Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. HANYA MENIKAH DENGAN ORANG TERKAYA

"Lewis." Terdengar suara bariton memanggil Lewis dari balik badan Alma, bersamaan dengan selesainya ucapan Lewis.

Ya, orang yang memanggil itu adalah Austin. Dia melangkah mendekat dan melihat Alma lalu berkata, "Ucapannya ...."

"Tenang saja Tuan Marchetti, saya tidak akan tersinggung dengan ucapan Tuan Muda DeVille." Alma mengucapkan perkataan tersebut dengan lembut lalu dia mengangkat dagunya kemudian berbalik badan dan melangkah pergi.

Sambil melangkah pergi Alma mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Irina—sahabatnya. "Tunggu aku di lobby, aku segera turun."

Irina yang merasa kebingungan kala mendengar suara Alma yang terdengar aneh di ponsel. "Baiklah aku akan menunggumu di sana."

Tanpa membalas lagi, Alma langsung mematikan sambungan teleponnya lalu melangkah memasuki lift.

Irina adalah teman dekat Alma. Dia juga seorang Nona Muda dari salah satu keluarga kaya di kota yang mereka tinggali jadi Irina seharusnya sudah tidak asing dengan pesta kaum elite seperti yang dihadiri oleh Alma saat ini, tetapi karena dia tidak menyukai pesta semacam itu jadi dia tidak pernah menghadirinya.

Alma yang telah sampai di lobby dan melihat mobil Irina langsung mendekatinya kemudian masuk ke dalam. Baru saja masuk ke dalam, Irina dengan tidak sabar menanyakan sesuatu pada Alma. "Bagaimana? Apa kamu berhasil?"

"Apa kamu berhasil." Kalimat itu terngiang di pikiran Alma.

Alma mengingat kembali respon Austin selama mereka sedang berdua tadi. Seharusnya Austin sudah menyukai Alma, tetapi pikiran Austin terlalu rumit jadi Alma tidak dapat menebak apa yang sedang Austin pikirkan.

"Saat ini aku belum tahu," jawab Alma lirih.

"Bagaimana jika kita ganti target saja," kata Irina setelah beberapa saat berpikir. "Lagipula orang kaya di kota kita bukan hanya Austin seorang. Kata ayahku dia orang yang sangat kejam jadi sebaiknya kita jangan mengganggunya. Dia tidak akan mengampuni orang yang memanfaatkannya."

"Hahaha ... orang kaya di kota ini memang banyak, tapi aku hanya ada satu dan aku maunya menikah dengan orang yang terkaya itu." Alma berkata sembari tertawa.

"Baiklah kalau begitu, aku hanya bisa mendoakanmu saja," jawab Irina lalu dia menyalakan mesin mobilnya. "Aku akan membantumu mencari info terbaru mengenai dia."

***

Alma tinggal di sebuah kediaman peninggalan harta warisan sang kakek yang telah meninggal dunia. Sebelumnya dia tinggal bersama ayah dan keluarga yang lain di kediaman besar De Carli. Baru setelah sang ibu meninggal, Alma pindah dari kediaman besar karena tidak tahan dengan ayahnya dan lebih memilih tinggal di kediaman yang diberikan sang kakek.

Walaupun kediaman tersebut tidak sebesar dan semewah kediaman besar, tetapi kediaman yang Alma tinggali saat ini sangat romantis dan sangat unik.

Alma terbiasa tinggal sendiri di kediaman tersebut . Dia menyukainya karena suasananya sangat tenang.

"Alma, kamu sudah kembali?" Baru saja Alma membuka pintu dan masuk ke dalam rumah, dia sudah mendengar suara yang sangat dia benci. Tentu saja suara itu adalah suara Travis De Carli—ayah Alma.

Semenjak sang ayah membawanya ke acara perjamuan dengan pria tua gemuk berusia 40 tahunan, Alma tidak mau lagi menghubungi ayahnya.

Melihat ayahnya membuat Alma jadi teringat akan kejadian tersebut sehingga Alma menjadi emosi. Suaranya berubah menjadi tinggi.

"Mau apa kamu kemari?!" Nada bicara Alma seperti tidak sedang berbicara dengan orang.

Travis menatap Alma lalu berkata, "Pulanglah ke rumah! Kamu sekarang belum menikah, tidak aman jika kamu tinggal seorang diri di luar!"

Alma tertawa sinis. "Aku merasa di sini sangat aman. Setidaknya tidak ada orang yang membawaku ke perjamuan untuk bertemu dengan orang tua gendut."

"Alma!" Wajah Travis menjadi merah karena malu bercampur marah saat membicarakan hal itu. "Tuan Robert sangat menyukaimu, dia ingin menikahimu! Latar belakangnya baik, karakternya juga baik, kamu—"

"Latar belakangnya baik dan karakternya juga baik." Alma memotong perkataan Travis dan mengulangnya kembali kemudian tertawa. "Kalau begitu kenapa kamu tidak menikahkannya dengan Elena?"

Alma tetap saja tidak mau mendengarkan Travis.

"Pokoknya kamu tidak boleh tinggal di sini lagi!" Travis berkata menekankan, dia tidak ingin lebih berargumen lagi dengan Alma. "Aku sudah menjual rumah ini! Mulai sekarang, rumah ini sudah menjadi milik orang lain!"

"Apa katamu!" seru Alma. Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah. Dia seperti mendengar suara dari neraka. "APA KATAMU!"

"Aku sudah menjual rumah ini! Rumah ini jarang ditempati dan sering kosong. Belakangan ini bisnis perusahaan sedang menurun. Dengan menjual rumah ini, kita bisa mendapatkan uang!"

"Ini adalah warisan dari kakekku!" seru Alma sembari matanya melotot tajam. "Kenapa kamu menjualnya?!"

Travis mengibaskan tangannya lalu berkata, "Tidak ada gunanya lagi kamu mengatakan itu semua karena rumah ini telah terjual! Surat perjanjian sudah di tanda tangani, sudah tidak bisa menyesali lagi."

Alma menghembuskan nafas kasar lalu dengan terpaksa bertanya, "Kepada siapa kamu menjualnya?"

"Tidak penting siapa yang membelinya. Yang penting rumah ini sudah terjual dan kamu tidak bisa tinggal di sini lagi."

Travis mencoba menasehati Alma. "Dengarkan kata Ayah, kembalilah ke rumah. Bagaimana?"

"Kepada siapa kamu menjual rumah ini?!" Alma kembali bertanya, tetapi kali ini nada suaranya dibuat sangat tinggi dan disertai getaran di akhir kalimat.

Travis sangat terkejut mendengarnya. Saat pandangannya beralih ke Alma, dia melihat mata Alma sudah memerah. Bagaimana pun Alma adalah putrinya jadi hatinya tergerak. "Alma—"

"Jawab pertanyaanku!" seru Alma.

"Keluarga Xavier yang membelinya, lebih tepatnya putra ketiga keluarga Xavier." Travis akhirnya memberitahu Alma karena dia melihat Alma yang tidak rela kalau rumahnya di jual.

"Aku tahu siapa dia," ucap Alma. Kini dia mengangkat tangan, jarinya menunjuk ke pintu keluar lalu melanjutkan ucapannya, "Sekarang pulang sana, aku tidak mau melihatmu!"

Setelah berbicara, Alma membalikkan badannya, melanjutkan langkahnya yang tadi sempat terhenti karena kedatangan ayahnya menuju ruang tengah. Sedangkan Travis hanya berdiri terpaku dan menghela nafas perlahan.

Di ruang tengah, Alma mendudukkan diri di atas sofa. Ponsel yang sejak tadi digenggam dia letakkan di atas meja.

Dia sedang berpikir, "Rumah ini seharusnya adalah rumah dari keluarga kakek, ini adalah satu-satunya peninggalan keluarga itu. Jadi aku tidak akan membiarkan rumah ini jatuh ke tangan orang lain."

Alma kembali mengambil ponsel yang tadinya dia letakkan diatas meja. Dia hendak menghubungi seseorang.

"Ya ... Alma," sapa seseorang di line seberang.

"Irina, bantu aku mencari tahu tentang pergerakan Erick Xavier," kata Alma. Ya, orang yang dihubungi oleh Alma adalah Irina, sahabatnya.

***

Dua hari kemudian di sebuah bar terbesar di Roma.

Berdasarkan informasi yang Alma dapat dari Irina. Malam ini dia akan bertemu dengan Erick di salah satu ruangan VIP bar tersebut.

Dengan menggunakan gaun berwarna merah anggur hari ini, Alma memasuki bar tersebut. Dia mengikuti seorang pelayan yang mengantarnya ke ruangan di mana Erick berada setelah mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan Erick Xavier.

Ketika sudah berada di dalam ruangan, hampir seluruh orang yang ada mengenali Alma. "Bukankah kamu Nona besar dari keluarga De Carli? Mengapa kamu menjadi seorang wanita pemandu di bar ini?"

Gelak tawa seketika pecah di ruangan tersebut.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel