Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1. DIA MEMANG SANGAT CANTIK

Eiden Hotel adalah salah satu hotel termewah di Roma, Italia. Hotel ini juga merupakan hotel pilihan para bangsawan dan kaum elite untuk mengadakan pesta. Hampir setiap malam selalu ada pesta, begitu juga malam ini.

Alma berdiri disalah satu sudut ruang perjamuan yang tidak mencolok dengan memegang segelas anggur merah. Matanya terus diedarkan kesana kemari untuk mencari tujuannya pada malam hari ini.

Setelah beberapa menit saat Alma menggoyang-goyangkan gelas berkaki yang berisi anggur merah tersebut, mangsa yang dicari akhirnya muncul.

Alma mengangkat roknya dan mulai berjalan mendekati pria yang berada di jarak 5-6 meter dari tempatnya.

Saat berjalan, pinggang dan panggulnya bergoyang mengikuti langkahnya yang sangat menggoda dan membuat tatapan orang di sekelilingnya mengarah kepadanya.

Di sisi lain, Austin Marchetti yang sedang mendengarkan analisis Lewis DeVille tentang untung dan rugi perusahaan belakangan ini tiba-tiba menghentikan kalimatnya dipertengahan saat dirinya memberi tanggapan mengenai penjelasan Lewis.

Melihat Alma yang sedang berjalan menuju ke arah mereka, Lewis mengernyitkan dahinya dan menunjukkan ekspresi wajah sebalnya. "Bagaimana dia bisa berada di sini?"

"Dia?" tanya Austin. "Siapa maksudmu?"

"Coba kami lihat ke sana." -Lewis menunjuk ke arah Alma- "iya itu dia. Kamu seharusnya sudah mendengarnya bukan? Dia adalah putri dari keluarga besar De Carli yang mempunyai reputasi yang sangat buruk."

Austin terdiam, tidak berkata apa-apa. Dia juga melihat ke arah Alma.

Alma memakai gaun berwarna sampanye dan berpotongan dada rendah yang sangat pantas dikenakan olehnya. Bahkan saat dilihat dari jarak jauh pun, Austin masih dapat menilai bahwa tubuh wanita itu sangatlah bagus. Austin menyipitkan matanya, memandang dengan penuh arti.

Alma perlahan-lahan semakin mendekat dan dia dapat merasakan jika Austin sedang memperhatikannya. Dia sengaja melambatkan langkahnya dan melihat minuman yang ada di tangannya.

Ketika melewati Austin, Alma sengaja menginjak ekor gaunnya hingga membuat dirinya terjatuh tepat ke dalam pelukan Austin dan tentu saja minuman yang ada di tangan Alma juga ikut tertumpah di badan Austin.

"Aahh ...," teriak Alma dan Austin dengan cepat menangkapnya.

Meskipun badannya ketumpahan anggur merah, tetapi Austin tidak marah. Dia malah melihat dengan penuh kekaguman wanita yang sedang melekat di dirinya.

"Memang benar sangat cantik. Wanita ini mempunyai sepasang mata yang besar dan alis yang indah. Dipadukan dengan riasannya hari ini, matanya menjadi lebih menarik lagi. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan lipstik yang berwarna gelap sangat cocok dengan pakaian yang di tubuhnya." Austin yang memandang kagum kecantikan Alma terus berkata dalam hati lalu pandangannya turun ke bawah.

Gaun yang berpotongan rendah dan tubuh Alma yang tinggi semampai, hanya dengan sedikit membungkuk saja maka belahan dadanya pun akan terlihat.

Merasa Austin sedang melihat dirinya, Alma menggerakkan tubuhnya dengan lembut. Kali ini dadanya menekan ke tubuh Austin.

"Oh, maaf." Alma sengaja menyentuhkannya sebentar saja lalu bergerak keluar dari pelukan Austin.

"Tidak apa-apa." Austin membalas, tapi matanya masih terus menatap Alma.

"Uumm ...sebaiknya aku membawamu ke kamar mandi untuk membersihkannya." Alma menunduk dan memandang jas Austin yang terkena tumpahan minumannya. "Bagaimana menurutmu?"

"Baiklah." Austin menjawab dengan sangat cepat.

Lewis yang berada di sebelahnya dibuat tertegun oleh sikap Austin. Semua orang tahu kalau Austin biasanya tidak mau dekat dengan wanita. Dalam lingkungan pergaulan, selain kekasihnya tidak ada wanita lain yang dapat mendekatinya.

Namun, orang seperti Alma malah di izinkan melekat lama pada tubuhnya.

