Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Surat Lamaran Derrek

Bab 9 Surat Lamaran Derrek

Edwina Erasmus memandang Derrek tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang pria yang pernah mengatakan bahwa pernikahan sebagai penjara tidak terlihat secara tiba-tiba ingin melamar seorang wanita. Dan wanita yang akan dilamar itu bahkan bukan wanita yang sudah cukup matang.

“Ada apa? Apakah kamu tidak bisa melakukannya?”

“Maafkan saya, Tuan. Tapi, ini benar-benar mengejutkan. Apakah Anda serius ingin saya membuat surat lamaran atau pemberitahuan bahwa Anda akan berkunjung?”

Edwina tidak mengerti mengapa dia harus bertanya seperti itu. Baginya saat melamar seorang wanita harus dilakukan secara tatap muka dan bukan melalui surat.

“Benar. Kamu buat surat pemberitahuan bahwa aku akan datang berkunjung. Dan alasan kunjunganku sendiri adalah untuk mengenal lebih dekat putri sulung mereka yang bernama Elizabeth Winter,” jawab Derrek menegaskan.

“Baik Tuan.”

Edwina dan Andreas sudah lama bekerja dengan Derrek sehingga dia bisa mengerti mengapa Derrek melakukannya. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa Derrek akan memilih Elizabeth sebagai calon istrinya.

“Silakan Tuan periksa apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak.”

Edwina memperlihatkan layar laptopnya pada Derrek untuk diperiksa. Edwina berusaha mengabaikan wajah pria itu yang berada sangat dekat dengan wajahnya ketika Derrek membungkuk untuk melihat layar laptopnya. Walaupun dia sudah mempunyai suami, berdekatan dengan Derrek tetap saja membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

Derrek mengangkat wajahnya dan kembali menegakkan tubuhnya sebelum berbicara dengan puas.

“Bagus. Aku menyukai kata-katanya. Dan segera kamu cetak kemudian kirimkan surat tersebut ke rumah keluarga Winter.”

“Apakah saya yang harus mengirimnya?” tanya Edwina memberanikan diri.

“Tidak perlu. Kamu berikan saja pada Andreas. Dan kamu sudah bisa melanjutkan liburanmu lagi.”

“Terima kasih Tuan.”

Derrek tidak menunggu surat tersebut diprint karena dia sudah meninggalkan ruang kerjanya dan langsung menuju kamarnya. Dia tidak akan menunda untuk menjalankan rencananya. Sebab itulah dia menjadwalkan kunjungan tersebut yang akan dia lakukan pada esok hari.

“Camilla… apakah kamu akan mendampingi keponakanmu saat aku datang melamarnya?” tawa jahat keluar dari mulut Derrek saat dia memandang cermin di kamarnya.

***

Surat pemberitahuan yang dikirimkan oleh Andreas berada di atas meja ruang keluarga Winter sementara beberapa pasang mata menatapnya dengan pikiran yang berbeda-beda.

Samuel Winter sebagai kepala keluarga sangat bangga bahwa putri sulungnya akan didekati oleh seorang calon presiden yang paling diunggulkan. Dan bukan hanya sebagai calon presiden, tetapi sebagai seorang pemilik galangan kapal yang sudah banyak memproduksi kapal pesiar paling mewah dan juga pemilik industry textile ternama. Derrek Collen. Tetapi juga dia ragu apakah Beth mampu menjadi pendamping Derrek yang sangat berkuasa dan juga berpengalaman.

Tidak berbeda jauh dengan Sam. Lolita sangat gembira dan nyaris histeris ketika membaca surat tersebut. Dia sudah membayangkan bahwa keluarganya akan menjadi keluarga terpandang dan juga akan mendapatkan kehormatan karena mempunyai menantu seorang presiden. Dia yakin bahwa Beth akan menjadi satu-satunya wanita yang akan menerima semua kemewahan yang berasal dari keluarga Derrek Collen yang terkenal.

Hanya satu orang yang tidak gembira bahkan nyaris shock setelah membacanya. Elizabeth Winter. Beth tidak pernah menyukai Derrek dan menganggap pria itu sebagai laki-laki brengsek. Tidak peduli apakah Derrek calon presiden atau sebagai pemilik perusahaan besar. Beth mulai tidak menyukai Derrek sejak pria itu meninggalkan wanita yang tergila-gila padanya untuk berpaling pada wanita lainnya.

“Cih. Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan pria seperti itu? Aku tidak yakin dia akan berubah setelah menikah? Lagi pula berapa lama dia bisa bertahan dengan satu wanita padahal dia selalu berganti-ganti pasangan.”

“Papa tidak mau mendengar kamu bicara seperti itu Beth. Seorang lelaki bisa memuaskan diri dengan para wanita yang disukainya selama dia belum memiliki istri,” tegur Sam tajam.

“Tapi memang benar kan? Papa tidak bisa menutup mata dengan semua petualangan yang dilakukan oleh seorang Derrek Collen.”

“Benar. Siapa yang tidak tahu dengan petualangannya. Tetapi saat dia terpilih sebagai seorang presiden, Derrek harus menjadi contoh bagi rakyatnya dan juga para pendukungnya.”

“Benar sayang. Derrek adalah pria yang sangat diinginkan. Dan tidak setiap wanita mendapatkan kesempatan untuk menerima lamaran darinya.”

“Tapi aku tidak --“

“Cukup Elizabeth. Papa tidak mau mendengar ucapan apa pun darimu. Sebaiknya kamu persiapkan dirimu untuk menerima kedatangan Derrek besok malam.”

Wajah Beth sangat pucat karena terkejut dan dia hanya menatap papanya yang meninggalkan meja makan dalam keadaan marah.

“Mam?”

“Keajaiban. Seorang Derrek yang kau katakan sebagai laki-laki yang sangat berpengalaman melamar dirimu, gadis yang baru lulus sekolah sebagai pasangan hidupnya adalah sebuah keajaiban dan juga anugerah yang tidak pernah bisa dibayangkan.”

“Mam? Mama sendiri mengatakan kalau aku gadis yang baru lulus sekolah. Jadi bagaimana mungkin aku bisa menikah dengannya?”

“Tentu saja bisa. Derrek sudah mengatakan alasan mengapa dia datang berkunjung. Kau akan membuat semua wanita iri padamu sayang.”

Lolita sudah sejak lama mempersiapkan agar putri sulungnya mendapatkan perhatian dari Derrek. Dan dia sudah melakukannya sejak liburan musim panas ketika Beth baru memasuki Senior High School. Dan kini impiannya sudah di depan mata. Lolita tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas yang datang pada keluarganya.

Lolita tidak peduli dengan perasaan Beth dan dia lebih memilih untuk meninggalkan putrinya sendiri.

Beth tidak tahu bagaimana dia bisa menolak seorang Derrek Collen ketika pria itu sudah memutuskan yang penting dalam hidupnya. Dan dia hanya berharap seseorang bisa membantunya dan hanya dia yang bisa membantunya keluar dari masalah yang menderanya.

Dengan langkahnya yang setengah berlari, Beth menuju kamarnya lalu mengunci dari dalam sementara surat dari Derrek dibawanya masuk ke kamar.

Wajah Beth tidak sabar ketika dia menunggu teleponnya dijawab. “Ayolah aunty, aku tidak bisa menunggu terlalu lama,” katanya pelan.

Dan di tempat yang jauh, suara ponsel terus berbunyi sementara pemiliknya sedang berada di dalam kamar mandi.

Camilla berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang membungkus rambutnya yang tebal. Dan dia mengambil ponselnya ketika mendengar nada panggilan yang berasal dari ponselnya.

“Astaga? Beth sudah melakukan panggilan sebanyak ini? Tidak mungkin dia melakukan berulang-ulang kalau tidak penting.”

“Halo Beth? Ada apa?”

“Halo aunty? Aunty harus datang ke sini dan membantuku. Aku tidak mungkin bisa mengatasinya.”

“Apa yang terjadi? Elizabeth kamu harus tenang dulu, dan bicara secara perlahan okey?”

“Aunty… semua ini karena aunty mengundangku ke pesta yang diadakan oleh keluarga Dewangga.”

“Aunty tidak mengerti.”

Dengan suaranya yang bernada putus asa, Beth menjelaskan tentang surat yang dikirimkan oleh staf Derrek dan surat itu berisi pemberitahuan bahwa Derrek akan datang berkunjung. Dan alasan dia melakukan kunjungan tersebut adalah dia berniat untuk mendekati putri sulung Samuel Winter yaitu Elizabeth Winter.

“Apa yang harus aku lakukan Aunty? Aku tidak menyukainya,” rengek Beth nyaris menangis

“Kenapa kamu tidak menyukainya? Sementara para wanita justru berusaha mendekatinya?”

“Bagaimana dengan Aunty? Mengapa aunty tidak berusaha mendekatinya?”

“Karena aunty pengecualian.”

“Aku tidak mau tahu. Pokoknya aunty harus membantuku dengan datang ke sini. Besok malam Derrek akan datang berkunjung dan aku tidak mau sebagai satu-satunya wanita yang tidak menyukainya saat dia datang!”

“Sayang. Aunty sangat lelah dan tidak mungkin aunty langsung pergi ke rumahmu sementara aunty baru saja sampai di rumah.”

“Kalau aunty sayang sama aku, aunty harus datang. Aku tidak mau mendengar kata tidak bisa.”

Dan Beth memutuskan sambungan telepon dengan Amelia yang berdiri diam sambil memandangi ponselnya.

“Apa-apaan Beth ini. Apakah aku harus pergi sekarang? Tidak. Kalau pun aku harus pergi, aku akan melakukannya besok dan bukan sekarang.”

Camilla tidak pernah menduga bahkan untuk berpikir saja tidak kalau Derrek sebegitu putus asanya untuk mendapatkan seorang istri sebelum mendaftarkan diri sebagai calon presiden.

Camilla cukup mengerti bahwa pernikahan tersebut harus dilakukan jauh-jauh hari agar pihak yang belum mendukungnya memiliki keyakinan bahwa Derrek adalah pemimpin yang terjamin integritasnya dengan adanya seorang istri yang mendampinginya selama masa kampanye.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel