin disembunyikan di antara tumpukan dus-dus dan karung yang tidak terpakai.

"Ke mana larinya target kita?" Tanya pria yang berambut panjang.

"Dia seperti hantu, hilang begitu saja. Padahal tempat ini gelap dan tidak terlalu luas, tapi dia bisa hilang," jawab yang tubuhnya lebih pendek.

"Kita harus bisa mendapatkannya, jika tidak ingin nyawa kita yang jadi gantinya. Kalian dengar sendiri bukan, apa yang tadi dikatakan Bos Chris?"

"Iya, brengsek! Sialan! Gara-gara orang itu, nyawa kita yang jadi taruhannya!" Umpat pria berkulit hitam dengan suara beratnya.

Tiba-tiba pria tinggi yang berambut panjang melihat ke belakang, ke antara tumpukan dus-dus dan karung. "Kawan, lihat! Apa mungkin target kita bersembunyi di sini?"

Dengan refleks, kedua temannya langsung membalikkan badan dan melihat ke arah tumpukan dus dan karung yang menggunung.

"Bisa jadi dia bersembunyi di sini. Ayo, kita cari!" Teriak pria bertubuh pendek langsung menendang beberapa dus yang terlihat basah dihadapannya.

Tanpa disadari oleh ketiga pria yang sedang memegang senjata api tersebut. Di dalam tumpukan dus, orang yang sedang mereka cari sedang berusaha keras menyembunyikan dirinya dari dus-dus yang satu per satu oleh ketiga orang tersebut mulai ditendang ke segala arah.

Napasnya seakan berhenti, tangan kanannya yang patah sudah mati rasa dengan darah kering yang menghias ruas jarinya. Tubuhnya semakin mundur kebelakang sampai punggungnya membentur dinding basah yang terasa dingin.

"Ya Tuhan. Lindungi aku dari orang-orang ini," bisik hati kecilnya sambil berusaha semakin menyembunyikan dirinya dalam tumpukan dus.

Satu per satu tumpukan dus semakin terurai karena ditendang oleh ketiga orang tersebut. Bau lantai yang basah bercampur dengan bau apek dari karung-karung yang telah lusuh semakin menyeruak masuk ke dalam hidung.

"Apa mungkin orang itu bersembunyi di sini? Bau sekali ini!" Teriak pria yang bertubuh pendek.

"Aku rasa dia sudah mati karena bau busuk yang menyengat di sini! Apa sebenarnya isi dari karung-karung ini?" Tanya pria berambut panjang menendang salah satu karung dan tanpa diduga karung tersebut robek dan mengeluarkan plastik sampah yang beraroma busuk sehingga mengotori sepatunya. "Brengsek! Sialan!"

Melihat sepatu kawannya yang kotor dan terlihat ada cairan kuning serta mengeluarkan bau busuk yang menyengat, spontan membuat kedua kawannya tertawa dan menjauh sambil menutup hidung.

"Fuck! Sialan! Bajingan!" Teriak pria berambut panjang melihat sepatunya yang kotor dengan cairan kuning di sepatunya. "Apa ini?"

Kedua kawannya tidak kuasa menahan tawa begitu melihat kawannya yang marah-marah melihat sepatunya yang kotor dan bau.

"Ha-ha-ha-ha."

"Apa ini?" Teriaknya melihat sepatunya sendiri.

"Menurutmu, kira-kira apa itu?" Jawab kedua temannya serempak diakhiri dengan tawa yang terbahak. "Ha-ha-ha-ha."

"Sialan! Benar-benar apes aku hari ini!" Pria berambut panjang tersebut melihat sepatunya kemudian melihat karung yang masih mengeluarkan cairan kuning dengan bau busuk yang menyengat.

Kedua kawannya terus saja tertawa terbahak begitu melihat pria berambut panjang itu terus menerus mencaci maki dirinya sendiri dengan wajah marah bercampur jijik melihat sepatunya sendiri.

"Bagaimana ini? Sepatuku ini baru saja aku beli kemarin dari uang bonus yang Bos berikan!"

"Jadi itu sepatu baru? Ha-ha-ha. Sial sekali dirimu! Bukannya mendapat apa yang dicari malah mendapat yang tidak diinginkan," jawab kawannya yang bertubuh pendek dengan tangan yang tetap menutup hidung. "Gila! Bau busuknya sangat tajam!"

"Iya, aku tidak kuat dengan bau busuk ini!" Jawab pria berkulit hitam.

"Tapi bagaimana, jika target kita memang benar-benar ada di daiam tumpukan dus dan karung busuk ini?" Tanya pria bertubuh pendek.