"Austin, kamu—" Belum selesai Lewis berbicara, Austin sudah beranjak dari duduknya dan pergi bersama Alma.

***

Di dalam kamar mandi, Alma berdiri di depan Austin dan tersenyum kepadanya. "Apakah kamu dapat melepaskan jasmu dulu?"

"Iya." Austin menjawab seraya bergerak melepaskan jas yang melekat di tubuhnya lalu memberikan kepada Alma.

Alma menerima jas itu kemudian membersihkan noda minuman dengan sapu tangannya yang telah dibasahi dengan air.

Saat membersihkan jas Austin, Alma pun menundukkan kepalanya hingga belahan dadanya kembali terlihat lebih jelas lagi. Sedangkan Austin yang melihatnya merasakan panas di tenggorokannya.

Wanita itu sengaja merancang adegan seperti itu, orang seperti Austin mana mungkin tidak mengetahuinya. Namun, dia malah membiarkan wanita itu melakukan hal itu cukup lama.

"Selesai." Alma tersenyum lalu mengembalikan jas tersebut kepada Austin. "Kamu sudah bisa mengenakannya lagi."

Austin menerima jasnya sambil terus menatap Alma. Senyuman Alma terlihat sangat menarik di mata Austin. Alma yang kini tengah menengadahkan kepalanya membuat kulitnya yang putih terlihat jelas. Membuat Austin tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Alma menyibakkan rambutnya lalu menyeringai. "Aku akan sangat malu jika kamu terus memandangku seperti itu."

"Siapa namamu?" Austin bertanya kepada Alma.

"Oh, namaku Alma." Alma mengenalkan diri sembari tersenyum lalu mengulurkan tangan kepada Austin. "Sudah lama aku mendengar nama besar Tuan Marchetti."

Ya, Alma sengaja memanggil Austin dengan panggilan 'Tuan Marchetti'.

Austin mengernyitkan keningnya lalu bertanya, "Apakah kamu mengenalku?"

"Siapa yang tidak mengenal Tuan Marchetti di kota ini." Alma berkata seraya mengedipkan satu matanya dengan nakal, sengaja menggoda Austin. "Tuan Marchetti muda dan pintar, anda merupakan pangeran dalam mimpi setiap wanita."

"Pangeran dalam mimpi?" batin Austin.

Setelah mendengar ucapan Alma, Austin segera menjawab sembari mengangkat kedua alisnya. "Benarkah?"

"Tentu saja," balas Alma sambil mengangguk. "Tuan Marchetti tidak hanya muda dan pintar, tetapi juga tampan. Bahkan pandanganku tidak bisa teralih saat melihatmu."

Austin tidak bersuara, matanya terus menatap wajah cantik Alma.

Cara memandang Austin membuat Alma merasa seperti dipandang saat dirinya tengah tidak mengenakan apapun.

Sedari awal Alma tahu jika suasana hatinya sering kali berubah-ubah dan memiliki pikiran yang dalam. Melihat cara Austin melihat dirinya membuat Alma menjadi bingung.

"Apakah dia sedang menelanjangiku lewat tatapannya?" tanya Alma dalam hati. Untung saja kemampuan aktingnya sangat bagus jadi Austin tidak bisa menebaknya jika Alma mempunyai pikiran seperti itu.

"Sekali lagi aku minta maaf. Hari ini aku telah bertindak ceroboh." Alma kembali tersenyum lalu dia mengangkat tangan untuk merapikan pakaiannya. "Karena Jasmu sudah bersih maka aku pergi dulu. Selamat bersenang-senang, Tuan Marchetti."

"Ya," jawab Austin dengan datar.

***

Detak jantung Alma semakin berdegup kencang saat berjalan keluar dari kamar mandi. Perasaannya menjadi semakin tidak tenang dan dia mempercepat langkah kakinya.

Di tengah jalan dia bertemu dengan Lewis.

Lewis mengangkat tangannya ketika melihat Alma, dia menghentikan langkah Alma lalu bertanya, "Di mana Austin?"

"Tuan Marchetti akan segera keluar dari kamar mandi."

Alma tentu saja mengenal Lewis DeVille. Dia adalah Tuan muda dari keluarga DeVille. Keluarga DeVille juga merupakan salah satu keluarga kaya raya di kota tempatnya tinggal. Lewis dan Austin sudah seperti saudara angkat. Alma telah mengetahui hal itu.

"Saya peringatkan kamu, jangan coba-coba kamu mendekati Austin. Dia tidak menyukai wanita sepertimu!" Lewis berkata dengan nada dingin dan menatap tajam ke arah Alma.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel